Tahun politik merupakan tahun yang dinanti bagi kita semua. Tidak hanya bagi partai politik yang berharap pasangan calon yang diusung menang, bagi masyarakat biasa, tahun politik juga memberikan arti tersendiri. Masyarakat berharap bisa melahirkan pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab.Â
Tidak korupsi, tidak hanya janji-janji tapi tidak ditepati, dan tidak hanya mencari kepentingan pribadi. Pemimpin yang lahir dari momentum pilkada, harus menjadi pilihan semua orang. Bukan pemimpin umat Islam, tapi harus menjadi pemimpin seluruh umat beragama. Bukan hanya menjadi pemimpin partai tertentu saja, tapi menjadi pemimpin semua partai dan seluruh masyarakat di daerahnya.
Tahun politik harus dihiasi dengan semangat kebersamaan, bukan semangat untuk saling menang sendiri dengan berbagai cara. Jangan saling menjatuhkan dengan menebar kebencian. Karena selain hal itu tidak dibenarkan berdasarkan ajaran agama, juga tidak akan bisa membangun pendidikan politik yang sehat di masyarakat. Masyarakat justru akan sibuk mencari kejelekan orang lain.Â
Sementara yang diharapkan dari pemilihan kepala daerah adalah, bertarung ditingkat gagasan dan ide mengenai program kerja lima tahun kedepan. Jika hal ini bisa dilakukan oleh partai politik, tim sukses dan pasangan calon, dan didukung oleh masyarakat, tentu pilkada yang terjadi di 171 daerah pada Juni 2018 mendatang, akan menjadi pilkada yang jujur, sehat dan menyenangkan.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan, pola yang diterapkan kelompok intoleran di pilkada DKI Jakarta, akan dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan berbagai daerah lainnya. Jelang pendaftaran pasangan calon, salah satu paslon di Jawa Timur sudah dihantam dengan foto dirinya dengan perempuan lain di dunia maya.Â
Hal ini pun langsung membuat publik terkaget-kaget. Belum jelas siapa yang mengunggah foto tersebut dan apa motifnya. Namun yang jelas, dunia politik memang kejam. Saling sikut seringkali dipertunjukkan oleh para elit politik. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi kemanusiaan, semestinya kita tidak ikut terpengaruh untuk saling sikat antar sesama.
Mari kita membekali diri dengan informasi yang valid. Biasakan melakukan cek ricek terlebih dulu, sebelum menyatakan informasi ini benar atau tidak. Di era digital seperti sekarang ini, semuanya serba mungkin dilakukan. Informasi dari berbagai belahan negeri, bisa dengan mudah menyebar dalam waktu yang relatif singkat. Jika kita tidak mencerdaskan diri sejak saat ini, dikhawatirkan akan mudah diombang-ambingkan informasi yang menyesatkan.Â
Pada pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, muncul organisasi Saracen. Sebuah organisasi yang menjual jasa kebencian, untuk menjatuhkan pihak-pihak yang berseberangan. Semoga pada pilkada serentak mendatang, tidak lagi ada Saracen lagi dan tidak ada ujaran kebencian yang disebarkan oleh masyarakat ataupun oknum tertentu.
Pilkada serentak harus berjalan dengan damai, agar tidak ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Pilkada serentak juga harus beretika, agar bisa dijadikan pendidikan politik bagi semua pihak. Karena itulah, mari kita jadikan momentum pilkada serentak ini, untuk mewujudkan kebaikan.Â
Jadikan tahun politik ini sebagai upaya untuk menguatkan komitmen dalam membersihkan ujaran kebencian. Ujaran ini telah menjangkiti seluruh dunia maya dan keseharian kita. Jangan biarkan generasi berikutnya tumbuh menjadi generasi pembenci. Mari kita tanamkan nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan. Agar apapun yang kita lakukan, termasuk pilkada serentak ini, tetap mengedepankan nilai-nilai kemanuisaan, keadilan dan perdamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H