Mohon tunggu...
Ahmad Sobany
Ahmad Sobany Mohon Tunggu... -

Aku orang yang lurus-lurus aja...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lair! Lair, Lair!

28 April 2012   20:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 2787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aduh.....! Jujur, aku sangat tidak percaya dengan jawabannya. Apa itu bukaan pun, aku hanya bisa mengucapkan tak tahu apa maksudnya. Aku menjadi bego sebegonya. Sungguh tak tahu kudu ngopo aku iki! Akhirnya aku manut saja. Menunggu, dan menunggu. Sementara istriku semakin kepayahan....

Sekira jam 2 siang kami kedatangan beberapa wanita berseragam putih- putih. Si Asisten mengenalkan bahwa mereka dari RSU, teman-teman Ibu Kristin. Katanya, salah satu di antara mereka, adalah kepala ruangan persalinan  di RSU. Yang disebut sebagai kepala ruangan persalinan RSU langsung melakukan observasi. "Sebenarnya sudah bukaan berapa, Bu?" tanyaku tak sabar.

"La tadi katanya sudah bukaan berapa?" katanya enteng sambil melirik dua asisten. "Ditunggu aja, semua normal," katanya sambil berkemas untuk pergi.

Rada plong, walaupun  tetap saja ragu. Ragu yang sangat. Tapi  aku putuskan coba nurut. Detik-detik yang pilu dan mengerikan pun masih berlanjut. Dua orang asisten bidan itu bolak-balik mengingatkan aku agar terus bermain-main dengan nipple istriku. Katanya biar cepet lahir.  Sehingga datang waktu maghrib, aku pamit kepada isriku untuk salat maghrib. Dengan hati galau dan panik aku salat sunah beberapa rokaat. Dalam sujudku aku berbisik berulang-ulang, fa inna ma'al 'ushri yusro!

Aku juga meneguhkan keyakinanku bahwa tak ada hal buruk yang bakal menimpaku. Pasti dan pasti! Bukankah aku sudah berdo'a, setiap selesai salat berjamaah dengan istriku dan setiap menjelang tidur selalu  aku belai-belai perut istriku seraya berulang-ulang membaca surat at-taubah 128 , "laqod jaa'akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun alaikum bil mu'miniina rouufur rohiim....!

Karena situasi tak belum juga menampakan tanda-tanda yang menggembirakan, selepas isyak, kami putuskan minta rujukan. Keadaan istriku sudah sangat lemah. Kata Bidan Kristin, via telpon,  ke Rumah Bersalin PERMATA HATI saja karena bisa langsung ditangani dokter. Yups.

Di sebuah ruangan ber-AC, yang AC-nya mati, di atas tempat tidur selebar 60 cm yang berdesak-desakan dengan 3 buah tempat tidur serupa babak baru yang mencekam dimulai. Sekitar 5 atau 6 gadis muda berseragam putih-putih sigap menangani istriku yang menjadi satu-satunya pasien di ruangan itu. Dokter Pantjer Budhi Walujo Sp.OG (K), satu-satunya dokter sekaligus pemilik klinik bersalin itu sesekali melihat dan mengawasi anak buahnya bekerja.

Mereka, bidan-bidan muda berseragam putih itu, terlihat sangat cakap. Setelah observasi, mereka membuat catatan-catatan, menghitung denyut nadi bayi dengan corong yang ditempelkan diperut istriku dan diindera dengan menempelkan kupingnya rapat-rapat. Sesaat setelah dilakukan observasi aku dibuat kaget dan bingung lagi. Katanya baru bukaan 5 atau 6. Duh, aduh kok bisa begitu sih?

Tangan kiri istriku dicoblos jarum yang dihubungkan dengan selang ke botol infus. Katanya berisi obat pemacu. Larutan sakti yang bisa memacu kontraksi agar intervalnya lebih kenceng. Hanya berselang beberapa detik kemudian istriku mulai mengerang, merintih, menjerit dan meliuk-liukan badannya. Aku sendiri hanya bisa mendekap kepalanya sambil membisikan bacaan-bacaan doa apa pun yang aku hafal.

Tegang dan mencekam. Aku pejamkan rapat-rapat mataku. Tak kuasa melihat istriku meliuk-liuk kesakitan, tak kuasa mendengar jeritan dan erangan yang menyayat-yayat. Ya Rob, ya Robbi............... pangapunten dosa-dosa kulo lan estri kulo....!

Ternyata suasana tegang mencekam hanya dirasakan aku dan istriku. Kenyataan mereka para bidan muda nampak santai, ngobrol ngalor-ngidul bahkan bersendau gurau.... Aku jengkel dan panik. Mbok yao ikut menunjukan prihatin gitu lho! Aku hanya merutuk dalam hati. Hingga akhirnya setelah dilakukan obeservasi jalan lahir yang entah ke berapa kalinya, dinyatakan bukaannya sudah lengkap. Ini benar kan, betul? Tidak pakai mundur-mundur lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun