Satu lagi perlu diketahui terkait penyediaan toilet dan sampah kurang diperhatikan. Bisa dipahami kehadiran 21 juta orang pasti membutuhkan fasilitas dan tenaga kerja yang banyak. Mudah-mudahan pada masa mendatang ada otoritas ulama dan umara (pemerintah) memerhatikan aspek tersebut.
Sekarang di kota Najaf. Di sini ada makam (haram) Imam Ali bin Abu Thalib karamallahu wajhah, suami  dari Sayyidah Fathimah putri Rasulullah saw. Areanya luas. Dapat diisi shalat berjamaah, membaca Alquran, menyimak ceramah ulama, tanya jawab agama, dan melantunkan doa ziarah untuk Imam Ali. Sekadar diketahui jalan menuju area haram ini ada pasar. Ada aneka makanan dan minuman, cenderamata tasbeh dan turbah, batu akik, kitab-kitab, pakaian dan lainnya. Namun, tidak gratis alias harus bayar. Jika ingin dapat gratisan harus mau antre tiap ba'da shubuh di area haram ada yang bagi-bagikan makanan dan teh gratis.
Di Haram Imam Ali, sama seperti Haram Imam Husain. Selalu padat dan berdesakan. Beruntung kalau dapat masuk dan berdoa di area makam Imam Ali. Untuk ziarah area dalam, yang cukup longgar yakni pagi hari dan tengah malam. Di luar waktu tersebut siap siap beradu badan dan berdesakan, seperti berebut saat akan sentuh hajar aswad di Kabah.
Terlepas dari kekurangan dan hal yang tak berkenan, layak kami mengucapkan terima kasih pada pemerintah Iran dan Irak serta warga setempat, yang berkenan menjaga dan merawat jejak sosok teladan keluarga Rasulallah saw.
Bisa dipahami bahwa beda negeri pasti beda kebiasaan. Karena itu, jika Anda ziarah, nikmati saja saat ada sesuatu yang kurang berkenan. Terakhir, saya ucapkan terima kasih untuk seorang kawan yang membantu hingga terwujud ziarah kepada teladan suci keluarga Rasulullah SAW. Taqobbalallohu a'malakum bi ahsani qabuul. Cag! *** (ahmad sahidin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H