Mohon tunggu...
Ahmad Rizky Pratama
Ahmad Rizky Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik )

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik ). Saat ini sedang menduduki semester 4. Saya tertarik dengan dunia Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyikapi Gangguan Psikologis Anak Remaja Terhadap Pergaulan Bebas

26 Juni 2024   06:43 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:58 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto: kabar sumbawa / https://kabarsumbawa.com/2023/08/05/bahaya-pergaulan-bebas-bagi-remaja/

Pergaulan bebas adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada perilaku sosial di mana seseorang, terutama remaja atau dewasa muda, terlibat dalam hubungan romantis atau seksual tanpa komitmen yang jelas atau tanpa ikatan formal seperti pernikahan. Fenomena ini dapat melibatkan berbagai tingkat keintiman fisik dan emosional antara individu tanpa batasan yang dikenakan oleh norma-norma sosial atau agama.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergaulan bebas termasuk perubahan budaya, peningkatan urbanisasi, dan eksposur terhadap media dan teknologi yang mempengaruhi pandangan tentang hubungan manusia. Meskipun beberapa melihat pergaulan bebas sebagai ekspresi kebebasan pribadi, ada juga pandangan yang menyoroti risiko psikologis, emosional, dan sosial yang terkait dengan praktik ini.

Penting untuk dicatat bahwa pandangan tentang pergaulan bebas dapat bervariasi di berbagai budaya dan kelompok sosial. Beberapa masyarakat atau agama mungkin mengajarkan nilai-nilai yang menekankan komitmen dalam hubungan dan menilai pergaulan bebas sebagai perilaku yang tidak sesuai atau tidak etis. Di sisi lain, dalam konteks budaya yang lebih liberal, pergaulan bebas mungkin dianggap sebagai pilihan hidup yang sah.

Penting bagi individu untuk memahami nilai-nilai dan konsekuensi dari pergaulan bebas serta untuk membuat keputusan yang berdasarkan pada nilai-nilai pribadi dan kesejahteraan mereka sendiri. Komunikasi terbuka dan penghormatan terhadap nilai-nilai dan batasan pribadi dan kolektif merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan yang sehat dan bermakna, apakah itu dalam konteks pergaulan bebas atau hubungan yang lebih terikat.

Di zaman modern ini, pergaulan bebas di kalangan remaja sering kali menjadi sumber gangguan psikologis yang signifikan. Remaja yang terlibat dalam perilaku ini sering menghadapi tantangan emosional seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Dalam menanggapi masalah ini, pendidikan dan kesadaran menjadi landasan penting. Program pendidikan yang menyeluruh di sekolah dan komunitas memberikan informasi yang diperlukan tentang konsekuensi negatif dari pergaulan bebas.

Gangguan Psikologis dikalangan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. salah satunya, kurangnya pemahaman seksual yang memadai. Remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seksual yang baik sering merasa bingung dan tertekan dalam menghadapi tekanan untuk terlibat dalam hubungan yang tidak sehat secara emosional dan seksual.


Ilustrasi foto: https://pixabay.com/id/images/search/media%20sosial/
Ilustrasi foto: https://pixabay.com/id/images/search/media%20sosial/

Selain itu, pengaruh negatif dari media sosial dan media massa juga berperan penting. Konten yang mempromosikan gaya hidup tidak realistis atau tidak sehat terkait pergaulan bebas dapat memberikan tekanan tambahan pada remaja untuk mengikuti tren tersebut demi mencari penerimaan sosial.

Ketidakmampuan mendapatkan pengawasan yang memadai dari orang tua juga dapat membuat remaja merasa terisolasi atau tidak mendapat dukungan dalam menghadapi pergaulan bebas. Hal ini bisa menyebabkan mereka mencari pemenuhan emosional dan sosial di tempat lain, termasuk melalui pergaulan bebas yang berisiko.

Faktor lain yang berperan adalah pengaruh kuat dari teman sebaya. Remaja sering kali merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya yang terlibat dalam pergaulan bebas, agar tidak merasa terpinggirkan atau dianggap tidak penting.

Permasalahan identitas dan kurangnya rasa percaya diri juga dapat mendorong remaja untuk mencari pengakuan atau kepuasan diri melalui pergaulan bebas. Ini bisa menjadi bentuk pencarian identitas atau pemenuhan kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi sebelumnya.

Selain itu, pengalaman trauma atau pengabaian emosional juga dapat memainkan peran penting dalam pengembangan gangguan psikologis pada remaja terkait pergaulan bebas. Pergaulan bebas sering kali dijadikan sebagai mekanisme pelarian dari pengalaman buruk atau ketidakstabilan emosional yang mereka alami.

Pergaulan bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap psikologis remaja. Dampak-dampak ini meliputi:

  • Stres dan Depresi: Remaja sering kali merasa tertekan oleh tekanan dari lingkungan sosial untuk berperilaku atau berpenampilan dengan cara tertentu. Jika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, mereka bisa merasa terisolasi dan mengalami depresi. Tekanan yang berlebihan ini seringkali memicu stres yang berkepanjangan, mengganggu kesejahteraan mental mereka.

  • Kecemasan: Keterlibatan dalam perilaku berisiko, seperti penggunaan obat-obatan atau seks bebas, dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi. Remaja mungkin khawatir tentang konsekuensi dari tindakan mereka, seperti masalah kesehatan atau konflik dengan hukum, yang bisa menyebabkan mereka merasa cemas secara berlebihan.

  • Gangguan Identitas: Dalam proses pergaulan bebas, remaja sering kali mengalami kebingungan dalam mencari identitas diri. Mereka mungkin terus-menerus mengubah perilaku dan penampilan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial tertentu, yang pada akhirnya membuat mereka bingung tentang siapa diri mereka sebenarnya. Ketidakstabilan ini dapat mengganggu perkembangan identitas yang sehat dan kuat.

Studi Kasus: Sarah, Remaja dengan Gangguan Psikologis karena Pergaulan Bebas

Sarah adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja pindah ke kota besar. Di lingkungan sekolah yang baru, dia berusaha keras untuk diterima oleh teman-temannya. Sayangnya, teman-teman baru Sarah cenderung terlibat dalam pergaulan bebas, termasuk penggunaan narkoba dan seks bebas.

Sarah merasa tertekan untuk ikut serta agar bisa diterima. Pada awalnya, dia merasa senang karena diterima dalam kelompok tersebut, namun lambat laun, tekanan untuk terus mengikuti gaya hidup mereka membuatnya stres. Sarah mulai mengalami kecemasan, sulit tidur, dan merasa terisolasi meskipun berada di tengah keramaian.

Orang tua Sarah menyadari perubahan perilaku tersebut dan memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Dengan bantuan psikolog, Sarah mulai menjalani terapi untuk mengatasi kecemasannya dan menemukan cara untuk menghadapi tekanan dari lingkungannya. Selain itu, orang tua Sarah juga berusaha lebih aktif dalam kehidupan sosialnya, membantu Sarah menemukan teman-teman baru yang lebih positif.

Langkah-Langkah Mengatasi Gangguan Psikologis pada Remaja

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua dan pihak sekolah untuk membantu remaja mengatasi gangguan psikologis akibat pergaulan bebas:

  • Edukasi dan Komunikasi: Edukasi mengenai risiko pergaulan bebas sangat penting. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak juga membantu remaja merasa didukung dan tidak sendirian.
  • Dukungan Emosional: Remaja membutuhkan dukungan emosional dari keluarga dan teman-teman. Orang tua sebaiknya aktif mendengarkan keluhan anak tanpa menghakimi.
  • Kegiatan Positif: Mengarahkan remaja pada kegiatan yang positif, seperti olahraga atau seni, bisa membantu mereka menyalurkan energi dengan cara yang konstruktif.
  • Terapi Psikologis: Jika gangguan psikologis sudah cukup parah, terapi dengan psikolog atau konselor bisa sangat membantu. Terapi ini bisa berupa terapi individu, kelompok, atau bahkan terapi keluarga.

Gangguan tersebut dapat di sikapi dengan komunikasi. Komunikasi merupakan  peran krusial. Remaja perlu merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka tanpa takut dihakimi, baik kepada orang tua, guru, maupun konselor. Dukungan psikososial, seperti akses ke konseling profesional dan kelompok dukungan sebaya, membantu remaja dalam mengatasi masalah psikologis mereka dengan lebih baik.

Aktivitas positif dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya mengalihkan perhatian dari pergaulan bebas, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan keterampilan sosial yang sehat. Peran aktif orang tua dalam memantau dan mendukung anak remaja mereka juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental.

Di lingkungan sekolah, kebijakan yang mendukung kesehatan mental serta upaya pencegahan terhadap pergaulan bebas menjadi prioritas. Memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk kampanye kesadaran kesehatan mental juga dapat menjadi alat efektif dalam mencapai remaja.

Secara keseluruhan, pendekatan holistik dan kolaboratif antara remaja, keluarga, sekolah, dan komunitas diperlukan untuk mengatasi gangguan psikologis yang timbul akibat pergaulan bebas. Dengan demikian, remaja dapat mengembangkan strategi yang lebih baik untuk menjaga kesejahteraan psikologis mereka di tengah kompleksitas kehidupan modern saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun