Mohon tunggu...
Cerpen

Kisah Kapten Baron

4 Februari 2017   23:36 Diperbarui: 4 Februari 2017   23:57 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapten Baron kembali berdiri menatap laut yang tak berujung. Kini kapten mengarahkan Khon kearah laut, memasang posisi hendak menembak. “hidup itu sederhana Khon. Maju atau tidak mundur. Itulah filsafat perang. Dan perang itu adalah seni. Bajak laut tidak akan pernah membuat kapalnya diam. Karna kapal tidak bisa diam Khon, setidaknya pasti begeser sedikit dihembus oleh angin”.

“berarti tidak ada kesempatan untuk mundur. Itulah seni perang yang sebenarnya”

“ha..ha..ha..kukira kau sudah mati Khon. Kenapa kau atdi diam saja?”

“saya segan”. Khon mengeluh.

“segan kenapa?”. Tanya Kapten Baron heran.

“seandainya Didi tau kalau kau dan aku bisa bersapa, dia akan menganggapmu aneh”.

“dia tidak pernah tau. Inilah keistimewaan ku sebagai raja laut cina selatan. Hal ini merupakan kekuatan mistis yang hanya bisa di dapatkan oleh seorang kapten bajak laut”.

Matahari akhirnya tenggelam sepenuhnya. Keadaan menjadi gelap gulita. Namun air laut kini terang oleh plankton. Laut bagaikan kanvas terang yang terbentang.

“laut ini akan tetap menjadi sengketa bagi pemerintah dunia. Tapi tidak untukku”. Ucap kapten dengan sangat berwibawa.

“kita telah melalui perang yang paling mematikan didunia ini Baron. Aku hanya menyisakan satu peluru lagi. Dan aku harap kau menggunakan sisa peluruku ini untuk sebuah tindakan yang paling istimewa selama hidupmu Baron”. Baron berubah mimic mukanya, dari senyum menjadi diam yang penuh perenungan.

“aku juga hanya mempunyai satu nyawa lagi Khon. Dan semoga juga, satu-satunya nyawaku ini akan pergi atas sebuah kehormatan yang paling tinggi selama hidupku”. Kapten Baron melangkah memanjat haluan kapal. Dan berdiri diatas pagar pembatas kapal. Dan memegang tali yang membentang dari haluan ke ujung tiang layar. Tangannya sedikit gemetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun