Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti".
Skenario Pembelajaran Kontekstual
Sebelum pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual, tentunya guru harus terlebih dahulu menyiapkan rencana pembelajaran (skenario) sebagai pedoman umum, dan kini setiap komponen pembelajaran kontekstual dijadikan pembelajaran dalam pelaksanaannya. Pada prinsipnya pembelajaran mendalam dapat dilaksanakan sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mengembangkan pemikiran siswa untuk mewujudkan kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan barunya sendiri.
Langkah kedua adalah melakukan kegiatan penelitian semaksimal mungkin.untuk semua mata pelajaran yang diajarkan.
Tahap ketiga, mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan.
Tahap keempat, menciptakan komunitas belajar misalnya melalui diskusi kelompok dan kegiatan tanya jawab.
 Langkah kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui gambar, model atau bahkan media nyata.
Langkah keenam, bimbing anak-anak untuk merefleksikan setiap pembelajaran yang telah diselesaikan dalam kursus tersebut.
Langkah ketujuh adalah melakukan evaluasi objektif, yaitu evaluasi terhadap kemampuan nyata setiap siswa
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana tindakan kelas yang dikembangkan oleh guru, yaitu berupa skenario langkah demi langkah yang dilakukan bersama siswa selama proses pembelajaran. Program tersebut harus secara jelas mencerminkan pelaksanaan tujuh komponen pembelajaran kontekstual, sehingga setiap guru siap secara utuh terhadap rencana yang akan dilaksanakan dalam arah belajar mengajar di kelas.
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program pendidikan tradisional yang digunakan guru hingga saat ini. Mereka dibedakan berdasarkan penekanannya, dimana pada model tradisional lebih ditekankan pada deskripsi tujuan yang dapat dicapai (jelas dan fungsional), sedangkan pada program pembelajaran kontekstual lebih ditekankan pada skenario pembelajaran, yaitu. selangkah demi selangkah. kegiatan yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan p pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual hendaknya:
menyediakan kegiatan pembelajaran utama, yaitu laporan kinerja siswa yang merupakan gabungan antara keterampilan utama, materi inti, dan indikator pencapaian hasil pembelajaran.
Nyatakan dengan jelas tujuan pembelajaran umum.
Mendeskripsikan secara rinci alat dan sumber pembelajaran yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
Merumuskan langkah demi langkah kegiatan yang harus diselesaikan siswa dalam proses pembelajaran.
Merancang dan menerapkan sistem evaluasi, dengan fokus pada kemampuan nyata siswa baik selama maupun setelah pembelajaran.
Hakikat Pembelajaran Kontekstual dan Perbedaannya dengan Pembelajaran Konvensional
Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan di sekolah sekarang in. Â Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut, yaitu:
"CTL menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya peserta didikberperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
Dalam pembel ajaran CTL, peserta didik belajar melalui kegiatan kelompok. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional, peserta didik lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara real. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman. Sedangkan dalam konvensional kemampuan diperolah melalui latihan-latihan.
Tujuan akhir dari pembelajaran CTL adalah kepuasan diri. Sedangkan dalam konvensional tujuan akhir adalah nilai dan angka.
Dalam CTL, tindakan dibangun atas kesadaran diri sendiri. Sedangkan, dalam konvensional tindakan didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya hanya untuk mendapatkan nilai.
Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Sedangkan, dalam konvensional tidak demikian.
Dalam CTL, peserta didik bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. Sedangkan, dalam konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
Dalam CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan, dalam konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
Dalam CTL, keberhasilan peserta didik dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi dan sebagainya. sedangkan, dalam konvensional keberhasilan pembelajaran hanya diukur dengan tes saja. Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya".
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual
Kelebihan
Metode kontekstual akan membuat siswa lebih percaya diri saat menceritakan apa yang mereka lihat dan alami dalam kehidupan nyata, serta akan mempersiapkan mereka dalam menghadapi permasalahan yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Siswa tidak merasakan bosan dengan pembelajaran kelas yang monoton, yang membuat siswa lebih menyenangkan. Pembelajaran konteks juga membuat siswa lebih peka terhadap alam dan lebih mencintai lingkungan mereka. Di sisi lain, guru mempunyai tugas yang lebih besar dalam menentukan topik pembelajaran yang akan diajarkan (Sholeh, 2010).
Adapun kelebihan dalam model pembelajaran contektual, yaitu:
memberi murid kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka maka dari itu murid diajak untuk berpartisipasi aktif dalam PBM.
memberi murid kesempatan untuk berpikir kritis dan kreatif saat mengakumulasi informasi, mengetahui serta menyelesaikan masalah, sehingga pendidik bisa menjadi lebih kreatif.
model pembelajaran CTL memungkinkan guru untuk dapat memberi tahu murid tentang apa yang di pelajari.
pendidik tidak wajib untuk menentukan informasi berdasarkan kebutuhan seorang murid.
Belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Menolong murid bekerja secara efektif dalam berkalaborasi.
Terjalinnya hubungan berkalaborasi yang baik antara individu dan kelompok.
kekurangan
Model pembelajaran kontekstual memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah waktu yang digunakannya tidak produktif sebab memerlukan waktu yang cukup untuk memahami tema dengan materi. Selain itu, ketika diimplementasikan kepada siswa di kelas yang lebih kecil, seperti siswa di kelas satu dan dua. Pendidik menghadapi tantangan dalam menciptakan kelas yang menyenangkan. Jika di awal masuk kelas siswa diajak untuk belajar di luar kelas, akan susah bagi mereka untuk diatur dan memerlukan pengawasan tambahan karena siswa biasanya mempunyai keingintahuan yang sangat besar.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran kontektual ini, yaitu:
Ketentuan informasi atau materi di kelas didasarkan pada kebutuhan murid, sebab setiap murid memiliki keterampilan berbeda-beda di dalam kelas. Oleh karena itu, pendidik akan merasa sulit dalam memastikan materi pelajaran sebab tingkat pencapaian murid yang berbeda.
Tidak efektif sebab PBM memerlukan waktu yang lama.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode CTL, akan terlihat perbedaan yang jelas antara murid yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata dan murid yang mempuyai kemampuan dibawah rata-rata, sehingga membuat siswa yang memiliki kemampuan rendah menurunkan rasa percaya dirinya.
Karena metode pembelajaran CTL berdasar pada keaktifan dan upaya sendiri, murid yang tertinggal akan terus ketinggalan dan kesulitan untuk mengejar ketertinggalannya. Dengan metode ini, murid yang berhasil mengikuti tiap pembelajaran dan mereka tidak akan menunggu temannya yang tertinggal dalam menghadapi kesulitannya.
Tidak semua murid mampu mengembangkan dan menyesuaikan dirinya dengan kemampuan model belajar mengajar berbasis kontektual (CTL) ini.
Semua murid mempunyai kemampuan yang unik dan berbeda-beda, dan siswa yang mempunyai kemampuan intelektual yang luar biasa tetapi sulit untuk mengapresiasinya selama bentuk lesan akan menghadapi kesulitan karena CTL meningkatkan keterampilan soft skill lebih dari kemampuan Intelektual.
Pengetahuan yang dipelajari oleh masing-masing murid akan berbeda dan tidak merata.
Penilaian dalam pembelajaran kontekstual
Authentic assessment juga dikenal sebagai Penilaian autentik, yang dilaksanakan dalam pembelajaran CTL untuk memperkirakan implementasi pengetahuan dalam konteks autentik. Tujuan dari penilaian autentik ini adalah memberikan informasi yang akurat serta valid tentang apa yang sebenarnya dipahami dan bisa dikerjakan murid atau parkara suatu mutu program pendidikan menurut Ratumanan (2015: 89-95), Beberapa teknik penilaian termasuk dalam penilaian autentik, yaitu:
Asesmen kinerja (performance assessment)
Asesmen ini diaplikasikan untuk mengevaluasi seberapa mampu siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya mereka dalam keadaan nyata dalam konteks tertentu. Berdasarkan Johnson yang memetik dari buku "Inovasi Pembelajaran" yang ditulis Ratumanan, mengatakan bahwa dalam tugas kinerja, siswa harus menunjukkan pada penonton bahwasannya mereka sudah mencapaitujuan belajar tertentu. Asesmen kinerja ini bisa dipersingkat atau diperluas menjadi pertanyaan terbuka (open-ended question) atau pilihan ganda. Penilaian kerja dalam arti luas mencakup menulis, membaca, proyek, proses, penyelesaian persoalan, tugas penjabaran kajian, atau jenis tugas lain di mana murid dapat menunjukkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu
Portofolio (Portfolio)
Portofolio adalah jenis penilaian asli yang paling umum. Portofolio adalah mengkoleksi perkembangan siswa, seperti buku prestasi, keterampilan, dan sikap mereka. Portofolio dapat berupa catatan atau tulisan, tapi juga bisa berupa gambar, model, atau bahan ajar. portofolio ini mencangkkup kemajuan siswa dalam jangkawaktu tertentu, bisa satu semester, satu tahun, atau bahkan beberapa tahun.
Proyek (Project)
Proyek membantu siswa untuk menjangkau tujuan pembelajaran yang mungkin sulit dicapai melalui metode lain. Proyek adalah tugas yang meminta siswa untuk membuat sesuatu yang relevan dengan kurikulum dan bukan sekedar mereplikasi pengetahuan yang di peroleh dalam ujian. Dalam buku "Inovasi Pembelajaran" yang ditulis Ratumanan, Johson & Johnson menyatakan beberapa manfaat proyek, seperti:
Proyek memungkinkan siswa untuk berkreasi dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan.
Proyek memungkinkan siswa menggunakan berbagai media untuk menunjukkan dan mengklasifikasikan berbagai keterampilan mereka.
Proyek mengharuskan siswa menggunakan, menggabungkan, mengimplementasikan, dan mentransfer berbagai keterampilan dan berbagai informasi dalam proyek yang di buatnya.
Proyek memberi peluang pada murid untuk memberikan pertanyaan serta mencoba untuk menjawab.
d. Buku Harian dan Jurnal
Buku harian dan jurnal adalah media penting untuk mencatat, mendokumentasikan, dan merefleksikan pengalaman belajar siswa. Buku harian adalah salah satu bentuk self-reporting dimana siswa merangkum dengan singkat suatu topik yang telah dipelajarinya, dan jurnal adalah suatu bentuk self-reporting dimana siswa merangkum secara naratif suatu topik yang telah dipelajarinya. Isi jurnal dapat terdiri dari pengamatan, perasaan, dan pendapat yang dihasilkan dari respons terhadap bacaan, peristiwa, dan pengalaman. Jurnal memberi siswa kesempatan untuk merefleksikan ide-ide mereka dan menghubungkannya dengan ide-ide sebelumnya. Kemudian, pendidik mengevaluasi refleksi siswa untuk menentukan atau mengumpulkan data tentang sejauh mana pemahaman berpikir siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI