Usaha ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nurhayati terhadap bayi yang berusia 48 jam yang dikutip dari laman kompasiana.com. Bayi tersebut menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang setelah diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder.
Ketiga, memasuki masa kanak-kanak atau kisaran umur 3 tahun, anak sebaiknya sudah diajari membaca Alquran sesuai dengan kemampuannya. Lebih baik jika yang mengajarkan ini orang tuanya sendiri.Â
Bahkan jika orang tua sering membacanya, misalnya ketika salat membaca surah Al-Fatihah, seorang anak pun bisa hafal dengan sendirinya. Selain itu, bisa juga ditambah dengan memberi tahu makna dari surah tersebut guna menanamkan nilai-nilai ketauhidan pada diri anak. Jika nilai-nilai ketauhidn ini sudah tertanam sejak kecil, maka ia pun akan mudah meyakini keberadaan dan keagungan Alquran.Â
Keempat, yaitu menjadikan Alquran sebagai bahan bacaan utama anak di rumah. Setelah mengajari anak membaca Alquran dan anak sudah bisa membaca Alquran dengan baik, maka kemudian tugas selanjutnya ialah menjadikan Alquran itu sebagai bacaan wajib setiap harinya. Misalnya anak diwajibkan membaca Alquran setelah selesai salat lima waktu. Jika anak tersebut tidak mau dengan alasan malas atau sebagainya, maka harus ada hukuman dari orang tua dan hukuman inipun tentunya hukuman yang mendidik.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh Alquran terhadap seseorang. Orang yang dekat dengan Alquran, dalam artian selalu membaca, menghayati, bahkan berusaha mengamalkan isinya tentu akan berbeda dengan orang yang jauh sekali dengan Alquran.Â
Sehingga wajib bagi kita agar selalu dekat dengan Alquran dan juga mendidik para generasi milenial agar Alquran selalu melekat dalam jiwanya demi kemajuan bangsa terutama dirinya dan terlebih lagi untuk bekal di akhirat kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H