Alhamdulillah buku "Hikayat-hikayat Mistis" karya Suhrawardi Al-Maqtul sudah tuntas dibaca. Buku yang saya baca itu terbit tahun 1992. Terjemahan dari " The Mystical and Visionary Treatises of Suhrawardi". Sudah lama saya punya dan pernah dibaca tuntas. Termasuk buku "Hikmah Isyraq" pun dibaca tuntas. Sekadar baca saja. Kemudian saya membaca lagi kedua buku tersebut.
Buku "Hikayat-hikayat Mistis" saya baca setiap pagi secara rutin sebelum berangkat kerja. Sekira tiga bulan saya bacanya dengan tebal buku 139 halaman. Meliputi pengantar, pendahuluan, isi hikayat sembilan kisah, dan daftar pustaka dan indeks. Tiap bab dibagi dalam beberapa hikayat pendek dan tampak bersambung dari substansi.
Meski tipis bukunya, tetapi bisa disebut buku "teuas" alias susah dicerna. Maklum yang menulisnya seorang filsuf dan sufi, sehingga bahasa dan gaya penyampaian materi sesuai dengan keahlian penulisnya.
Syaikh Al-Isyraq merupakan julukan pada sosok Syihabuddin Yahya Suhrawardi yang populer disebut al-Maqtul: yang terbunuh. Memang demikian karena pada 38 tahun ia dieksekusi atas perintah penguasa dinasti Ayyubiyah: Malik Zhahir putra Shalahuddin Ayyubi.Â
Di Aleppo, Suriah, Suhrawardi akrab dengan keluarga dari Salahuddin Ayyubi. Kedekatan dengan keluarga penguasa membuat Suhrawardi tidak disukai oleh ulama di zamannya. Ia difitnah sebagai tukang penyebar kesesatan hingga dieksekusi tahun 1191 Masehi.
Disebutkan dalam pengantar bahwa Suhrawardi adalah ahli dalam diskusi. Pernah suatu waktu dipertemukan dengan ulama-ulama kemudian terlibat diskusi. Setiap pertanyaan yang diajukan oleh Suhrawardi dijawab dengan argumen yang mudah dipahami lawan bicaranya.
Sayangnya isu fitnah kesesatan pemikiran Suhrawardi berujung di tangan algojo (namun ada yang menyebutkan ia dikurung tanpa makan dan minum serta dibiarkan hingga mati). Memang sepanjang sejarah banyak ilmuwan yang menjadi korban hanya karena difitnah kemudian berakhir dengan kematian.
Disebut Syaikh Isyraq karena memang Suhrawardi merupakan pencetus salah satu aliran filsafat Islam yang berhasil menyatukan filsafat dan tasawuf dalam satu kajian pemikiran yang disebut Isyraqiyah. Salah satu gagasan yang populer dari Suhrawardi  adalah tentang cahaya, metodologi intuisi, dan memfungsikan riyadhah spiritual sebagai upaya panyucian diri. Ini memang yang khas dari Suhrawardi: banyak tafakur dan hidupnya sederhana. Pakaian pun sama seperti kaum sufi yang terbuat dari kain kasar dan setiap hari berpuasa. Bahkan mengenakan penutup kepala dengan kain lusuh.
Dalam khazanah filsafat Islam, Suhrawardi termasuk tokoh yang sebanding dengan Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, dan Mulla Shadra. Meski tiap tokoh tersebut punya nilai tersendiri dalam khazanah filsafat.Â
Aliran filsafat Isyraqiyah (Suhrawardi) ini dikaji dan dipelajari di jurusan aqidah dan filsafat di UIN SGD Bandung. Saya pernah ikut kelasnya dan besar kemungkinan di kampus lainnya yang menyajikan kuliah filsafat Islam pun dikaji. Yang pasti di Iran ada beberapa ulama yang menekuninya. Termasuk di Indonesia pun ada orang-orang yang mengkajinya secara khusus.
Tentang pemikiran Suhrawardi, saya tak mampu menerangkannya. Meski telah tuntas baca buku "Hikayat-Hikayat Mistis" dan "Hikmah Isyraqi" tetapi saya tidak paham. Mungkin karena kurang ilmu dan tidak punya kemampuan mencerna filsafat.Â