Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Sudut Rendah Saat Udara Begitu Padat di Nafasmu

28 Desember 2023   01:13 Diperbarui: 28 Desember 2023   01:39 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada Sudut Rendah Saat Udara Begitu Padat Di Nafasmu.


- buat, Butet K.

Cerpen.

        Sejenak lekuk, dan arti dari hal yang biasa itu, aku mulai menyadari aku mengalami sakit di ujung jari karena intensitas nada. Senar Piramida dari batu pemakaman benak waktu para fi'aun.

         Pada malam sunyi itu, lagu itu dari suara sang penyanyinya, terasa suatu pemahaman dari pengartian tentang sesuatu yang begitu padat suaranya di lamunanku, semakin terasa bahwa ada sesuatu yang jelas dalam amsal hidup sebagai dalam refleksi dan kontemplasi ruang. Namun, hal terburuk adalah suatu kondisi ketika seseorang justru di serang perasaan tersebut, atau ketika seseorang merasakan suatu akhir dari masa berdo'a. Dan memandang diri pada sudut siklus, akan suatu pemahaman yang terbaik.

"Aku telah paham, akan hal ini sejak semula!" Kata Ordi Van Zaki.

         Ayah, Ordi mengilhami namanya dari sebutan Paris Van Java dalam isue kebudayaan di masa muda dirinya. Dan menjual laris tanah,  keluarga tanpa tersisa, bahkan yang tidak menjadi miliknya yang diwariskan oleh kedua nasab terutama dari ayah yang bernama Robi al Badalah, seorang pembantu kepala seorang lurah, atau kepala desa, di balai desa Madin. Sebagai penebusan atas semua itu, kemudian dia menamakan Ordi sebagai Van Zaki. Sebuah sisi kecerdikan karakter mafia dalam film, yang mendudukan julukan Pablo kepada pemimpin mereka.

         Bagi Ordi kebingungan dan kegamangan keyakinannya, adalah suatu ayat bahwa, seseorang masih dapat konsisten di dunia yang nyata. Secara konsistensi akan keberadaan proses. Dan sekilas pada saat pertama kali bertemu dengan Butet, melihat kemiripan akan suatu kenyataan imajinasi benaknya sendiri, yang terjadi sebelumnya. Yang itu adalah khayali mungkin, azali, yang tiba-tiba, tanpa awal dan akhir, di dalam mimpi. Namun, yang terindah dari mimpi, ialah engkau boleh memilih itu untuk menjadi realitas atau tidak menjadi realitas dari perjalanan hidupmu.

           Ordi mengkhayal, dalam kalkulasi pwristiwa cintanya yang pernah terpuruk. Sebagai perasaan yang di anggapnya sebagai emosi yang buruk.

          Sementara, dia melihat Avelia masuk dari pintu - yang seksama, untuk mengambil kehormatannya di sana. Dia telah mengikhlaskan penderitaannya pada suatu ruang kamar dengan seorang lesbian dari jarak yang mundur di pantai utara Sanur sebagai asal muasal dirinya. Dan, berkata,

               "Aku menyukai kamar mandi untuk membuang segala sesuatu yang berharga dari diriku!" Sehingga, Ordi berpikir bahwa, tak ada di waktu sebelumnya, bertemu dengan seseorang itu, yang begitu bodohnya.

            Dan, seperti mendahului takdir dari atas pikirannya sebelum realitas itu terjadi. Yang sebagian adalah batas ruang, dan sebagian menyebutnya dinding anak-anak yang menyukai permen sebagai tempat meratapi, semua kesedihan.

"Aku, tuh ya, ..." kata, Avelia mengambil puntungan kata-kata dari asap cerita setelah menyantap seekor api pemberkatan dari pembakaran diri dari lingkaran permenungan kudus. Dia, meremas puting susunya sendiri untuk diambil air tajin kegembiraan, bagi para tulang-tulang para veteran perang, di masa kemerdekaan - dimana, sang nenek adalah wanita bersanggul kebaya yang memiliki tenaga 300 ekor kuda dalam semalam, melumat dan memakan birahi para pria tandus yang gelisah karena perang yang tak kunjung berakhir. Aku bahkan, mencium aroma yang amis darah di atas jok sebuah kapal boot bermesin Jepang, saat berkunjung ke sebuah pulau di laut Qatar saat bersama, menemui Morgana bersama Ordi Van Zaki.

             Padang tandus begitu rupa dari dalam mimpi itu, sebuah jejak dari sebuah mata air, dari arwah penasaran ibuku, di atas pinggan sejadah santapan rohaninya. -- sebuah kitab berdarah, sebuah kitab, berisi, tafsir mimpi, yang di tulis oleh Freud Sigmuen.

Dan beberapa tahun silam, Averos mengulangi kisah itu dalam Eros kewajiban miliknya, ketika berada jauh bersebrangan dari masa lalunya. - di atas bara cerutu yang mengambang di dalam gejolak helojah pikirannya. Dan, ilusi tentang tuhan yang berbaring dan terbang selakyaknya kupu-kupu warna-warni sebagai keajaiban seorang peri sihir. Dengan sengaja menodai seorang muridnya yang belia sebagai hamba birahi, dan berdalih, bahwasannya sebagai kecenderungan yang alami dari dalam prilaku praktis klinik prostitusi milik Avelia.

"Dan, setelah ini, ... kita akan menonton, dan menyaksikan, pertujukan kerbau!" Kata, Averos. Di hadapan pemisah ruang itu, ruang teater berlampu kuning para peziarah kubur orang-orang yang mengembara membawa tilam menghidangkan gambar pizza dalam blangko menu, suguhan setiap prangko kilat yang di tempel di amplop di kantor pos.

            Pada ruang itu tak dapat kutemukan pintu bagi diri untuk masuk ke dalam sebuah prahara, cerita pendek sekali pun saat menulis ilusiku tentang puisi panjang pusara seorang ayah yang jelek dan boo boo telah terbaring sunnah, saat kematiannya sebagai seorang penulis di hadapan para pembaca dan tamu di atas kertas berlampu di atas meja yang mengeja nama iblis. Berduka dengan nganga mulutnya, di tanah makam dirinya dan suara, orgi barbadosa, yakni, sebuah kecaman dari kriteria bahasa, seorang psikiater muda, dia pun, melepas kesenangan dunia, dan lalu, pergi, dengan penderitaan yang melebihi ekspresi ungkapan manusia berdosa, karena, dianggapi sebagai binatang dan jalang.

Bandar Lampung, 27 Desember 2023.
A.W. al-faiz.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun