"Hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan." "Dia diciptakan dari air (mani) yang memancar," "yang keluar dari antara tulang sulbi (punggung) dan tulang dada." At-Thariq [86]:5-7.
4. Kenapa Butuh Rasul/Utusan?
Para Rasul diutus untuk menyampaikan hukum-hukum Allah kepada manusia. Sebagai makhluk yang terbatas, manusia tidak dapat menciptakan aturan yang sempurna untuk mengatur hidupnya dan beribadah kepada Penciptanya. Oleh karena itu, hukum-hukum yang datang dari Allah melalui para Rasul menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. Seperti Al-Quran, bukanlah karangan manusia, termasuk bukan karangan Nabi Muhammad SAW. Tantangan Al-Quran yang meminta manusia untuk membuat yang serupa dengan ayat-ayatnya membuktikan bahwa kitab ini berasal dari Allah. Nabi Muhammad SAW membawa Al-Quran sebagai mukjizat terbesar, dan ini menjadi bukti kenabian beliau.
Bahkan, apakah mereka mengatakan, "Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur'an) itu." Katakanlah, "(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur'an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (Hud [11]:13)
Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, "Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (Yunus [10]:38.)
5. Kesadaran Akhirat dan Penerimaan Total Terhadap Syariat Islam
Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia harus dijalani sesuai dengan perintah Allah, karena setiap perbuatan manusia akan dihisab di akhirat. Iman kepada kehidupan setelah mati merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akidah Islam. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah An-Nisa [4]:136.
Iman kepada Allah harus disertai dengan penerimaan penuh terhadap syariat-Nya. Penolakan terhadap sebagian hukum syara', baik itu dalam ibadah, muamalah, atau hudud, merupakan bentuk kekufuran. Syariat Islam mencakup seluruh aspek kehidupan dan harus diterima secara menyeluruh.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh. (An-Nisa [4]:136.)
Jika Kufur Kepada Ayat : "Laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku" maka sama saja kufur terhadap : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Al-Baqarah [2]:275) atau ayat : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah (An-Nisa [4]:5)
Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa [4]:65)
Wallahu A'lamu Bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H