Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keong Racun

11 Agustus 2023   03:12 Diperbarui: 11 Agustus 2023   03:15 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---------------------------

Sementara, angin berputar semilir di dalam ruang kamar, yang tak seperti di hotel berbintang dengan sebuah AC di dinding kamar hotel. Yang, dingin mengigit, mencubit-cubit beku kulit Nayo, pada suhu yang rendah mengantarkan kantung mata yang lelah, dan mengusapnya membawakan sekantung sisa-sisa tubuh yang nan sudah lelah, yang mengajak bergegas mengantuk kepada lelap tidur dan mimpi. Segelas kopi sudah bocor di dalam, lubang tenggorokannya.

Dan untung saja tubuh Nayo bagian leher, bukanlah penganut dari aliran tembolok ayam betina maupun jantan, atau unggas manapun juga yang berisi biji-bijian, dan beras. Juga jagung.

Setelah, bicara pada Tanjung, bahwa dirinya, akan meneruskan persinggahannya menuju kota Batam di kepulauan Batam. Ke tempat, seseorang, kawan dan kerabat dari almarhum ayahnya. Dan jika tidak berhalangan Nayo juga ingin sekali untuk akan bertemu dengan gadis itu, Lara Luka di sana.

Secarik sinar bintang dalam layar langit-langit, atap kamar di rumah itu. Setiba di rumah kerabat almarhum ayahnya. Ayah Nayo yang wafat tiga tahun sudah berlalu. Dan meninggalkan sufah kenangan yang hangat dari hitamnya wajah pria itu terbakar matahari yang menyengat.

Yang, diiringi dengan gemuruh suara angin dari putaran rotasi dari kincir sebuah kipas angin, yang terus-meneus menggeleng-gelengkan dirinya. Seakan-akan berkata-kata, tentang panasnya udara malam di tepi laut pantai pulau Batam. Malam, itu, selayaknya malam yang penuh keramat, dimana setiap bangsa Jin bersegama membuang anak-anak manusia ke dasar laut di pelabuhan Marina, di sudut lain dari kota Batam.

Pada malam kedua. Nayo megunjungi dan singgah pada kekeruhan di atas meja restoran.

Dan, sambil menunda kepulangan ke Jakarta besok. Sementara itu, direstoran seafood tersebut, tampak beberapa kader partai politik, menjelang pemilihan Walikota, menyantap menu seafood. Sambil, membincangkan dengan serius kandidat yang sedang mereka usung dalam pemilihan. Sambil, membuang sisa cakang dari keong laut, yang baru saja di santap ke atas piring, seorang pria bertubuh hitam, dan gemuk itu, lalu meminum jus yang tersedia di meja. Dan, malam, bergeser hampir tiba pada pukul jam 9 waktu setempat.

Selembar, amplop berisi surat, dan uang, yang masih tersimpan dalam saku. Dan, Nayo masih nampak bimbang memberikannya, kepada lelaki berkulit, hitam bertubuh, gemuk di sebuah meja besar restoran tersebut. Yang sedang duduk bersama, orang-orang para kader partai pendukung, kandidat calon pemilihan Walikota pulau Batam.

Beberapa, tahun lalu, orang-orang para alumni pergerakan mahasiswa juga turut di undang dalam pesta perjamuan, pernikahan putra si pria gemuk berkulit hitam yang duduk bersama-sama dengan kader partai di dalam restoran seafood diantara para pelayan restoran yang hilir mudik mengantarkan pesanan para pelanggan lain. Pesta perjamuan, pernikahan, yang memakai konsep pesta standing party di balai wisma haji, kota Batam. Dan seluruh staf administrasi pemerintahan kepulauan Batam, kota Batam yang ikut terlibat. 

Dari, sudut ke sudut halaman wisma, para penjaja makanan pesta dengan gerobak, mereka adalah para pedagang makanan di seputar wilayah kota Batam, kepulauan Batam. Yang memang dengan sengaja di bayar keikutsertaannya, untuk mengisi, logistik kuliner perjamuan pesta, dalam nuansa yang berdiri itu. Dan beberapa panggung berisi pementasan nyanyian lagu-lagu kekinian, serta panggung berisi kesenian lagu-lagu bermotif Melayu dengan pianika, dan gitar gambus, serta kendang rentak. Yang serentak tampak serasi dan harmoni dalam alunan nada dan iramanya. Mendendangkan pesta dengan lagu populer, berjudul Bunga Seroja dari puan Datuk Siti Nurhaliza. Kini, syairnya, sayang lebih serupa lagu pop untuk remaja Melayu yang saat ini semerbak adatnya, tak lagi ber-indai dan berkain sarung sehari-harinya. Mengaji, menuju surau di tengah gelap pulang ke rumah membawa obor dan mendekap kitab suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun