Mohon tunggu...
Ahmad Sajidin
Ahmad Sajidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Seorang mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesadaran terhadap Pentingnya Pendidikan Multikultural di Indonesia

17 Juni 2024   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:44 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompetensi multikultural dalam konteks pendidikan mencakup kemampuan individu untuk menerima, menghormati, dan berkolaborasi dengan individu yang berbeda, kesadaran akan faktor budaya yang memengaruhi perbedaan, tercermin dalam kompetensi kultural, pengembangan kompetensi kultural membutuhkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku untuk berinteraksi secara efektif dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda (Supriatin & Nasution, 2017).

Kenneth D. Moore menekankan bahwa pendidikan multikultural di sekolah harus holistik, melibatkan sikap adil antara siswa dengan beragam latar belakang, didukung oleh kurikulum inklusif, evaluasi menyeluruh, dan guru yang paham, berkomitmen, dan bertindak produktif dalam memberikan pendidikan multikultural. Sekolah harus merencanakan dengan cermat elemen-elemen yang mendukung pendidikan multikultural, termasuk perencanaan pembelajaran yang memperkaya sikap multikultural siswa untuk menciptakan anggota masyarakat demokratis yang menghargai HAM dan keadilan. Tambahan, sekolah perlu menyediakan kurikulum, evaluasi, dan guru yang memiliki pemahaman, sikap, dan perilaku multikultural untuk membentuk sikap multikultural dalam siswa (Supriatin & Nasution, 2017).

Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural dalam Supriatin & Nasution, (2017) adalah sebagai berikut.

  • Pendekatan dan teknik pembelajaran yang relevan dalam pembelajaran multikultural melibatkan siswa dalam mencari informasi, diskusi, dan refleksi nilai-nilai yang diperoleh. Proses pembelajaran harus dinamis dan kombinatif antara teknik pembelajaran yang berpusat pada guru dan melibatkan siswa.
  • Implementasi pendidikan multikultural di sekolah melalui pendidikan kewarganegaraan dan agama Islam perlu memperkuat kurikulum yang ada dengan menekankan kompetensi hasil belajar yang relevan. Pendekatan deduktif dalam pengajaran agama Islam dapat diintegrasikan dengan kajian ayat-ayat relevan menjadi norma agama.
  • Peran guru dalam implementasi pendidikan multikultural sangat penting, dengan mengelola isi, proses, situasi, dan kegiatan di sekolah secara multikultural. Guru perlu menanamkan nilai-nilai keberagaman kepada siswa dan memastikan semua siswa diperlakukan secara adil dan menghargai perbedaan.
  • Kualifikasi yang diperlukan oleh guru dalam pengembangan pembelajaran multikultural meliputi keterampilan mengajar, pemahaman tentang multikulturalisme, pengetahuan tentang beragam kelompok etnik dan ras, serta kemampuan untuk mengelola keragaman sosial sebagai potensi bangsa.

Permasalahan Pendidikan Multikultural di Indonesia

Masyarakat Indonesia ditekankan untuk hidup damai dalam keragaman suku, agama, ras, dan golongan sebagai upaya menciptakan persatuan dan kesatuan dalam perbedaan, sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Menghargai dan memahami perbedaan dianggap sebagai faktor penyatuan bangsa, bukan sebagai sumber konflik. Konsep koeksistensi damai dalam kehidupan sosial merupakan hasil dari sosialisasi nilai multikulturalisme. Kesadaran akan nilai keragaman ini muncul karena kegagalan dalam pendekatan nasionalisme yang terlalu menekankan kesatuan daripada keragaman. Keragaman suku, agama, etnis, dan golongan seharusnya dijadikan kekayaan untuk membangun, namun sering dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan politik. Konflik yang sering terjadi di beberapa daerah sering diabaikan oleh negara demi "kesatuan bangsa" atau "stabilitas nasional". Konflik sosial seringkali timbul karena penolakan terhadap keragaman dan menjadi pemicu konflik (Hanum, 2012).

Dalam konteks ini, kebijakan multikultural yang mendukung keragaman semakin diperlukan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat mengelola perbedaan secara positif, sehingga tidak menimbulkan prasangka atau konflik, melainkan mendorong kemajuan masyarakat. Namun, tantangan pendidikan multikultural di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan negara lain (Hanum, 2012).

Keunikan faktor-faktor geografis, demografi, sejarah, dan kemajuan sosial ekonomi dapat memicu munculnya problema pendidikan multikultural di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

  • Keragaman identitas budaya daerah

Keragaman budaya daerah, meskipun memberikan kekayaan budaya, juga dapat menjadi sumber konflik jika tidak ada komunikasi antar kelompok budaya.

  • Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah

Setelah era reformasi dan demokratisasi, Indonesia menghadapi tantangan kompleks, termasuk pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah yang mempengaruhi pengakuan budaya lokal. Kebijakan budaya sekarang lebih terdecentralisasi, memungkinkan pengembangan budaya lokal. Konsep "putra daerah" dalam pemerintahan penting untuk pemerataan kemampuan, tetapi harus diimbangi dengan prinsip kesetaraan dan persamaan, bukan digunakan sebagai isu sempit yang memecah belah.

  • Kurang kokohnya nasionalisme

Keragaman budaya memerlukan kekuatan yang menyatukan seluruh pluralitas bangsa, dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berperan sebagai kekuatan tersebut. Saat ini, perhatian terhadap Pancasila menurun karena semakin maraknya isu kedaerahan. Sejarah menunjukkan peran Pancasila dalam menyatukan bangsa, dan semangat nasionalisme yang kuat diperlukan untuk mengatasi isu yang dapat memecah persatuan bangsa.

  • Fanatisme sempit

Fanatisme memiliki peran penting namun fanatisme sempit, di mana satu kelompok dianggap paling benar dan yang lain harus dimusuhi, merupakan masalah serius. Kecintaan dan kebanggaan yang sehat perlu dipupuk tanpa menunjukkan perilaku agresif terhadap kelompok lain.

  • Konflik kesatuan nasional dan multikultural

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun