Slank merupakan Salah satu band rock senior yang melegenda di tanah air. Slank tidak melulu menciptakan lagu tentang cinta. Band yang lahir pada tahun 1983 ini juga sering menciptakan lagu tentang sosial dan politik. Album “Mata hati reformasi” (1998) yang bercerita tentang masalah sosial dan politik pada jaman reformasi.
Pada tahun 2008 Slank juga menciptakan lagu “Gosip jalanan” yang mendukung KPK. Lagu yang terdapat pada album PLUR itu sempat di gugat oleh DPR karena merasa tersinggung, lalu masalah itu selesai begitu saja, namun sayangnya setelah itu Slank mulai kesulitan mendapatkan izin menggelar konser dari pemerintah.
Pada tahun 2019 Slank juga pernah manggung di acara kampanye pilpres Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin. Namun perlu di tegaskan bahwa seorang musisi tidak hanya terikat kontrak pada satu partai saja selagi ia tidak mendeklarasikan bahwa ia adalah bagian dari partai itu. Seorang musisi bisa saja mempunyai kontrak dengan partai lain “nggak (mendukung calon tertentu) kami free, untuk Seni, ya,” ucap Bimbim. (Personil Slank)
Selain Slank ada juga musisi yang terlebih dahulu melegenda yakni Iwan fals, perjalanannya sebagai musisi tidak selalu berjalan mulus, terkadang Iwan fals berbenturan dengan pemerintah karena lirik lagu yang di ciptakan nya.
Pada sebuah konser di Pekanbaru bulan April tahun 1984, Iwan fals sempat berurusan dengan aparat lalu di tahan dan di interogasi selama dua minggu gara-gara menyanyikan lagu nya yang berjudul Demokrasi nasi, pola sederhana dan mbak Tini. Setelah kejadian itu Iwan fals dan keluarga sering mendapatkan teror dan hanya beberapa fans fanatik Iwan fals yang masih menyimpan rekaman ini dan sekarang merupakan koleksi yang sangat berharga.
Bens Leo menegaskan bahwa penampilan seorang musisi bersama calon dari partai tertentu belum tentu menandakan bahwa seorang musisi merupakan bagian dari partai tersebut. Tidak semua musisi ingin terlibat dalam kegiatan politik, seperti seorang Regaeman yang bernama Toni Q, beliau menolak keras jika di pinta untuk mengisi di acara politik meskipun di janjikan dengan bayaran yang begitu besar.
Sejauh ini Toni Q tetap konsisten tidak akan menginjakkan kaki nya di panggung politik, namun suatu waktu beliau pernah mengalami kejadian miskomunikasi antara panitia dan manajemennya. Saat itu Ia manggung, namun di vanue terdapat banyak bendera dan baliho seorang politikus dari sebuah partai.
Pelantun lagu Don’t worry itu menolak untuk naik panggung sebelum semua bendera dan baliho yang berkaitan dengan politik di turunkan. Untuk menolak hal tersebut biasanya seorang musisi mengajukan sejumlah permintaan seperti, tidak memasang bendera partai, tidak menggunakan kaos partai ataupun tidak melantunkan yel-yel dari partai tersebut.
Bagi Denny Sakrie, sangat di sayangkan bila ada Musisi yang menunjukkan ketertarikannya pada politik, karena nantinya musisi hanya di jadikan sebagai “kuda tunggangan.” Bens Leo berpesan untuk menjaga netralitas di tahun politik nanti. Menjaga netralitas adalah hal yang positif. Jika kita harus memilih musik atau politik, masyarakat Indonesia sudah cerdas akan hal itu. Kehadiran musisi idola tidak seakan-akan mempengaruhi mereka untuk memilih partai yang menggandeng musisi idola mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H