"Iklan moral" merujuk pada upaya untuk mempromosikan prinsip-prinsip etika melalui argumen rasional semata. Pendekatan ini, yang dominan dalam filsafat moral analitik, berasumsi bahwa kebenaran moral dapat ditemukan dan dibuktikan melalui penalaran logis (Singer, 2011). Namun, kritik terhadap pendekatan ini menyoroti keterbatasannya dalam menangkap kompleksitas pengalaman moral manusia.
### 3.2 Kritik Al-Ghazali terhadap Ketergantungan Akal
Al-Ghazali, dalam karyanya "Tahafut al-Falasifah", mengkritik para filsuf yang terlalu mengandalkan akal dalam memahami realitas, termasuk moralitas. Ia berpendapat bahwa:
1. Akal memiliki keterbatasan dalam memahami kebenaran moral yang kompleks (Al-Ghazali, trans. Marmura, 2000).
2. Pengabaian wahyu dan intuisi spiritual dapat menghasilkan pemahaman moral yang tidak lengkap (Griffel, 2009).
3. Moralitas yang hanya didasarkan pada penalaran logis berisiko mengabaikan dimensi emosional dan spiritual dari pengalaman moral (Moosa, 2005).
### 3.3 Relevansi dalam Etika Kontemporer
Kritik Al-Ghazali memiliki resonansi dengan beberapa pemikiran dalam filsafat moral kontemporer:
1. Etika Kebajikan: Pendekatan ini menekankan pentingnya karakter dan kebijaksanaan praktis, bukan hanya penalaran abstrak (MacIntyre, 2007).
2. Intuisionisme Moral: Beberapa filsuf kontemporer berpendapat bahwa intuisi moral memiliki peran penting dalam pengetahuan etis (Audi, 2004).
3. Neuroetika: Penelitian dalam bidang ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan moral melibatkan proses emosional dan intuitif, bukan hanya kognitif (Greene, 2013).
## 4. Kesimpulan
Analisis terhadap konsep "iklan moral" dan kritik Al-Ghazali terhadap ketergantungan berlebihan pada akal dalam etika menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam memahami moralitas. Meskipun penalaran logis tetap penting, dimensi emosional, intuitif, dan spiritual juga perlu dipertimbangkan dalam diskursus etika. Pemikiran Al-Ghazali, meski berasal dari abad ke-11, tetap relevan dalam mengingatkan kita akan kompleksitas dan kedalaman pengalaman moral manusia.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan moral - termasuk akal, intuisi, emosi, dan nilai-nilai spiritual - dalam kerangka etika yang komprehensif dan relevan untuk masyarakat kontemporer.
## Referensi