Bahagia ala kaum Stoa.
Dalam kepercayan kaum Stoa kebahagiaan yang kita cari adalah terbebasnya diri kita dari berbagai macam perasaan yang menggangu. Dalam bahasa Yunani disebut Pathos atau Passion (nafsu) dan mudahnya kita pahami dengan emosi negatif.  Kunci kebagiaan bagi kaum stoa adalah Apatheia A=not, Pathos=suffering. Apatheia merupakan kondisi bahagia berupa free from suffering, free from emotions dan freedom from all passions -- yakni ketenangan batin. Kaum Stoa menempatkan ketenangan batin ini sebagai kebahagiaan. Karena,  rasa bahagia tidak didapat dari kenikmatan/kesenangan dari eksternal seperti makan/minum, jalan-jalan, seks, kekuasaan. Inilah sebenarnya yang kita perlukan yang hanya dapat kita capai dengan latihan yang dilakukan setiap hari.
Apakah relevan filsafat Stoicisme kita gunakan agar kita dapat lebih tenang dalam sehari-hari? Justru aliran ini mengajarkan tujuan filosofi berupa "eudaimonia" atau "hidup yang berkembang" (flourishing).
 Tujuan yang ingin dicapai oleh Stoicisme adalah:
1. Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, galau dll)
2. Mendapatkan hidup yang tentram yaitu dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita lakukan
3. Mengasah hidup dengan kebijakan (virtues), ada empat kebijakan utama menurut stoicisme:
- Kebijaksanaan (virtues), kemampuan mengambil keputusan terbaik dalam situasi apapun
- Keadilan (justice), memperlakukan orang lain dengan jujur dan adil
- Keberanian (courage), keberanian berbuat yang benar; berani berpegang pada prinsip yang benar
- Menahan diri (temperance), Disiplin, kesederhanaan, kepantasan dan kontrol diri atas nafsu dan emosi
tujuan utama dari filsafat Stoaicisme adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali dan hidup dengan kebajikan (virtue/arete). Dalam bukunya Stoicisme And The Art of Happines, Donald Robertson menerangkan bahwa arete bermakna "Menjalankan sifat dan esensi dasar kita dengan sebaik mungkin, dengan cara sehat dan terpuji". Sederhananya, oleh Henry Manamping dalam bukunya Filosofi Teras, "hidup sebaik-baiknya sesuai peruntukkan kita".
Mengapa saya memberi judul "Filsafat praktis". Karena, filosofi yang berada pada ajaran Stoa ini dapat kita praktekkan dalam keseharian. Lalu, dalam filsafat ini kebahagiaan (dalam pengertian umum) bukanlah tujuan utama yang dicari. Karena para filsuf Stoa lebih menekankan pada mengendalikan emosi negatif dan mengasah kemampuan kita dalam kebajikan. Cocok buat siapapun khususnya para mahasiswa seperti saya. Lalu, alasan filsafat ini praktis karena siapapun bisa mempraktekkanya dengan mudah dan senang tanpa harus bergantung dengan atribut-atribut seperti kekayaan, prestasi, akademis, intelektual dll.
Jadi, tunggu apalagi disaat masa pandemi seperti ini, sungguh releven rasanya jika kita menyempatkan waktu untuk belajar filsafat yang tidak ruwet. Lalu, kita dapat belajar untuk mengendalikan emosi negatif dan menguatkan mental kita agar terlepas dari masa sulit dalam hidup. Saya menyarankan untuk membaca buku Filosofi Teras karya Henry Manamping karena disitu memuat semua ajaran Stoicisme dengan baik dan tentunya mudah dipahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H