Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sir Alex Ferguson dan Pilkada Kita

26 Juni 2018   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2018   11:26 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat Sir Alex Ferguson? Mantan pemain dan pelatih asal Scotlandia yang pernah menangani Manchester United dengan lebih dari 1000 pertandingan sejak tahun 1986. Dia membawa tim meraih 20  kali juara pada liga. Tercatat sebagai pelatih terbaik sepanjang sejarah.

Pelatih yang menyatakan pensiun melatih MU pada 2013 bukan saja menjadi tonggak penting bagi klubnya, tapi ia mampu menjadi inspirasi sejarah persepakbolaan dunia. Dalam kurun waktu yang panjang dalam kepelatihannya, banyak tantangan dan kendala yang dihadapinya. 

Konsistensi dan pengabdian adalah kunci bagi pelatih yang suka mengunyah permen karet di pinggir lapangan ini, yang membuat dia tahu dengan baik apa yang sedang terjadi pada klub dan para anggotanya. Tidak itu saja, dia mengenal dengan baik karakter klub, dan mengikatnya sesuai dengan bisnis yang melingkupinya.

Sepakbola dunia apalagi lingkungan yang melingkupi MU bukan kondisi yang kecil. MU dibesarkan dengan bisnis skala global dengan besaran yang luarbiasa. Banyak pemain cerdas dan digaji milyar setiap minggu melebihi gaji Sir Alex sendiri. Dengan kondisi seperti itu, bisa dikatakan wajar bila pemain bersikap arogan . Banyak juga dari pemain MU suka mabuk di tahun-tahun awal.

Pemain seperti Bekham pernah merasakan tendangan sepatu Sir Alex Ferguson mengenai jidatnya. Penggemar klub ini pasti tidak melupakan cerita yang beredar di balik kepindahan Becks dan Ronaldo ke Real Madrid serta perginya Carlos Teves ke Manchester City.

Jangan lupa Sir Alex juga merekrut pemain asal Korea Selatan, Cina, Meksiko, Trinidad Tobago bahkan Jamaica, yaitu Usain Bolt (meski hanya latihan). Dia melakukan tur ke Amerika Latin dan Asia untuk penyegaran tim nya di sela-sela jeda kompetisi Eropa.

Nilai mahal dan penting dari seorang Sir Alex Ferguson adalah bagaimana dia memacu semangat dan menekan emosi seluruh pemain untuk bisa meraih prestasi yang jadi tanggungjawabnya. Sir Alex menjaga semua kondisi psikologis para pemain yang kaya raya, beragam dan punya sifat berbeda itu untuk meraih prestasi sebaik-baiknya.

Dalam konteks politik, marilah kita belajar dari gaya kepemimpinan Sir Alex Ferguson. Sebagai seorang pelatih, Sir Alex punya reputasi luarbiasa  yang layak menjadi inspirasi bagi perkembangan sosial kemanusiaan. Ini bisa diterapkan pada perilaku politik. Caranya, membuat tim selalu bergairah tanpa menimbulkan konflik. Ini bisa jadi acuan bagi politisi kita yang saat ini cenderung hanya berpolitik untuk merebut kekuasaan, uang dan prestise.

Kualitas politisi Indonesia diakui memang kurang mumpuni. Politik sering dipahami sebagai upaya pemaksaan, kekerasan, uang dan kewajiban-kewajiban yang berkenaan dengan materi. Semuanya terakumulasi pada soal  'bagaimana berkuasa'. Jika berkuasa maka banyak hal bisa diharapkan , kira-kira begitulah analoginya.

Padahal politikus seharusnya tidak saja melihat kekuasaan sebagai target utama karena di tangan dan kepalanya, terletak masa depan daerah yang akan dipimpinnya terutama bagi politisi yang maju dalam Pilkada. 

Pasangan paslon yang akan memimpin sebuah daerah harusnya paham dan punya aura konsistensi dalam memimpin agar daerah menjadi stabil dan damai. Hanya dengan kestabilan dan konsistensi seorang pemimpin bisa membangun daerahnya dengan baik.

Jadi, politik dan kontestasi dalam Pilkada jangan dipahami dengan cara pragmatis, karena di dalamnya masuk tanggung jawab untuk mengikat dan meredam emosi, mampu mengeksplor potensi positif yang dimiliki sebuah wilayah. Seorang pemimpin harus bisa memastikan bahwa masyarakatnya sibuk membangun sesuai dengan keahliannya, ketimpangan kaya-miskin bisa diperkecil dan akhirnya kemakmuran yang menjadi tujuan utama dari pembangunan daerah menjadi terwujud.

Sama dengan Sir Alex Ferguson mengelola MU, maka para calon pemimpin daerah dan masyarakat juga harus mampu melihat pilkada sebagai sarana tepat untuk memilih siapa yang layak menjadi pemimpin daerah tersebut. Menjadi pemimpin selayaknya adalah mentor atau pelatih yang mampu membuat daerah tersebut mencapai cita-cita bersama yaitu sejahtera.

Jadi sebagai masyarakat kita juga harus cerdas dalam memilih pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun