Budaya instant culture ini anehnya juga masuk bahkan ke dalam alam bawah sadar banyak pemuda urban yang dengan singkatnya dapat memiliki instant connection dengan seorang yang baru beberapa hari, jam, atau bahkan beberapa menit lalu dikenalnya melalui Dating Apps.
Celakanyanya instant connection ini memiliki kecenderungan besar untuk berevolusi menjadi instant feeling bagi beberapa orang (yang sudah pasti perasaan ini bersifat semu) dan memiliki kemungkinan untuk berakhir dengan instantly disappear.
Fenomena instantly disappear ini kerap kali disebut sebagai fenomena "ghosting" atau pasangan online yang hilang dengan begitu mudahnya tanpa jejak. Banyak orang beranggapan bahwa perbuatan ini adalah perbuatan keji nan tercela, seolah mereka lupa bagaimana perasaan yang muncul di antara mereka pun muncul dengan begitu mudahnya.
Emotional deception yang dilakukan oleh Shimon dan banyak orang tercela lainnya di dunia Dating Apps hingga saat ini pun masih ada dan terus memakan korban. Bahkan Shimon sendiri, ia telah bebas atas kasus hukum yang menjeratnya dan kembali melakukan aksi kriminalnya dengan identitas palsu yang dibuatnya.
Akhirul kalam, dalam opini penulis menggunakan Dating Apps bukanlah suatu perbuatan yang nista atau bahkan aib sehingga harus dijauhi dengan terlalu bahkan seolah diabaikan keberadaannya sebagai suatu fenomena yang muncul di tengah masyarakat kita.
Bagi penulis penggunaan Dating Apps adalah sah selama memang tidak merugikan orang lain dan segala yang dilakukan masih berapa di dalam batas etika yang berlaku. Toh pun bukankah banyak saat ini, orang di sekitar kita, yang dapat berakhir dalam sebuah pernikahan bahagia yang awalnya bertemu di Dating Apps.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H