Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta & Simbolisme Modern

16 Juli 2024   22:13 Diperbarui: 16 Juli 2024   22:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

b) Kreativitas dan Imajinasi: Einstein menekankan pentingnya imajinasi dalam sains, menunjukkan bahwa intuisi dan kreativitas sering mendahului pembuktian empiris. 

c) Pencarian Makna: Viktor Frankl, dalam logoterapi, menekankan bahwa pencarian makna adalah motivasi utama dalam hidup manusia, sesuatu yang tidak selalu dapat dijawab oleh sains. Dialektika antara Sains dan Hasrat Kemanusiaan 

a) Tensi Produktif: Pertentangan antara batasan metodologis sains dan hasrat manusia untuk memahami hal-hal di luar batasan tersebut dapat menjadi sumber kreativitas dan inovasi. 

b) Interdisiplinaritas: Pendekatan interdisipliner yang menggabungkan sains dengan humaniora dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan empiris dan pencarian makna. 

c) Sains Pos-normal: Konsep yang diperkenalkan oleh Funtowicz dan Ravetz untuk menangani kompleksitas dan ketidakpastian dalam masalah-masalah kontemporer. Implikasi dan Tantangan a) Etika Sains: Perlunya kerangka etis yang lebih kuat dalam penelitian ilmiah untuk memastikan bahwa kemajuan sains sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan. 

b) Pendidikan Holistik: Pentingnya sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada pengetahuan teknis, tetapi juga mengembangkan kapasitas refleksi filosofis dan etis. 

c) Dialog Sains-Masyarakat: Perlunya meningkatkan komunikasi antara komunitas ilmiah dan masyarakat luas untuk mengatasi kesenjangan pemahaman dan ekspektasi. Kesimpulan Sains, meskipun telah membawa kemajuan luar biasa dalam pemahaman kita tentang dunia, juga berpotensi menciptakan batasan-batasan yang membatasi eksplorasi manusia terhadap realitas yang lebih luas. Hasrat kemanusiaan yang tak pernah usai untuk memahami dan mencari makna terus mendorong kita melampaui batasan-batasan ini. Tantangan ke depan adalah bagaimana menyeimbangkan rigiditas metodologis sains dengan keterbukaan terhadap misteri dan kompleksitas eksistensi manusia. Ini mungkin melibatkan: Pengembangan pendekatan epistemologis yang lebih inklusif dan fleksibel. Integrasi yang lebih baik antara sains, filsafat, dan seni dalam upaya memahami realitas. Kultivasi sikap kerendahan hati epistemik yang mengakui keterbatasan pengetahuan manusia. 

Dengan demikian, kita mungkin dapat mengatasi stagnasi yang ditimbulkan oleh batasan-batasan sains sambil tetap memanfaatkan kekuatan metodologisnya, membuka jalan bagi pemahaman yang lebih kaya dan multidimensi tentang realitas dan tempat kita di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun