Perempuan & Keibuan, Tanpa Suatu Persoalan Iman Agama, Di rahimnya : Sebuah Manifesto Feminimisme & Universalitas ; Kemanusian.
Oleh : Ahmad Wansa Al-faiz.
      Menggugah refleksi mendalam tentang esensi keperempuanan dan keibuan di luar konteks keagamaan. Ini adalah seruan untuk menghargai dan memahami pengalaman perempuan, khususnya dalam peran sebagai ibu, tanpa memandangnya melalui lensa dogma atau institusi agama.
1. Universalitas Pengalaman Ibu:
  - Keibuan adalah pengalaman yang melintasi semua batas---etnis, nasional, dan agama.
  - Di setiap sudut dunia, ibu merawat, melindungi, dan membimbing.
  - Esensi ini sama, terlepas dari latar belakang iman seorang ibu.
2. Rahim: Simbol Tanpa Label:
  - Rahim adalah lambang kehidupan, perlindungan, dan pertumbuhan.
  - Dalam banyak budaya, ia dikaitkan dengan dewi atau arketip spiritual.
  - Namun di sini, rahim dibebaskan dari asosiasi agama spesifik.
  - Ia adalah simbol universal keibuan, milik semua perempuan.
3. Keibuan sebagai Pengalaman Manusia:
  - Menjadi ibu adalah bagian dari perjalanan manusia.
  - Ini bukan tugas yang diberikan oleh otoritas agama.
  - Melainkan, ia muncul dari biologi, emosi, dan pilihan pribadi.
4. Menolak "Sakralisasi" yang Membatasi:
  - Banyak tradisi memandang keibuan sebagai "panggilan suci".
  - Tapi pandangan ini sering membatasi peran perempuan.
  - Tema ini menolak pembatasan tersebut.
  - Ia menyatakan: keibuan itu suci karena sifatnya sendiri, bukan karena mandat agama.
5. Beragam Wajah Ibu:
  - Ada ibu dari semua latar belakang: religius, ateis, agnostik.
  - Ada ibu tunggal, ibu angkat, ibu LGBT.
  - Keragaman ini menunjukkan: tidak ada "tipe ibu" yang direstui agama.
  - Setiap ibu unik, berharga, dan valid.
6. Otonomi dan Pilihan:
  - Perempuan memilih sendiri apakah dan kapan menjadi ibu.
  - Ini bukan keputusan yang diatur oleh kitab suci.
  - Ada yang memilih tidak memiliki anak, tetap utuh sebagai perempuan.
  - Tema ini mendukung kebebasan reproduksi perempuan.
7. Etika Keibuan yang Universal:
  - Nilai-nilai keibuan tidak eksklusif untuk agama mana pun.
  - Kasih sayang, kesabaran, pengorbanan---semua universal.
  - Seorang ibu ateis bisa sama penuh kasihnya dengan ibu yang sangat religius.
  - Kualitas ini berakar pada kemanusiaan bersama.
8. Rahim sebagai "Rumah", Bukan "Kuil":
  - Dalam beberapa tradisi, rahim dilihat sebagai "bejana suci".
  - Ini bisa membuat perempuan merasa seperti "wadah" berjalan.
  - Tema ini memandang rahim sebagai "rumah"---tempat pribadi dan intim.
  - Ini adalah ruang yang didefinisikan oleh ibu sendiri, bukan oleh doktrin.
9. Penolakan terhadap Rasa Bersalah Berbasis Agama:
  - Beberapa ibu merasa bersalah karena tidak memenuhi standar agama.
  - Misalnya, bekerja daripada menjadi ibu rumah tangga penuh waktu.
  - Tema ini mengatakan: definisikan kesuksesan Anda sendiri sebagai ibu.
  - Tidak ada "cara yang direstui" untuk menjadi ibu yang baik.
10. Keibuan dalam Mitos dan Sains:
  - Arketip ibu ada jauh sebelum agama terorganisir.
  - Dari Dewi Bumi kuno hingga "Lucy" nenek moyang manusia.
  - Sains modern menjelaskan ikatan ibu-anak melalui biologi.
  - Hormon, gen, evolusi---bukan wahyu---membentuk keibuan.
11. Spiritualitas Personal vs. Dogma:
  - Banyak ibu merasakan yang "sakral" dalam pengalaman mereka.
  - Tapi ini sering merupakan spiritualitas pribadi, bukan dogmatis.
  - Saat melahirkan atau menyusui, beberapa merasakan keterhubungan kosmis.
  - Koneksi ini melampaui batas-batas agama institusional.
12. Merangkul Semua Ibu:
  - Seruan untuk menerima setiap ibu, tanpa syarat.
  - Kepada masyarakat: Hargai ibu di luar norma Anda.
  - Kepada institusi: Dukung semua ibu, terlepas dari iman mereka.
  - Kepada ibu sendiri: Anda berharga, dengan atau tanpa sanksi agama.
"Perempuan & Keibuan, Tanpa Suatu Persoalan Iman Agama, Di rahimnya" adalah manifesto yang kuat. Ia menyatakan bahwa sifat mendalam keibuan---cinta, perawatan, pengorbanan---tidak bergantung pada atau divalidasi oleh kerangka agama apa pun. Sebaliknya, kualitas ini muncul dari lubuk hati manusia yang paling dalam, dari biologi kita yang dibagi, dari pengalaman universal memberi kehidupan dan cinta.
Tema ini menantang kita untuk melihat melampaui label dan dogma, untuk menghargai setiap ibu dalam keunikannya. Ia mengajak kita untuk mengakui bahwa di dalam rahim setiap perempuan---apakah ia memilih untuk membawa kehidupan di sana atau tidak---terdapat potensi dan kesucian yang tidak memerlukan stempel persetujuan dari otoritas agama mana pun. Keibuan, dalam esensinya, adalah tentang manusia merawat manusia, sebuah tindakan yang dalam dan bermartabat dalam dirinya sendiri.
A.W.E.
Bandar Lampung,
03/06/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H