Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dini Hari

7 Februari 2024   01:50 Diperbarui: 7 Februari 2024   01:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada lagi yang dapat kudengar kini
Suaramu sedang mengetuk di pintu

Jika kau cinta padaku
Kenapa engkau tinggalkan aku
Bawalah aku bersamamu

Itulah semua yang aku ingin

(Koladine).

DINI HARI.

0)

Dini hari
Dan tidak hujan dan mendung
Di dalam kamar aku menulis
Di bawah terik lampu sorot

Ode yang kemarin adalah
Ode bagi anak-anak negeri imaji

Terkatung-katung kantuknya
Di dalam benak bersayap
Kunang-kunang;
Di bawah bumi tertidur
: bagai seekor jangkrik
Dalam orkestra fajar merah
Gemuruh maghligai hari bersamamu

Tapi, oh!

Sesekali aku menyadari

Tidak langit atau bumi tanah ini -yang
Membuat kata terdalam lautan

Sayap-sayap kepak
Meski bukanlah
burung aku ini

- setelah usai petani Bojongsari baca puisi
Dengan padi yang ditanam sendiri
Dan secarik puisi yang ditulis di dalam nadi
Yang pernah bermimpi jadi abdi
Bagi tegak dan berdirinya demokrasi

1)
Dini hari
Dan bumi tidak basah lagi
Karena becek oleh air ilahi

Sekabut usia yang tak tahu lagi
Entah apa yang sedang terjadi di mimbar diri
Dan batas-batas situasi ini
Semakin membuat akal menjual harga diri
 
"Tuhanku kenapa kau tinggalkan aku!"

Setahu sudah setelah aku melepas terompah
Dan nyaliku terkatung mengahadapi
Dari apa yang sedang terjadi di negeri
Yang melahirkan tragedi

Lusinan fotomu Lusiana
Telah terbakar oleh jejak api
Dan menjadi abu bara birahi
Sepi dan purnama laki-laki

2)

Dini hari
Menghabiskan waktu yang tersisa
Menjadi saksi bagi mereka
Yang akhirnya kembali :

Pada tanah
Pada bumi
Pada cacing renik jasad bumi

3)
Dini hari
Dan asap rokok yang hening berkabut
Menguliti ingatan-ingatan yang mengering
Kurus kerontang bak bilah lidi

Sementara,
puntung-puntung sisa
dan kedalaman suara
Ombak lautan yang mengudara :
Silih berganti mendebur karang-karang
Sepi dalam ilusi dan bukan puisi

4)

Dini hari
Dunia makin kosong
Di dalam larutnya sunyi
Dan juga sepi

5)

Dini hari 

Dan tawamu tak di sisiku lagi

Terkadang aku diterkam
Pertanyaan-pertanyaan dan Sepia
Menjadi risau oleh kehadiran
diri sendiri di dunia

Sejak beranjak berbagai arti dari arti
Kemudian kemudi aku letakan
Di atas meja : terhampar catatan hari-hari
Tak bersamamu lagi.

B. Lampung,
7 Febuari 2024.
A.W. al-faiz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun