Esai Pengantar: "Senjakala Epik: Transformasi Nilai & Transformasi Sosial"
Oleh : A.W. al-faiz.
Sebagai awal pembuka, sebelum esai lain saya terbitkan di blog ini sebagai suatu ruang dari hasil berpikir dan kontemplasi dari pencapaian saat ini yang saya kiaskan sebagai senjakala epik. Sebagai sikap matinya kepahlawanan di era globlal yang melapaui lintasan ruang dan waktu di dalam jejaring sosial media dan jaringan internet.
Heroisme & Nihilisasi.
Di ambang fajar milenium baru, kita menemukan diri kita berada di tengah-tengah
sebuah "Senjakala Epik" - sebuah momen transformatif yang menandai pergeseran
besar dalam nilai-nilai dan struktur sosial yang telah lama kita kenal. Esai ini mengajak
kita untuk merenungkan dan menganalisis perubahan mendalam yang sedang
berlangsung dalam masyarakat kita, sebuah perubahan yang tidak hanya mengubah
cara kita berinteraksi dan berkomunikasi, kita mendapati bahwa kepahlawanan adalah interaksi nilai yang bersamaan dengan suatu sikap penjajahan dan feodalisme, yang akan tetapi meski di era kebebasan yang merdeka tetapi juga terkekang untuk bisa menjembatani, dalam hal mengubah fondasi nilai yang menopang kehidupan bersama kita ke arah yang semestinya dan kesehjahteraan.
Transformasi Nilai.
Seperti, menyaksikan sebuah revolusi diam-diam dalam sistem nilai yang telah lama kita
pegang. Nilai-nilai tradisional berhadapan dengan realitas baru yang dibentuk oleh
kemajuan teknologi, globalisasi, dan kesadaran akan keragaman yang semakin
meningkat. Konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, dan kesetaraan sedang
mengalami redefinisi dalam konteks global yang saling terhubung.
Sebagaimana, positivisme, yang pernah muncul dalam diskusi - diskusi iklan moral, (false-positif) semcam isue relatifisme terhdap kemampanan realitas dalm struktur yang nyata, dan di dalam kaitannya dengan hormon tawa, dan panggung satir saat kini
berhadapan dengan kompleksitas dunia post-truth. Bagaimana kita (siapa pun) dan masyarakat saat ini tidak dapat
mempertahankan optimisme dan pencarian kebenaran objektif di tengah lautan
informasi yang sering kali bertentangan? Tantangan ini mendorong kita untuk
mengembangkan literasi digital dan pemikiran kritis yang lebih canggih.
Klaritas persoalan yang merebak sebagai pertanyaan dalam membahas dilema objektifitas suatu presfektif pandangan dalam suatu nilai persoalan di wilyah problematis sebelumnya menjadi semakin relevan dalam konteks ini.
setiap orang di abad ini, ditantang untuk merekonstruksi kategori pemikiran mereka, menghadapi kontradiksi
dengan keterbukaan pikiran, dan mencari solusi yang melampaui dikotomi sederhana.
Nilai-nilai baru seperti keberlanjutan, inklusivitas, dan empati lintas budaya muncul
sebagai kompas moral dalam navigasi kompleksitas global.
Di tengah Transformasi Sosial: Perubahan nilai ini berjalan seiring dengan transformasi
mendalam dalam struktur sosial kita. Era digital telah mengubah lanskap interaksi
manusia secara fundamental. Konsep komunitas, identitas, dan bahkan realitas itu.
sendiri sedang mengalami redefinisi dalam konteks dunia yang semakin terhubung
secara digital.
Substitusi relasi dalam interaksi sosial, seperti yang kita bahas sebelumnya, menjadi
fenomena sentral dalam transformasi ini. Media sosial dan platform digital lainnya
menciptakan ruang-ruang baru untuk koneksi dan ekspresi, tetapi juga membawa
tantangan baru seperti polarisasi, echo chambers, dan krisis privasi.
Sistem kekebalan psikologis dan mentalitas kolektif sosial masyrakat kita, yang kita eksplorasi sebelumnya menjadi semakin penting
dalam menghadapi tekanan dan ketidakpastian yang muncul dari perubahan sosial yang
cepat ini. Teknik-teknik seperti pernapasan ditengah kota yang polutif oleh polusi udara sebagai suatu kondisi yang dilematis dari  mindful dan visualisasi emosional yang menjadi alat penting bagi individu-berharap- untuk mengelola stres dan kecemasan di tengah arus alih-alih, sistem perubahan yang tak henti-hentinya mendorong manusia dan kemanusiaan seseorang kepada saat yang sama, menuju kesaksian yang menyaksikan munculnya gerakan-gerakan sosial baru yang memanfaatkan kekuatan teknologi untuk mengadvokasi perubahan. Dari gerakan lingkungan global hingga perjuangan untuk keadilan sosial, teknologi digital telah menjadi katalis untuk mobilisasi dan solidaritas
lintas batas.
"Sebuah Kesan Simbolis Literal "Senjakala Epik" - Suatu Kesimpulan Yang Terlambat.
Dan, ini bukan hanya tentang menghadapi perubahan, tetapi juga tentang secara aktif
membentuk arah transformasi ini. Di tengah era digital yang semakin kompleks, kita
menemukan diri kita berada di ambang sebuah "Senjakala Epik" - sebuah momen krusial
di mana paradigma lama berbenturan dengan realitas baru, menciptakan peluang
sekaligus tantangan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Semua landasan pemikiran ini mengajak kita
untuk kembali merefleksikan perjalanan intelektual kita melalui berbagai konsep dan ide yang telah kita jelajahi, lebih dari sekedar menelanjangi apa saja nilai, dari positivisme dan hormon yang membuat seorang di ujung senja usianya menahan tawa hingga samapai kepada persoalan limpungnya -klaritas - dan substitusi relasi dalam interaksi sosial, sebagai bagian penyerderhanaan, yang memulai perjalanan ini dengan memahami hubungan antara filosofi positivisme dan kecerdasan-kecerdasan emosional manusia, menyadari bahwa kebahagiaan bukan hanya konsep abstrak, tetapi juga memiliki dasar neurologis dan sains yang kuat. Terutama di dalam nilai kehidupan manusia menemukan kebahagian diri dan membawa kita pada gagasan "sistem kekebalan mentalitas suatu bangsa, sebagai interprestasi dari kesan yang sangat psikologis" yang menggabungkan pendekatan holistik untuk menuju kesejahteraan manusianya.
"Senjakala Epik" ini bukan hanya tentang menghadapi tantangan, tetapi juga tentang merangkul peluang transformatif yang ada di hadapan kita. Ini adalah panggilan untuk juga kembali merekonstruksi cara kita berpikir, berinteraksi, dan memecahkan masalah. Dengan menggabungkan wawasan dari berbagai disiplin ilmu - dari neurobiologi hingga filsafat, dari psikologi hingga teknologi digital - kita dapat membangun jembatan antara yang lama dan yang baru, antara yang personal dan yang kolektif. Saat kita berdiri di ambang era baru ini, kita diundang untuk menjadi arsitek aktif dari masa depan kita sendiri. "Senjakala Epik" ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita, masyarakat kita, dan potensi kolektif kita sebagai umat manusia. Mari kita melangkah maju dengan keberanian untuk menghadapi kompleksitas, kreativitas untuk menemukan solusi baru,
dan komitmen untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan berempati.
Bandar Lampung, 20/07/2024.
A.W. al-faiz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H