Misi Rasulullah antara lain untuk memperbaiki akhlak. Adapun memperbaiki akhlak di sini bukan untuk masyarakat jahiliyyah saja, akan tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip atau dasar pengetahuan, kaidah-kaidah akhlak yang bersumber dari Al-Quran untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan. Bagaimana masyarakat Arab kala itu yang penuh kebatilan, kedzaliman, ketidakjujuran, anti kritik dan anti kemanusiaan.
Kemudian di dalam ayat:
خُذِ ٱلعَفوَ وَأمُر بِٱلعُرفِ وَأَعرِضعَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Ayat ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan kalimatnya yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlaqul karimah.
Sumber Akhlakul Karimah
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela. Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral.Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرً
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
Ibnu katsir menerangkan bahwa ayat yang mulia itu merupakan dalil pokok yang paling besar, yang menganjurkan kepada manusia yang beriman agar meniru Rasulullah SAW dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap Nabi SAW dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah SWT. Semoga shalawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada Rasulullah SAW sampai hari kiamat. Keluhuran akhlak Nabi SAW juga disebutkan dalam ayat lainnya.
Allah SWt berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4).
Akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan seseorang. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Salah satu alasan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab tidak lain untuk membenahi akhlak masyarakat pada masa itu.
Pentingnya memiliki akhlakul karimah
Dalam ajaran agama Islam, akhlakul karimah merupakan salah satu indikator dalam menilai tingkat keimanan seorang umat. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Artinya:
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Selain itu:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR At- Tirmidzi)
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk melakukan amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat. Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita untuk beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia merupakan amal ibadah yang sangat berat timbangannya pada hari kiamat.
Upaya Membangun Akhlakul Karimah
Untuk membangun budaya/kultur Akhlakul Karimah di Kalangan Generasi Millenial dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memperbanyak kajian tentang keutamaan berkahlakul karimah. Kajian dapat dilakukan dengan online/ofline. Banyak situs/web yang menyuguhkan tentang keutamaan memiliki akhlak yang baik. Jika generasi millennial sudah faham tentang keutamaan berakhlak karimah, insyaAllah akan muncul dari dalam dirinya (motivasi internal) untuk berakhlakul karimah. Dan motivasi ini biasanya akan lebih lama, tidak mudah luntur, karena akhlak yang tercermin original dari dalam dirinya.