Nilai Abstrak Aklamasi : Memilih Pemilu Dan Demokrai Damai Sebagai Pilihan Kepemimpinan.
     Sebagaimana, hal yang semestinya harus di rumuskan jauh sebelum keadaan, pada saat sekarang dalam rute kehidupan birokrasi elit dan pemerintahan, sebagai prilaku dan sikap politiik di dalam bernegara. Di tengah kelangsungan proses pemilihan umum saat sekarang ini. Menjadi pertanyaan adalah, tonggak dalam pengertian tolak ukur, dan parameter apakah yang menjadi nilai dan landasan, keikutsertaan kita sebagai rakyat untuk dapat turut dalam proses di wilayah legalitas negara secara konstituen, sebagai bagian dari ruang kehidupan sosial masyarakatnya menjamin kehidupan bersama yang berintegrasi, berintegral, dedikatif, dan juga bersama semuanya menyeluruh, menjamin keberlasungan seseorang, dari unit terkecil sampai kepada yang lebih luas maknanya, individu, kelompok, dan golongan, serta ruang lingkup, lingkungan, di dalam proses menjalani, kehidupan bernegara.
Presedensi Demokrasi Sebagai Pemimpin : Sebuah Catatan Pemilu 2023.
Saya ingin katakan bahwa, merepresentasikan kepentingan publik, di tingkatan meja konstitusi, bukan seperti halnya merumuskan dengan apa yang kita laksanakan sebagai makna, tentang etika dalam panggilan di dalam keyakinan atau agama dan ideologi tertentu. Dimana, birokrasi dan intuisi pemerintahan negara, Â adalah sesuatu yang sangat dekat dan akrab dengan relaitas yang sebenarnya, yang memiliki asas, dan pemetaan dan rute di dalam sejarah bagi pembangunan suatu wilayah berdasarkan tradisi dan indikasi demogrrafi serta kultur identitas - sebagai arah dan parameter tujuan di dalam menentukan kebijakan dan definisi terkait satu agreement, dan pernyataan yang sama terhadap berdirinya suatu legal standing demokrasi sebagai paramater bernegara.Â
Yakni, justru merupakan implementasi, dan implikasi dalam kemerdekaan yang sebenar-benarnya, atau juga dalam kondisi yang berkenaan kontelasi yang ada, adalah tafsir bagi kelangsungan kemerdekaan hati, perasaan, dan pikiran serta jiwa, tubuh, secara fisik, dalam menentukan identitas dirinya, dan juga,  dalam menentukan hak pilih, dalam analogi proses terkait dalam jalan symbolisme pemilu 2023, saat  ini. Dan, demokrasi sebagai, tafsir dalam dilema menentukan keberpihakan atas interlrestasi dalam interprestasi bagi jalan ideologis secara terbuka dalam preseden di ranah proses bernegara.
Parameter Ide; Sebagai Paradigma Parameter Ideal Preseden Proses Pemilu 2023.
 Sebagai, kesinambungan terkait, ide-ide dasar di dalam paradigma berpikir dan presfektif serta tujuan pembangunan negara atau dalam pengertian gagasan tentang state sebagai suatu konstruksi keberpikiran, dalam tolak ukur keterhubungan dan keberlangsungan citra ideal dalam melihat potensi kebijakan yang menyeluruh bagi semua. Sosok, dari integritas kepemimpinan yang integral, dalam implementasi logis - dalam nilai yang dedikatif akan demokrasi sosial. Setidaknya adalah pola dan motif yang menentukan keterukuran motifasi pemilihnya. Yang, dengan demikian kenyataannya adalah, semua rakyat, dengan keberagaman latar belakang, kemajemukannya, tentu, telah menentukan kecenderungan tersebut sejak awal sebagai peta kehidupan dalam plat-form, individunya dan sebagai peta bagi plat-form kehidupan sosialnya sebagai akar dari radikulasi akar yang menjembatani apa yang saja ketentuan dan tatanan, dalam siklus logis demokarasi dalam demokrasi kita.
Sejarah:
Sebagai Pangkal Dan Ujung Moral - Pedagogi Demokrasi Sosial Kita.
Dalam, mengambil suatu ranah pelajaran yang berharga di masa awal, bagi setiap "manusia" di atas muka bumi, serta dalam proses pencitraan yang ada dari para tokoh, pemimpin, dan juga kondisi serta keadaan problematika bernegara, juga dalam siklus dialektika sebab dan akibat, dalam mengawal lintas sisi keberlangsungan kehidupan bersama, dalam bernegara, dalam kepentingan setiap individu rakyat, ummat manusia, kepada lingkungan yang dengan batas skala prioritas, kepentingan yang lebih luas yakni ruang lingkup, lingkungan sosial.Â
Telah, banyaknya kita dapati suatu paramater berharga akan kegagalan sdnagai kekecewaan, dalam harga nilai dari inter- dan juga intrareduksi, kepada jalannya argumentasi negara oleh kebijakan sebagai agresi bagi hak dan kewajiban preseden dalam arti quaranty atau garansi bagi nasib hidup, yang dapat dirasakan sebagai suatu pilihan yang ideal dan juga dirasa cukup untuk menjalani proporsi dalam proposisi kehidupan yang layak dalam sistem ruang bernegara dalam parameter yang dipersempit menjadi - tinjauan kebahagian dalam makna kesejahteraan yang berdaulat di dalam konteks landasan, pokok pikiran negara, yakni, pada, sila ke-lima pancasila misalnya saja.
Dimana, individu secara emosional dalam kesadaran yang berharga bagi keikutsertaan ideologis yang logis dalam parameter di luar hal tersebut secara eksternal. Yang, semestinya sstiap manusia, setiap individu, dengan berkeadilan, tersebut, mendapat kedaulatan atas pilihan, pemerintahan, dan birokrasi statisnya, Â dalam dan dengan presedensi, dari apa yang dinalar dari, dan landasan bernegara, kesejahteraan hidupnya sebagai bagian atau deparsial atas bunyi akhir dalam sila tersebut yang menyatakan, yakni, bagi seluruh rakyat Indonesia, yang berkeadilan, karena berdaulat dengan berdasarkan kesejahrteraan individu-individunya.Â
Dengan, demikian penderitaan bernegara pun dapat dikatakan, terhapuskan. Oleh nilai leaetaraan, atau equalisi bagi suatu integrasi nalar pilihan atas kecenderungan alamaiah dan mendasar sebagai fitrah bagi kemerdekaan yang dicapai dan demokrasi yang dipinjam sebagai nalar sistem, dan intuisi, sistem develomtar moduler sosial kita yang kita pakai suatu pernyataan sistem ideologi dan ruang publik yang di yakini baik, dan ideal secara harfiah dalam konteks yang privat individunya, dan dalam konteks publik juga bagi individunya, yang tidak harus menerima dan memberikan subtansi yang tidak memadai dari interprestasi dari margin yang di anggap menyalahi kode etik dari evaluasi dan presentasi kehadiran makna, sejarah bagi nilai, dan sebagai nilai, pengalaman yang harfiah, dan subatantif, dari sisi dan sosok kepemimpinan, tertentu, sebagai polusi, luka sejarah, dalam indeks perlakuan, dan juga makna kontaminasi kehidupan bersama sebagai limbah yang mencemari nama tuhan di muka bumi, juga sebagai zoo religio, dalam keyakinan, sebagai makhluk beragama.
Kesimpulan.