Bahasa yang digunakan dalam Etika Jawa Kuna adalah bahasa Jawa Kuna atau Jawa Kuno. Sebagian besar teks-teks klasik Jawa Kuna ditulis dalam bentuk sastra Jawa Kuna, seperti tembang, serat, dan kakawin. Contoh-contoh penting dari sastra Jawa Kuna termasuk Serat Centhini, Serat Wedhatama, dan Kitab Nagarakertagama. Teks-teks ini berisi ajaran moral, etika, serta petuah dan nasihat bagi masyarakat Jawa.Â
Beberapa prinsip etika Jawa Kuna yang mungkin menjadi landasan masyarakat Jawa, meliputi :
- Kebijaksanaan (keblat-kablatan) : Masyarakat Jawa Kuna sangat menghargai kebijaksanaan dan keseimbangan dalam segala hal. Mereka meyakini bahwa setiap tindakan harus dipertimbangkan secara matang untuk mencapai hasil yang baik.
- Kesopanan (alamiah) : Sikap sopan dan hormat merupakan nilai yang sangat di junjung tinggi dalam budaya Jawa. Hali ini tercermin dalam tutur kata, sikap tubuh, dan adab dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh : Prinsip ini mengajarkan tentang saling menghormati, menyayangi, dan merawat satu sama lain. Silih Asah mengacu pada  saling membantu untuk mencapai kesempurnaan, Silih Asih merujuk pada kasih sayang dan empati antara individu, sedangkan Silih Asuh menunjukkan adanya tanggung jawab dalam merawat dan membimbing generasi muda.Â
- Adiluhung : Konsep ini menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan keadilan. Masyarakat Jawa Kuna berusaha hidup dengan kehormatan dan menjunjung tinggi kebenaran serta kesetaraan dalam segala aspek kehidupan.
- Laku Tunggal : Prinsip ini mengajarkan pentingnya kesederhanaan dan menghindari perilaku yang berlebihan. Masyarakat Jawa Kuna meyakini bahwa hidup yang baik adalah hidup yang sederhana dan tidak berlebihan.
- Rasa Syukur : Ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada sesama merupakan sikap yang ditekankan dalam etika Jawa Kuna. Rasa syukur diyakini sebagai landasan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai- nilai ini masih pengaruh dalam budaya Jawa modern meskipun dengan beberapa perubahan dan penyesuaian dengan zaman. Masyarakat Jawa saat ini masih memegang teguh nilai-nilai tersebut sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya mereka.
Meskipun bahasa Jawa Kuna tidak digunakan lagi secara luas dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan-ungkapan ini masih diwariskan dan dipahami oleh masyaratkat Jawa modern. Bahasa Jawa Kuna  merupakan bagian penting dari warisan budaya Jawa dan memainkan peran penting dalam memahmi dan mempraktikkan etika Jawa.
Etika Jawa Kuna menurut para ahli
Etika Jawa Kuna merupakan bidang yang telah diperbincangkan oleh banyak ahli dalam studi budaya Jawa dan sejarah Jawa. Berikut adalah beberapa ahli mengenai Etika Jawa Kuna :Â
- Menurut, Prof. Dr. Poerwadarminta : Seorang ahli bahasa dan budaya Jawa yang terkenal. Beliau menyatakan bahwa Etika Jawa Kuna didasarkan pada ajaran agama Hindu-Buddha yang dipraktikkan pada masa Jawa Kuno. Etika ini mencakup prinsip-prinsip moral dan tata krama yang dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
- Menurut, Dr. Soepomo Poedjosoedarmo : Seorang ahli dalam bidang antropologi budaya Jawa. Beliau menyoroti pentingnya nilai-nilai sosial seperti gotong royong, rasa hormat kepada orang tua dan sesama, serta tanggung jawab sosial dalam Etika Jawa Kuna.
- Menurut, Prof. Dr. Koentjaraningrat : Seorang ahli antropologi terkemuka di Indonesia. Beliau menganggap Etika Jawa Kuna sebagai landasan moral masyarakat Jawa yang mencerminkan harmoni dan keseimbangan antara manusia dan alam semesta.
- Menurut, Dr. Haryono Suyono : Seorang ahli bahasa dan budaya Jawa. Beliau menjelaskan Etika Jawa Kuna sebagai sistem nilai yang mendasari tindakan dan perilaku masyarakat Jawa. Etika ini mencakup kejujuran, kesopanan, tanggung jawab sosial, dan sikap saling menghormati.
- Menurut, Dr. Harjito : Seorang ahli dalam bidang sastra Jawa dan budaya. Beliau menekanan pentingnya Etika Jawa Kua dalam mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakat Jawa. Etika ini berperan dalam menjaga harmoni sosial dan menghormati nilai-nilai budaya Jawa.
pandangan para ahli memberikan pemahamam yang lebih dalam tentang Etika Jawa Kuna. Namun, perlu dicatat bahwa pandangan dan interpretasi terhadap Etika Jawa Kuna dapat bervariasi di antara para ahli dan juga di dalam masyarakat Jawa itu sendiri. Etika ini berkembang seiring waktu dan pengaruh budaya yang beragam.Â
Sadulur Papat Lima PancerÂ
"Sadulur Papat Lima Pancer" adalah istilah dalam kepercayaan Jawa yang merujuk pada sistem kekerabatan yang dianut dalam masyarakat Jawa. Istilah ini mencerminkan struktur keluarga atau hubungan kekerabatan yang kompleks  dalam budaya Jawa.