Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan Ruhani Sang Nabi

16 Juni 2022   09:48 Diperbarui: 16 Juni 2022   09:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begi juga tentang menyendiri dari keramaian dan merenungkan masalah-masalah yang terdapat di sekitar Makkah yang gemar berbuat keburukan dan tindakan amoral kemudian memilih Gua Hira sebagai tempat semedi, disebut bagian dari praktik sufistik Rasulullah saw.

Dari rangkaian perjalanan ruhani Sang Nabi, yang membedakannya dengan para sufi adalah Sang Nabi tidak lupa dengan misinya untuk mencerahkan umat manusia. Kalau seorang sufi biasanya enggan untuk melakukannya. Ia lebih senang untuk terus berada dalam kondisi ruhaniah dan menikmatinya sendirian. Tidak jarang ia kena serangan dan hujatan dari ulama dan umat Islam yang tidak paham dengan jalan ruhani yang dialami seorang sufi.

Sejarah mengisahkan bahwa Sang Nabi bergerak, berpindah tempat, dan menyiapkan segalanya kemudian sampai pada misi utamanya. Sang Nabi mengajak masyarakat Arab untuk memeluk agama Islam dengan pendekatan akhlak dan hikmah. Dengan pendekatan itu sekira delapan puluh orang Makkah dan ribuan orang-orang Madinah meyakini Allah sebagai sumber kebenaran dan hidup berdasarkan aturan-Nya.

Menjelang akhir masa tugas, Sang Nabi diperintahkan untuk mengamanatkan ilmu dan risalah yang dibawanya kepada seseorang yang paling berilmu yang dijuluki sang pintu ilmu: Sayidina Ali bin Abi Thalib. Dalam hadits yang populer Rasulullah saw bersabda, "Aku adalah kota ilmu; dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang ingin memasukinya harus melalui pintunya."

Sayidina Ali pun terus berada dalam suasana spiritual. Beliau mengikuti jejak gurunya (Sang Nabi) yang membimbing orang-orang terpilih dari Ahlulbait, sahabat, dan dari orang-orang terpilih lahir para ulama dan waliyullah mendapatkan ilmu dan hikmah yang bermakna dalam menempuh jalan ruhani menuju Allah.

Makna dari kisah perjalanan Rasulullah saw bahwa selesai mendapatkan pencerahan harus kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan menyebarkan pencerahan kemudian membantu mereka agar menjadi lebih baik. 

Demikian itu yang saya ketahui. Jika ada temuan hasil riset terkait dengan sejarah Nabi Muhammad Saw dan kiprahnya dalam upaya membangun masyarakat, saya minat membacanya. Ditunggu kabarnya! Hatur nuhun. *** (ahmad sahidin)    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun