Sementara, di tengah pesta-pesta itu yang disirami tawa canda, dan keseriusan serta omong kosong yang berlebihan. Sejenak aku mengerami telur burungku yang senyap, sebagai lelaki yang tak menetas atas kreasi condong terkecuali jiwa yang cangkul dan pacul atas setiap peristiwa dan waktu serta kebahagian untuk menunda kematian seorang pencangkul liang tanah di pemakaman yang mengubur kebiasaan berpikir orang terdahulu yang menjadi orang tua ayah dan ibuku.
Melahirkan hujan yang membanjiri mimbar cerita. Dengan khutbah pendek dan singkat di lema pelabuhan hikayat, Rikayat Jelita sang putri raja dengan tujuh cangkul di tangan aku menggali kisah yang hanyut terbawa prasangka. Curiga dan skeptik.
B. Lampung, 15 Januari 2024.
A. W. al-faiz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H