Mohon tunggu...
Ahmad Sulton Ghozali
Ahmad Sulton Ghozali Mohon Tunggu... Penulis - sudah manis, senang menulis

buku terbaru: kumpulan puisi Tiada Palung Sedalam Matamu (2024) | asghozali.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Siswa Enggan Bertanya ketika Belajar di Sekolah?

7 November 2024   14:28 Diperbarui: 7 November 2024   19:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai guru, barangkali ada momen-momen meresahkan yang ditemui ketika melakukan kegiatan belajar - mengajar dengan para siswa di kelas. Salah satu keresahan tersebut adalah minimnya antusiasme siswa untuk bertanya selama sesi pembelajaran berlangsung, misalnya setelah guru selesai menjelaskan materi pelajaran.

Padahal, inisatif yang dilakukan oleh siswa untuk bertanya perihal materi pelajaran sebenarnya memiliki peran yang cukup penting. Dengan pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru dapat mengukur pemahaman siswa, membaca situasi kelas, hingga menambah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Kendati demikian, tidak sedikit pula dari guru yang cenderung menganggap bahwa pertanyaan yang diajukan oleh siswa menandakan kelambatan siswa dalam memahami materi pembelajaran hingga dianggap menghambat proses pembelajaran. 

Jika demikian, ketika tidak ada yang bertanya, apakah berarti siswa sudah paham dengan materi yang dijelaskan? Tentu saja belum. Untuk menambah refleksi bagi seorang guru di sekolah, berikut beberapa motif lain yang dapat melatarbelakangi ketidaksediaan siswa untuk bertanya dalam proses belajar di sekolah.

Takut Bertanya karena Tidak Paham
Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dari awal mungkin akan selalu berada dalam satu jalur dengan guru. Bertanya menandakan adanya materi yang belum atau kurang paham. Akan tetapi, ketidakpahaman tersebut bukan berarti menandakan hal yang buruk. Alih-alih merasa terangkul, siswa dapat merasa tertekan ketika guru justru menanggapi pertanyaan siswa dengan meremehkan ketidakpahamannya. 

Belum lagi, pandangan teman sekelasnya yang sudah lebih dahulu paham dengan materi pelajaran tersebut. Setiap siswa memiliki kemampuan tersendiri dalam menerima hingga memahami suatu pembelajaran. Tugas guru bukan memisahkan mana siswa yang cepat paham dan siswa yang lambat, tetapi berusaha membuat seluruh siswa paham dengan materi yang disampaikan. 

Siswa juga dapat merasa takut jika pertanyaan atas materi pelajaran yang kurang paham justru dinilai sebagai tindakan yang tidak menghargai usaha guru yang telah menjelaskannya sedari awal. Oleh karena itu, siswa memilih alternatif yang lebih ramah, yakni berkonsultasi dengan temannya yang lebih menguasai materi pelajaran terkait. Padahal, guru juga manusia biasa. Penjelasan dari seorang guru belum tentu dapat dipahami dengan baik. 

Oleh karena itu, seorang guru yang baik adalah guru yang mampu memanfaatkan pertanyaan yang diajukan oleh siswa sebagai momen untuk introspeksi diri atas pengajaran yang telah diberikannya kepada siswa.

Khawatir Dijawab dengan Pertanyaan Apabila Bertanya
Tidak sedikit pula guru yang merespons pertanyaan siswa dengan pertanyaan lainnya, semisal pertanyaan untuk memicu pemahaman siswa dengan pengandaian tertentu. Cara ini memang terbilang wajar dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi, terdapat masalah baru bagi siswa yang menghadapinya. Apabila siswa keliru menjawab, ia  akan merasa lebih bodoh dua kali lipat. 

Sebagai catatan, tidak setiap siswa mampu berpikir dengan jernih dalam satu momen semata, terlebih momen yang membuatnya gugup. Dengan kata lain, siswa lebih berpotensi untuk  menjawab dengan jawaban yang salah akibat rasa gugup, kurang fokus, atau memang tidak paham ketika guru berusaha memancing pemahamannya dengan pertanyaan lain. Kesabaran guru pun semakin diuji ketika dihadapkan dengan situasi sedemikian rupa.

Siswa Tidak Ingin Dinilai Mencari Perhatian
Jangan salah, situasi drama pun dapat terjadi di kalangan para siswa. Dalam beberapa kasus, terdapat beberapa institusi atau kurikulum pendidikan yang mengukur keaktifan siswa sebagai salah satu penilaian prestasi. 

Salah satu indikator terkait keaktifan siswa tersebut adalah proses bertanya dalam kegiatan pembelajaran. Sederhananya, jika seorang siswa semakin aktif bertanya dan menjawab di kelas, maka ia dinilai lebih pintar dan antusias dalam proses pembelajaran.

Tidak jarang, beberapa siswa memanfaatkan momen tersebut untuk mencari perhatian guru sehingga mudah dikenal sebagai siswa yang aktif bertanya dan antusias. Siswa juga dapat memanipulasi situasi di kelas dengan pura-pura bertanya perihal yang sebenarnya sudah dikuasainya demi penilaian di mata guru. 

Bahkan, siswa dapat mengajukan pertanyaan yang lebih sulit kepada temannya dalam sesi diskusi atau presentasi di kelas untuk menjatuhkan temannya di mata guru. Fenomena tersebut pada akhirnya memberikan kesan yang negatif bagi siswa lainnya.

 Istilah "cari muka" tentu akhirnya tidak asing di kalangan siswa sendiri. Jika anggapan tersebut sudah terlalu parah, maka tidak ada siswa yang ingin bertanya karena tidak ingin dianggap mencari perhatian.

Ingin Durasi Pelajaran Cepat Selesai
Sudah menjadi rahasia umum di kalangan siswa bahwa dibutuhkan kekompakan untuk mempercepat durasi jam pelajaran. Strategi ini berjalan dengan persetujuan antarsiswa untuk tidak bertanya setelah guru memberikan penjelasan terkait materi pelajaran. 

Dengan demikian, diharapkan guru berekspektasi bahwa siswa sudah paham dengan materi pelajaran dan tidak perlu melanjutkan sesi pembelajaran hingga durasinya selesai. Hal ini juga dilakukan terhadap guru yang terbiasa menggunakan durasi pembelajaran semaksimal mungkin. 

Adanya siswa  yang bertanya justru membangkitkan gairah guru untuk terus menjelaskan materi pembelajaran hingga tidak sadar melebihi durasi mata pelajarannya. Sesi pembelajaran selanjutnya hingga sesi istirahat pun menjadi korban karena durasinya berkurang akibat ketidaksadaran tersebut.

Motif-motif di atas mungkin hanya beberapa dari sekian penyebab siswa enggan bertanya setelah guru selesai menjelaskan materi pembelajaran. Tidak dimungkiri juga bahwa siswa memang tidak benar-benar paham dengan upaya guru yang telah menjelaskan kembali sehingga bertanya pun dikira hal yang sia-sia, bahkan ketika guru sendiri yang menawarkan untuk bertanya. Tidak jarang pula, guru mengancam dengan tes mendadak untuk menguji pemahaman siswa ketika tidak ada yang bertanya.

Hal ini tentu menjadi tantangan bagi guru untuk memahami suasana dalam kelas dan beradaptasi dengan kebutuhan siswa. Hal ini dilakukan tidak hanya agar proses pembelajaran tetap berlangsung secara efektif, tetapi juga mampu memahami sisi psikologis siswa sehingga tetap nyaman dan percaya diri dalam mengembangkan potensi terbaiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun