Pendahuluan
Indonesia, dengan populasi yang besar diperkirakan mencapai 278,6 juta jiwa pada tahun 2023 menurut data BPS, merupakan negara yang kaya akan kekayaan sumber daya alam serta keragaman suku, bahasa, agama, kepercayaan, dan tradisi adat. Keanekaragaman ini menjadikan Indonesia sebagai negara multikultural terbesar di dunia. Untuk mempromosikan kerukunan dan saling menghormati, penting bagi siswa sekolah dasar untuk diajarkan sikap toleransi (Puji Tri Handayani et al., 2024).
Pendidikan dianggap sebagai upaya konkret untuk mendukung individu dalam mencapai kemandirian dan kedewasaan mental agar dapat bertahan dalam persaingan kehidupan. Dalam konteks pendidikan, peserta didik dilihat sebagai sasaran dan subjek pendidikan. Oleh karena itu, para pendidik perlu memahami karakteristik umum peserta didik, seperti kemampuan untuk menggunakan potensi dan kemauannya, keinginan untuk tumbuh dan berkembang, latar belakang budaya, etnis, dan agama yang beragam, serta eksplorasi lingkungan sekitarnya secara individual (Puspita, 2018).
Salah satu metode untuk memperkuat persatuan di tengah keberagaman Indonesia adalah melalui pendidikan, dengan pendidikan multikultural menjadi kunci utama. Konsep pendidikan multikultural merujuk pada keragaman budaya, prinsip beragam, dan pengembangan sikap serta perilaku individu atau kelompok melalui pengajaran, pelatihan, dan metode pendidikan. Pendidikan multikultural didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengajarkan penghargaan dan toleransi terhadap keragaman budaya di masyarakat yang beragam. Dengan penerapan pendidikan multikultural, diharapkan terjadi peningkatan kemampuan mental dalam menerima perbedaan ras, agama, dan suku, serta memelihara persatuan bangsa. (Shabilla & Suryarini, 2023).
Pentingnya pemahaman terhadap pendidikan multikultural harus terintegrasi dalam berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Pendidikan multikultural seharusnya menjadi bagian integral dari berbagai mata pelajaran dengan memanfaatkan keragaman budaya siswa, seperti etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan usia, untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menarik. Pendekatan pendidikan multikultural menjadi kunci dalam membentuk masyarakat Indonesia yang harmonis dan damai melalui lingkungan pendidikan di sekolah.
Pembahasan
Pentingnya Pendidikan Multikultural di Indonesia
Pendidikan, seperti diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, merujuk pada usaha terencana untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan berbagai aspek diri secara aktif guna kepentingan pribadi, sosial, dan nasional. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan adalah aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, memandangnya sebagai panduan untuk mengoptimalkan potensi mereka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai individu dan anggota masyarakat (Izzah, 2020).
Multikulturalisme adalah gagasan yang bertujuan untuk mengatur keragaman dengan prinsip kesetaraan dan pengakuan untuk mencapai tujuan bersama. Konsep ini mencakup pengaturan interaksi antara berbagai kelompok budaya dengan fokus pada pemahaman terhadap keberagaman budaya baik secara individual maupun kelompok. Sebagai negara multikultural terbesar, Indonesia memiliki kekayaan dalam bentuk keragaman budaya yang melimpah, yang harus dijaga dan dikelola untuk mendukung kemajuan bangsa. Manajemen multikulturalisme ini penting untuk mencapai kesatuan di Indonesia, yang membutuhkan transformasi kesadaran multikulturalisme menjadi atribut nasional yang didasarkan pada penghargaan terhadap keragaman dan pluralitas masyarakat (Izzah, 2020).
Pendidikan multikultural di Indonesia memiliki peran penting sebagai solusi alternatif dalam menangani konflik, mengajarkan peserta didik untuk mempertahankan identitas budaya mereka, dan relevan dalam konteks demokrasi yang berlaku saat ini. Implementasi pendidikan multikultural di dunia pendidikan diakui sebagai cara untuk menyelesaikan konflik dan ketidakharmonisan dalam masyarakat, terutama di Indonesia yang kaya akan keragaman sosial dan budaya. Pendidikan multikultural dianggap sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan konflik sosial-budaya. Meskipun keragaman budaya masyarakat Indonesia menantang, pendidikan memiliki potensi untuk mengubah perbedaan tersebut menjadi kekuatan yang menguatkan, bukan memecah belah. Saat ini, pendidikan multikultural memiliki tanggung jawab besar dalam mempersiapkan bangsa Indonesia menghadapi globalisasi dan menyatukan masyarakat yang terdiri dari berbagai budaya (Puspita, 2018).
Namun, implementasi pendidikan multikultural masih belum optimal. Oleh karena itu, sekolah dan perguruan tinggi dapat mengembangkan kurikulum pendidikan multikultural sesuai dengan otonomi pendidikan masing-masing. Meskipun terdapat model pembelajaran tentang kebangsaan, masih diperlukan upaya lebih dalam menghargai perbedaan suku, budaya, dan etnis. Kurangnya pemahaman tentang toleransi di masyarakat terlihat dari konflik-konflik yang terjadi saat ini.
Keberhasilan pendidikan multikultural terlihat dari kemampuan peserta didik untuk memiliki sikap toleransi, saling menghormati, dan tidak terlibat dalam konflik akibat perbedaan budaya, suku, bahasa, dan lainnya. Menurut Sleeter dan Grant (1988), pendidikan multikultural akan berhasil jika melibatkan semua elemen masyarakat karena melibatkan aspek kehidupan yang kompleks. Perubahan yang diharapkan adalah terciptanya kondisi sosial yang nyaman, damai, dan toleran, di mana konflik akibat perbedaan budaya dan SARA dapat diminimalkan (Puspita, 2018).
Pendidikan multikultural penting untuk memastikan peserta didik tetap terhubung dengan akar budaya mereka dalam menghadapi tantangan globalisasi. Peserta didik perlu diberikan pengetahuan yang beragam agar memiliki kemampuan global dan memahami berbagai budaya, sehingga tidak melupakan asal budayanya. Langkah antisipatif diperlukan untuk menghadapi tantangan globalisasi, terutama dalam aspek kebudayaan, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan interaksi antar budaya. Kompleksitas tantangan dalam pendidikan saat ini membutuhkan upaya serius dengan solusi konkret untuk mencegah peserta didik kehilangan arah dan identitas budayanya. Melalui pendidikan multikultural diharapkan Indonesia dapat membangun masyarakat yang mempertahankan keanekaragaman budaya dan ras sebagai kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan (Puspita, 2018).
Pendidikan multikultural menjadi fondasi penting dalam pengembangan kurikulum nasional, terutama dalam menentukan materi dan isi pelajaran yang harus dipelajari peserta didik sesuai dengan tingkatannya. Pengembangan kurikulum berbasis pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut: mengubah filosofi kurikulum agar sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan; melihat konten kurikulum sebagai sesuatu yang mencakup nilai moral, prosedur, proses, dan keterampilan yang diperlukan generasi muda; memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam teori belajar; mengembangkan proses belajar berkelompok dan bersaing secara positif untuk memperkuat keberagaman budaya; serta menggunakan evaluasi yang mencakup seluruh aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan dan konten yang diajarkan (Puspita, 2018).
Pentingnya multikulturalisme dalam reformasi Indonesia meliputi upaya menciptakan masyarakat sipil yang demokratis, menegakkan hukum untuk keadilan, memastikan pemerintahan bebas dari korupsi, menciptakan keteraturan sosial, dan memberikan rasa aman untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi rakyat. Konsep Bhineka Tunggal Ika tidak hanya merujuk pada keragaman suku bangsa, tetapi juga melibatkan keberagaman budaya yang luas di Indonesia. Keberagaman ini tercermin dalam sikap saling menghargai, menghormati, dan toleransi antar kebudayaan. Multikulturalisme mencakup nilai-nilai seperti demokrasi, keadilan, hukum, budaya, kesetaraan dalam perbedaan, suku bangsa, keagamaan, hak asasi manusia, dan konsep lain yang relevan untuk memperkuat kesatuan dalam keragaman budaya Indonesia (Puspita, 2018).
Implementasi Pendidikan Multikultural di Indonesia
Peran penting sekolah adalah menanamkan nilai-nilai multikulturalisme pada siswa sejak dini. Jika siswa memahami kebersamaan, toleransi, cinta damai, dan menghargai perbedaan sejak usia muda, nilai-nilai tersebut akan tercermin dalam perilaku sehari-hari mereka karena telah terinternalisasi dalam kepribadian mereka. Jika generasi muda berhasil menginternalisasi nilai-nilai ini, kehidupan masa depan dapat diharapkan lebih damai dan penuh dengan penghargaan antar sesama. Sasaran utama pendidikan multikulturalisme adalah mengubah cara pengajaran dan pembelajaran agar setiap anak memiliki kesempatan yang sama. Melalui pendekatan ini, siswa diajarkan untuk menghargai keberagaman dan keunikan, serta belajar berinteraksi dengan sesama yang berbeda latar belakangnya. Integrasi pendidikan multikultural dalam kurikulum berarti memanfaatkan keberagaman budaya siswa untuk mengembangkan filosofi, misi, tujuan, dan komponen kurikulum serta lingkungan belajar, sehingga siswa dapat menggunakan kebudayaan pribadinya untuk memahami dan mengembangkan nilai, keterampilan, sikap, dan moral yang diharapkan. Pendidikan multikulturalisme merupakan tanggapan terhadap pertumbuhan keragaman populasi sekolah dan kebutuhan akan kesetaraan hak bagi setiap kelompok (Supriatin & Nasution, 2017).
Implementasi pendidikan multikultural dalam praktik pendidikan di Indonesia tidak harus terbatas pada mata pelajaran khusus atau integrasi ke dalam kurikulum formal dengan mengubah kurikulum yang sudah ada. Yang terpenting adalah menerapkannya secara langsung dalam tindakan nyata. Gibson menekankan pentingnya guru memberikan contoh sikap dan keteladanan sesuai dengan nilai-nilai multikultural, sehingga siswa akan mencontoh perilaku tersebut. Gibson juga menyoroti pentingnya menjadi guru yang menghargai perbedaan, memiliki sikap toleran, cinta damai, dan saling menghargai terhadap anak didik sebagai kunci untuk menjadi guru yang baik (Supriatin & Nasution, 2017).
Dalam praktik pendidikan multikultural di Indonesia, implementasinya bisa dilakukan dengan fleksibelitas yang memprioritaskan prinsip-prinsip dasar multikultural. Namun, tidak peduli bentuk atau model pendidikan multikultural yang digunakan, penting untuk tetap memperhatikan tujuan umum pendidikan multikultural. Tujuan tersebut meliputi pengembangan pemahaman tentang proses penciptaan sistem pendidikan yang setara dan menyediakan layanan pendidikan yang merata. Selain itu, mengaitkan kurikulum dengan karakter guru, metode pengajaran, atmosfer kelas, budaya sekolah, dan konteks lingkungan sekolah untuk membangun visi tentang "lingkungan sekolah yang setara" juga merupakan hal yang penting dalam pendidikan multikultural (Supriatin & Nasution, 2017).
Dalam konteks pendidikan multikultural, diusulkan bahwa sekolah berperan sebagai instrumen rekayasa sosial melalui pendidikan formal. Hal ini berarti bahwa institusi sekolah harus berperan dalam meningkatkan kesadaran hidup dalam masyarakat multikultural dan mengembangkan sikap toleransi serta tenggang rasa agar dapat bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada. Sekolah seharusnya dipandang sebagai suatu masyarakat kecil, yang berarti bahwa nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga harus tercermin dalam lingkungan sekolah. Perspektif ini juga menunjukkan bahwa setiap siswa dipandang sebagai individu yang memiliki karakteristik unik yang tercermin dalam bakat, minat, dan aspirasi mereka yang merupakan hak mereka (Supriatin & Nasution, 2017).
Dalam implementasi pendidikan multikultural di tingkat sekolah, penting untuk mempertimbangkan berbagai kebutuhan perkembangan siswa, termasuk kebutuhan personal, sosial, karier, psikologis, dan moral serta spiritual. Di tingkat masyarakat, kebutuhan yang harus dipenuhi meliputi kebutuhan akademik, psikologis, kebersamaan, dan rasa aman. Oleh karena itu, pendidikan multikultural harus memperhatikan aspek-aspek ini dengan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung. Proses pembelajaran seharusnya difokuskan pada pengembangan individu secara holistik, termasuk aspek intelektual, sosial, dan moral-spiritual, serta memotivasi intrinsik siswa (Supriatin & Nasution, 2017).
Dalam konteks pembelajaran, pendidikan multikultural fokus pada tiga aspek kunci bagi setiap siswa: pertama, pengembangan identitas kultural untuk mengenali diri dalam suatu etnis dan meningkatkan kesadaran akan kelompok etnis tersebut; kedua, membangun hubungan interpersonal yang didasarkan pada kesetaraan dan menghindari prasangka serta stereotip; ketiga, memberdayakan diri sendiri dengan terus memperluas pengetahuan terkait kehidupan multikultural (Supriatin & Nasution, 2017).
Kompetensi multikultural dalam konteks pendidikan mencakup kemampuan individu untuk menerima, menghormati, dan berkolaborasi dengan individu yang berbeda, kesadaran akan faktor budaya yang memengaruhi perbedaan, tercermin dalam kompetensi kultural, pengembangan kompetensi kultural membutuhkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku untuk berinteraksi secara efektif dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda (Supriatin & Nasution, 2017).
Kenneth D. Moore menekankan bahwa pendidikan multikultural di sekolah harus holistik, melibatkan sikap adil antara siswa dengan beragam latar belakang, didukung oleh kurikulum inklusif, evaluasi menyeluruh, dan guru yang paham, berkomitmen, dan bertindak produktif dalam memberikan pendidikan multikultural. Sekolah harus merencanakan dengan cermat elemen-elemen yang mendukung pendidikan multikultural, termasuk perencanaan pembelajaran yang memperkaya sikap multikultural siswa untuk menciptakan anggota masyarakat demokratis yang menghargai HAM dan keadilan. Tambahan, sekolah perlu menyediakan kurikulum, evaluasi, dan guru yang memiliki pemahaman, sikap, dan perilaku multikultural untuk membentuk sikap multikultural dalam siswa (Supriatin & Nasution, 2017).
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural dalam Supriatin & Nasution, (2017) adalah sebagai berikut.
- Pendekatan dan teknik pembelajaran yang relevan dalam pembelajaran multikultural melibatkan siswa dalam mencari informasi, diskusi, dan refleksi nilai-nilai yang diperoleh. Proses pembelajaran harus dinamis dan kombinatif antara teknik pembelajaran yang berpusat pada guru dan melibatkan siswa.
- Implementasi pendidikan multikultural di sekolah melalui pendidikan kewarganegaraan dan agama Islam perlu memperkuat kurikulum yang ada dengan menekankan kompetensi hasil belajar yang relevan. Pendekatan deduktif dalam pengajaran agama Islam dapat diintegrasikan dengan kajian ayat-ayat relevan menjadi norma agama.
- Peran guru dalam implementasi pendidikan multikultural sangat penting, dengan mengelola isi, proses, situasi, dan kegiatan di sekolah secara multikultural. Guru perlu menanamkan nilai-nilai keberagaman kepada siswa dan memastikan semua siswa diperlakukan secara adil dan menghargai perbedaan.
- Kualifikasi yang diperlukan oleh guru dalam pengembangan pembelajaran multikultural meliputi keterampilan mengajar, pemahaman tentang multikulturalisme, pengetahuan tentang beragam kelompok etnik dan ras, serta kemampuan untuk mengelola keragaman sosial sebagai potensi bangsa.
Permasalahan Pendidikan Multikultural di Indonesia
Masyarakat Indonesia ditekankan untuk hidup damai dalam keragaman suku, agama, ras, dan golongan sebagai upaya menciptakan persatuan dan kesatuan dalam perbedaan, sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Menghargai dan memahami perbedaan dianggap sebagai faktor penyatuan bangsa, bukan sebagai sumber konflik. Konsep koeksistensi damai dalam kehidupan sosial merupakan hasil dari sosialisasi nilai multikulturalisme. Kesadaran akan nilai keragaman ini muncul karena kegagalan dalam pendekatan nasionalisme yang terlalu menekankan kesatuan daripada keragaman. Keragaman suku, agama, etnis, dan golongan seharusnya dijadikan kekayaan untuk membangun, namun sering dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan politik. Konflik yang sering terjadi di beberapa daerah sering diabaikan oleh negara demi "kesatuan bangsa" atau "stabilitas nasional". Konflik sosial seringkali timbul karena penolakan terhadap keragaman dan menjadi pemicu konflik (Hanum, 2012).
Dalam konteks ini, kebijakan multikultural yang mendukung keragaman semakin diperlukan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat mengelola perbedaan secara positif, sehingga tidak menimbulkan prasangka atau konflik, melainkan mendorong kemajuan masyarakat. Namun, tantangan pendidikan multikultural di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan negara lain (Hanum, 2012).
Keunikan faktor-faktor geografis, demografi, sejarah, dan kemajuan sosial ekonomi dapat memicu munculnya problema pendidikan multikultural di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
- Keragaman identitas budaya daerah
Keragaman budaya daerah, meskipun memberikan kekayaan budaya, juga dapat menjadi sumber konflik jika tidak ada komunikasi antar kelompok budaya.
- Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah
Setelah era reformasi dan demokratisasi, Indonesia menghadapi tantangan kompleks, termasuk pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah yang mempengaruhi pengakuan budaya lokal. Kebijakan budaya sekarang lebih terdecentralisasi, memungkinkan pengembangan budaya lokal. Konsep "putra daerah" dalam pemerintahan penting untuk pemerataan kemampuan, tetapi harus diimbangi dengan prinsip kesetaraan dan persamaan, bukan digunakan sebagai isu sempit yang memecah belah.
- Kurang kokohnya nasionalisme
Keragaman budaya memerlukan kekuatan yang menyatukan seluruh pluralitas bangsa, dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berperan sebagai kekuatan tersebut. Saat ini, perhatian terhadap Pancasila menurun karena semakin maraknya isu kedaerahan. Sejarah menunjukkan peran Pancasila dalam menyatukan bangsa, dan semangat nasionalisme yang kuat diperlukan untuk mengatasi isu yang dapat memecah persatuan bangsa.
- Fanatisme sempit
Fanatisme memiliki peran penting namun fanatisme sempit, di mana satu kelompok dianggap paling benar dan yang lain harus dimusuhi, merupakan masalah serius. Kecintaan dan kebanggaan yang sehat perlu dipupuk tanpa menunjukkan perilaku agresif terhadap kelompok lain.
- Konflik kesatuan nasional dan multikultural
Ada konflik antara upaya mempertahankan kesatuan nasional dan gerakan multikultural di Indonesia. Meskipun tujuannya adalah menjaga stabilitas nasional, kadang konsep ini dimanipulasi untuk kepentingan politik tertentu.
- Kesejahteraan ekonomi tidak merata antar kelompok budaya
Ketidakmerataan kesejahteraan ekonomi antara kelompok budaya sering menjadi pemicu konflik bersifat SARA, seperti yang terjadi di Sampit beberapa waktu lalu. Konflik budaya di Indonesia sering kali berakar pada masalah ekonomi, di mana warga pendatang dianggap memiliki kehidupan ekonomi yang lebih baik daripada warga asli.
- Keberpihakan yang salah pada media massa
Media massa, terutama televisi swasta, sering kali kehilangan keberpihakan yang tepat dalam memberitakan peristiwa, terutama ketika menyoroti kasus-kasus kontroversial. Pemberitaan yang terus-menerus tentang hal-hal negatif seperti itu dapat memengaruhi budaya dan nilai-nilai masyarakat secara negatif.
Kesimpulan dan Saran
- Kesimpulan
Pendidikan multikultural sangat penting di Indonesia karena dapat menjadi solusi untuk mengatasi konflik, mempertahankan identitas budaya, dan relevan dalam konteks demokrasi. Implementasi pendidikan multikultural perlu ditingkatkan melalui pengembangan kurikulum yang sesuai, pemahaman yang lebih mendalam tentang toleransi, keterlibatan semua elemen masyarakat, dan pendekatan komprehensif. Pendidikan multikultural membentuk generasi muda dengan nilai-nilai toleransi, cinta damai, dan menghargai perbedaan, serta menciptakan lingkungan belajar inklusif. Permasalahan pendidikan multikultural terkait dengan kurangnya kesadaran akan nilai keragaman, penekanan terlalu kuat pada kesatuan bangsa, dan konflik sosial akibat penolakan terhadap keragaman. Faktor geografis, demografis, sejarah, dan kemajuan sosial ekonomi turut memicu berbagai problema pendidikan multikultural di Indonesia.
- Saran
Untuk memperkuat pendidikan multikultural di Indonesia, diperlukan upaya serius yang melibatkan semua pihak dan memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang toleran, damai, dan mempertahankan keanekaragaman budaya sebagai kekayaan yang harus dijaga. Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan antara lain meningkatkan pelatihan bagi guru, memperkuat kerjasama antar lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat, serta menyusun kurikulum yang inklusif dan mendukung nilai-nilai multikulturalisme. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan pendidikan multikultural dapat menjadi landasan kuat dalam membentuk generasi muda yang toleran, inklusif, dan menghargai keberagaman budaya sebagai aset yang harus dijaga dalam membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Daftar Pustaka
Awaru, A. O. T., & Tenri, O. (2017). Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Multikultural Di Sekolah. In Prosiding Seminar Nasional Himpunan Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial (Vol. 2, No. 0, pp. 221-230).
Hanum, F. (2012). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PLURALISME BANGSA. Yogyakarta Lemlit UNY.
Izzah, N. I. (2020). Urgensi Pendidikan Multikultural Di Indonesia Dalam Pendidikan Agama Islam. Al Hikmah: Journal of Education, 1(1), 35--46. https://doi.org/10.54168/ahje.v1i1.5
Puji Tri Handayani, Zakiah Linda, Nadra Maulida Pasha, Ananda Salsabillah Zahra, & Indra Jaya. (2024). PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR DALAM MENGHARGAI KEBERAGAMAN: STUDI LITERATUR. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 09.
Puspita, Y. (2018). Pentingnya Pendidikan Multikultural. Seminar Nasional Pendidikan Unversitas PGRI Palembang, 285--291.
Shabilla, S. P., & Suryarini, D. Y. (2023). Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan ..., 4(1), 418--420.
Supriatin, A., & Nasution, A. R. (2017). Multikulturalisme di Indonesia dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 3(1), 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H