Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ulasan Ringkas Buku Memaknai Kematian

9 Maret 2021   11:52 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:02 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Memaknai Kematian karya Dr Jalaluddin Rakhmat. Buku ini terbit tahun 2006 dua kali cetak. Penerbit IIMaN. Tebalnya 310 halaman. Buku ini sudah dua kali dibaca, tetapi tidak memdalam dan tetap belum memahaminya. Isi buku ini dibagi dua bagian. 

Pertama adalah menghayati kematian dengan empat sub bagian: makna dan misteri kematian, kematian dalam perspektif sufi, penjelmaan amal, dan reuni keluarga di surg. 

Kedua adalah hidup dalam penghayatan kematian dengan empat subbagian: berjumpa dengan Allah, menghindari su'ul khatimah, arti penting ziarah kubur, dan syafaat buah cinta kepada Ahlulbait. Buku ini ditutup dengan percik-percik makna kematian yang berisi hadis-hadis dari Rasulullah Saw dan Ahlulbait as.

Secara esensi dari uraian buku ini bahwa kematian merupakan kenyataan yang pasti dialami. Setiap makhluk pasti akan mengalami kematian. Kematian merupakan "jembatan" yang menghubungkan antara alam dunia dan alam barzah. 

Setelah berada di alam barzah, seluruh menunggu tibanya hari kebangkitan (kiamat) yang menandai masuknya pada alam mahsyar dengan tahapan-tahapan pertimbangan pahala dan dosa kemudian masuk pada alam akhirat. Di sini ada dua ruang: surga dan neraka.

Kematian menurut Kang Jalal merupakan at-tamhish (penyucian) manusia dari segala kotoran berupa dosa. Perjalanan ruh setelah lepas dari tubuh maka harus menempuh perjalanan sampai akhirat. Menariknya saat di alam barzah akan banyak tahap yang harus dipertanggungjawabkan dari seluruh aktivitas dan kelakuan kita selama di dunia. Bahkan seluruh amal, baik itu pahala maupun dosa, akan menjelma menjadi makhluk di alam barzah dan menemani masa penantian hingga kiamat tiba.

Di alam barzah, berdasarkan buku ini,  digambarkan saat orang saleh wafat maka ruhnya disambut malaikat dan pintu-pintu langit terbuka serta wangi ruhnya menyebar. Ruh orang saleh akan sampai pada hadirat Allah. Selanjutnya ruh orang saleh tersebut kembali ke alam barzah menunggu tibanya kiamat. Masa menunggu ini ruh-ruh di alam barzah mendapatkan hadiah dari doa-doa dan sedekah yang dikirimkan oleh keluarganya maupun orang-orang saleh di alam dunia. 

Ada pun ketika orang yang tidak saleh wafat, maka ruhnya akan dipaksa keluar oleh malaikat. Dari ruhnya keluar bau dan pintu langit tertutup sehingga ruh yang orang tidak saleh itu kembali pada barzah dengan dihadapkan malaikat yang meminta pertanggungjawaban atas seluruh hidupnya dari masa baligh sampai wafat. 

Jika ruh orang saleh akan menantikan kiamat dengan keadaan tidur panjang sampai ada tiupan malaikat. Sedangkan ruh orang yang tidak saleh harus "dibersihkan" dahulu melalui aneka siksa kubur. Kalau tahapan ini tuntas maka ruh tersebut bisa tidur sampai masa kebangkitan tiba. 

Di alam barzah ini ada at-tamhish dan saat tiba kiamat pun ada tahapan at-tamhish berupa yaum al-mizan. Pertanggungan jawab yang terberat yang dialami setiap orang ketika berada dalam neraka. Sedangkan ruh orang saleh sejak di alam barzah sudah tuntas maka berada bersama barisan Nabinya kemudian memasuki jannah. 

Tentu uraian jannah ini sangat kaya dengan perspektif dan banyak keterangan (hadis dan alquran) yang menyebutkan aneka jannah yang akan dimasuki oleh orang-orang sesuai dengan tingkatan amaliahnya. Sekiranya kita mengandalkan pahala untuk masuk jannah maka tentu akan teramat sulit sampainya karena setiap orang pasti mengalami proses pembersihan dari dosa. Mungkin hanya para Nabi yang akan langsung masuk jannah.

Pada buku ini, Kang Jalal menyatakan kita tidak mungkin andalkan amal pahala. Satu-satunya harapan yang layak diandalkan berupa syafaat dari Baginda Nabi Muhammad Saw dan orang-orang yang diberi wewenang memberi syafaat. Dalam hal ini Ahlulbait yang merupakan keluarga Nabi yang terpilih dan disucikan adalah yang akan memberikan syafaat. Tentu syafaat tidak untuk semua orang. Hanya mereka yang cinta sekaligus dicintai oleh Rasulullah saw dan Ahlulbait. Bagaimana cara agar dicintai mereka dan dapat syafaatnya?

Kang Jalal menyebutkan shalawat akan mendatangkan syafaat kepada kita saat di akhirat kelak. Pahala orang yang baca shalawat berlimpah dan membawa berkah, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Yang terpenting dipahami dari shalawat adalah sebagai sarana penghubung kita dengan Rasulullah Saw. Kang Jalal menulis pada halaman 278, "Shalawat adalah ungkapan kecintaan kita kepada Rasulullah dan keluarganya. Kalau orang banyak membaca shalawat, insya Allah, kecintaan kepada Rasulullah akan bertambah."

Dalam hadis disebutkan bahwa kelak di akhirat orang akan digabungkan dengan sosok yang dicintainya saat hidup di dunia. Terbayang kalau yang dicintai mati-matian oleh kita itu bukan Rasulullah Saw dan Ahlulbait as, pasti akan tambah berat "derita" yang harus ditanggung saat akhirat kelak. *** (ahmad sahidin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun