Mohon tunggu...
Ahmad Sobany
Ahmad Sobany Mohon Tunggu... -

Aku orang yang lurus-lurus aja...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lair! Lair, Lair!

28 April 2012   20:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 2787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang istriku menempati posisi siap melahirkan anakku. Bismillahirohmaanirohiim..... bismillaahirohmaanirrohiimm seribu kali! Kini saatnya engkau berjihad istriku!

"Ngeden, ngeden yang kuat, Bu!"

"Ayo Bu, ulangi lagi! Ngeden di bagian bawah, jangan di leher...."

'Terus Bu, terus paksa keluar!"

"Ayo Bu, dorong dengan marah....!"

Para bidan muda kasih komando. Istriku kelimpungan. Erangan, jeritan dan tangisannya tambah menghebat. Hamalathu ummuhuu wahnan ala wahnin! Entah apa yang aku lakukan saat itu. Tak kuasa, tak tega, tak mampu berbuat apa. Sekuat apa pun istriku ngeden perut mblenduknya seperti tak bergeming. "Kalo sampai satu jam belum lahir terpaksa divacuum, Bu. Ayo Bu, dorong yang kuat. Eman-eman biar gak sampai divacuum, " ujar salah seorang bidan.

Kepanikan, kepiluan kian menjadi. Jerit tangis dan rintihan istriku betul-betul sudah ambrol-brol. Tubuhnya lunglai. Nafasnya menyengal lemah, nyaris tanpa daya. Sementara aku pun sudah sampai titik nadir. Tak bisa mengucap kata, otakku  seperti mati rasa. Tak tergambar kecemasan dan kepanikan yang aku rasakan. Tapi aku juga marah. Marah yang sangat kepada para bidan muda itu. Di tengah penderitaan dan jerit tangis istriku yang dahsyat, kenapa mereka malah ketawa-tawa, bercanda, ngomongin pesbuk bahkan ngobrolin cowok!

Mbok yao, ada empati dikit gitu lo! Pengin banget aku remas wajah-wajah cekikikan itu. Pengin aku tarik mukanya dan aku teriakan fuck you, fuck you, fuck you....seribu kali.

Akhirnya waktu satu jam berlalu. Perjuangan hidup mati istriku belum membuahkan hasil. Aku pasrah. Aku melihat mereka mempersiapkan peralatan-peralatan untuk vacuum. Anakku akan ditarik paksa. Tapi katanya alat itu hanya menahan, tetap  istriku yang harus mendorongnya keluar. Ya, dengan sisa-sisa kekuatan yang ada. Aku perhatikan wajah istriku. Begitu tanpa daya dan menyerah. Aku cium keningnya. Aku seka keringatnya pelan-pelan. Sumpah, jujur sejujurnya aku baru kali ini merasakan getaran cinta yang dahsyat kepada istriku. Di telinganya aku bisikan  ayat ke 78 dari surat an-nahl : Wallaahu akhrojakum min buthuuni ummahaatikum, laa ta'lamuuna syai'an waja'ala lakumus sam'a wal af idata la'allakum tasykuruun!

Dokter  Pantjer masuk ke ruang persalinan.  Katanya, jika sampai empat kali dorongan belum lahir juga maka harus caesar. Apa pun lah! Aku siap dengan kepasrahanku. Istriku mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaganya yang sudah terkuras hampir selama 18 jam!

Bismillahirohmaanirohim!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun