Mohon tunggu...
Ahmad Rizky Pratama
Ahmad Rizky Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik )

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik grafika dan penerbitan, Program Studi Penerbitan ( Jurnalistik ). Saat ini sedang menduduki semester 4. Saya tertarik dengan dunia Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyikapi Gangguan Psikologis Anak Remaja Terhadap Pergaulan Bebas

26 Juni 2024   06:43 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:58 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto: kabar sumbawa / https://kabarsumbawa.com/2023/08/05/bahaya-pergaulan-bebas-bagi-remaja/

Selain itu, pengalaman trauma atau pengabaian emosional juga dapat memainkan peran penting dalam pengembangan gangguan psikologis pada remaja terkait pergaulan bebas. Pergaulan bebas sering kali dijadikan sebagai mekanisme pelarian dari pengalaman buruk atau ketidakstabilan emosional yang mereka alami.

Pergaulan bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap psikologis remaja. Dampak-dampak ini meliputi:

  • Stres dan Depresi: Remaja sering kali merasa tertekan oleh tekanan dari lingkungan sosial untuk berperilaku atau berpenampilan dengan cara tertentu. Jika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, mereka bisa merasa terisolasi dan mengalami depresi. Tekanan yang berlebihan ini seringkali memicu stres yang berkepanjangan, mengganggu kesejahteraan mental mereka.

  • Kecemasan: Keterlibatan dalam perilaku berisiko, seperti penggunaan obat-obatan atau seks bebas, dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi. Remaja mungkin khawatir tentang konsekuensi dari tindakan mereka, seperti masalah kesehatan atau konflik dengan hukum, yang bisa menyebabkan mereka merasa cemas secara berlebihan.

  • Gangguan Identitas: Dalam proses pergaulan bebas, remaja sering kali mengalami kebingungan dalam mencari identitas diri. Mereka mungkin terus-menerus mengubah perilaku dan penampilan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial tertentu, yang pada akhirnya membuat mereka bingung tentang siapa diri mereka sebenarnya. Ketidakstabilan ini dapat mengganggu perkembangan identitas yang sehat dan kuat.

Studi Kasus: Sarah, Remaja dengan Gangguan Psikologis karena Pergaulan Bebas


Sarah adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja pindah ke kota besar. Di lingkungan sekolah yang baru, dia berusaha keras untuk diterima oleh teman-temannya. Sayangnya, teman-teman baru Sarah cenderung terlibat dalam pergaulan bebas, termasuk penggunaan narkoba dan seks bebas.

Sarah merasa tertekan untuk ikut serta agar bisa diterima. Pada awalnya, dia merasa senang karena diterima dalam kelompok tersebut, namun lambat laun, tekanan untuk terus mengikuti gaya hidup mereka membuatnya stres. Sarah mulai mengalami kecemasan, sulit tidur, dan merasa terisolasi meskipun berada di tengah keramaian.

Orang tua Sarah menyadari perubahan perilaku tersebut dan memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Dengan bantuan psikolog, Sarah mulai menjalani terapi untuk mengatasi kecemasannya dan menemukan cara untuk menghadapi tekanan dari lingkungannya. Selain itu, orang tua Sarah juga berusaha lebih aktif dalam kehidupan sosialnya, membantu Sarah menemukan teman-teman baru yang lebih positif.

Langkah-Langkah Mengatasi Gangguan Psikologis pada Remaja

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil oleh orang tua dan pihak sekolah untuk membantu remaja mengatasi gangguan psikologis akibat pergaulan bebas:

  • Edukasi dan Komunikasi: Edukasi mengenai risiko pergaulan bebas sangat penting. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak juga membantu remaja merasa didukung dan tidak sendirian.
  • Dukungan Emosional: Remaja membutuhkan dukungan emosional dari keluarga dan teman-teman. Orang tua sebaiknya aktif mendengarkan keluhan anak tanpa menghakimi.
  • Kegiatan Positif: Mengarahkan remaja pada kegiatan yang positif, seperti olahraga atau seni, bisa membantu mereka menyalurkan energi dengan cara yang konstruktif.
  • Terapi Psikologis: Jika gangguan psikologis sudah cukup parah, terapi dengan psikolog atau konselor bisa sangat membantu. Terapi ini bisa berupa terapi individu, kelompok, atau bahkan terapi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun