Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iklan Moral & Ketergantungan Akal: Analisis Kritis Terhadap Filsafat Moral Kontemporer

8 Juli 2024   09:51 Diperbarui: 8 Juli 2024   09:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iklan moral" merujuk pada upaya untuk mempromosikan prinsip-prinsip etika melalui argumen rasional semata. Pendekatan ini, yang dominan dalam filsafat moral analitik, berasumsi bahwa kebenaran moral dapat ditemukan dan dibuktikan melalui penalaran logis (Singer, 2011). Namun, kritik terhadap pendekatan ini menyoroti keterbatasannya dalam menangkap kompleksitas pengalaman moral manusia.

### 3.2 Kritik Al-Ghazali terhadap Ketergantungan Akal

Al-Ghazali, dalam karyanya "Tahafut al-Falasifah", mengkritik para filsuf yang terlalu mengandalkan akal dalam memahami realitas, termasuk moralitas. Ia berpendapat bahwa:

1. Akal memiliki keterbatasan dalam memahami kebenaran moral yang kompleks (Al-Ghazali, trans. Marmura, 2000).
2. Pengabaian wahyu dan intuisi spiritual dapat menghasilkan pemahaman moral yang tidak lengkap (Griffel, 2009).
3. Moralitas yang hanya didasarkan pada penalaran logis berisiko mengabaikan dimensi emosional dan spiritual dari pengalaman moral (Moosa, 2005).

### 3.3 Relevansi dalam Etika Kontemporer

Kritik Al-Ghazali memiliki resonansi dengan beberapa pemikiran dalam filsafat moral kontemporer:

1. Etika Kebajikan: Pendekatan ini menekankan pentingnya karakter dan kebijaksanaan praktis, bukan hanya penalaran abstrak (MacIntyre, 2007).
2. Intuisionisme Moral: Beberapa filsuf kontemporer berpendapat bahwa intuisi moral memiliki peran penting dalam pengetahuan etis (Audi, 2004).
3. Neuroetika: Penelitian dalam bidang ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan moral melibatkan proses emosional dan intuitif, bukan hanya kognitif (Greene, 2013).

## 4. Kesimpulan

Analisis terhadap konsep "iklan moral" dan kritik Al-Ghazali terhadap ketergantungan berlebihan pada akal dalam etika menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam memahami moralitas. Meskipun penalaran logis tetap penting, dimensi emosional, intuitif, dan spiritual juga perlu dipertimbangkan dalam diskursus etika. Pemikiran Al-Ghazali, meski berasal dari abad ke-11, tetap relevan dalam mengingatkan kita akan kompleksitas dan kedalaman pengalaman moral manusia.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan moral - termasuk akal, intuisi, emosi, dan nilai-nilai spiritual - dalam kerangka etika yang komprehensif dan relevan untuk masyarakat kontemporer.

## Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun