"Sains : (simbolisme) Stagnasi Filsafat yang Berubah Menjadi Limitasi Pembatas, Hasrat Kemanusiaan yang Tak Pernah Usai"Â
Oleh : A.W. Al-faizÂ
Pendahuluan.Â
    Sains, yang pada awalnya merupakan cabang dari filsafat alam, telah berkembang menjadi disiplin yang dominan dalam membentuk pemahaman kita tentang realitas. Namun, perkembangan ini juga membawa paradoks: sementara sains memperluas pengetahuan kita, ia juga dapat menciptakan batasan-batasan yang membatasi eksplorasi manusia terhadap realitas.Â
Transformasi Filsafat Alam menjadi Sains Modern
a) Revolusi Ilmiah:Â
Pergeseran dari filsafat spekulatif ke metode empiris yang dimulai oleh Bacon, Galileo, dan Newton mengubah cara kita memahami alam.Â
b) Positivisme Logis: Gerakan ini, yang dipelopori oleh Lingkaran Wina, berusaha membatasi pengetahuan yang sah hanya pada proposisi yang dapat diverifikasi secara empiris. Pembahasan. Sains sebagai LimitasiÂ
a) Reduksionisme: Kecenderungan sains untuk mereduksi fenomena kompleks menjadi komponen-komponen yang dapat diukur dan dikuantifikasi dapat mengaburkan pemahaman holistik tentang realitas.Â
b) Verifikasionisme: Prinsip bahwa hanya pernyataan yang dapat diverifikasi secara empiris yang bermakna telah membatasi ruang lingkup penyelidikan ilmiah.Â
c) Paradigma Dominan: Thomas Kuhn dalam "The Structure of Scientific Revolutions" menunjukkan bagaimana paradigma ilmiah yang dominan dapat membatasi eksplorasi ide-ide alternatif. Hasrat Kemanusiaan yang Tak Pernah Usai a) Dorongan Metafisis: Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang melampaui cakupan sains empiris.Â