PUNCAK HIMALAYA & EVEREST.
puisi, sabat.
Oleh :Â Ahmad W. Al-faiz
0/.
Orang yang pergi. Menuju tepi jurang;
Oleh, karena percaya pada lisan pembohong;
Oleh karena terpana dengan seorang yang tak melihat dan buta;
Tak jernih pikirannya bagai air; tak menghidupkan kehidupan sekelilingnya.
"Fatamorgana!" Dia ilusi di ambang hati penuh ambisi dan nafsu semata!" --
"Dia, ingin setumpuk daging!" yang segar;
Tanpa terkecuali, daging bidadari; "Dia ingin daging!"
"Mereka antri!" ;
Menyodorkan diri, menyodorkan waktu mereka, menyodorkan nyawa mereka untuk jatuh ke dalam jurang.
1/.
Kalam,
Dari sungai susu payudara Ibu; mengucapkan tangis seorang bayi, yang terbangun dari lapar, tergopoh mulutnya menyusuri sepanjang sungai dahaga.Â
"Di kecupnya, luka!"
"Diminumnya, dahaga, susu!"
Terasa, sudah; rusak sebelanga nila ini, dalam hati. Karena, susu, setitik kasih untuk Rahwana Dipa.Â
"Rusak kasih yang ditelan tenggelam dalam sungai putih; "keringat ayah berkulit hitam, sejernih air, dari air mata, mata air."
"Aroma tubuhnya, masih mendera cinta; dari kasih diri sendiri."
"Pulanglah, pulang!"
"Engkau ke pangkuan benih!" Tumbuh liar di puncak Himalaya dan Everest menjadi tanaman liar dari keabadian; yang tak pernah ada."
Bandar Lampung, Kamis 17 Agustus 2023.
Ahamad W. Al-faiz
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H