Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Kurator sekaligus Edukator Museum Rakyat Hulu Sungai Selatan, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Banjar-Hulu" Penguasa Jaringan Perdagangan di Kalimantan Selatan pada Awal Abad 20

27 September 2023   19:06 Diperbarui: 27 September 2023   19:09 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan-perusahaan perkebunan tembakau seperi Tabbak  Maatschappij Kinaroen dan Balangan Tabbak Maatschappij , Batang Alai Cultuur Maastchaappij yang mulai  beroperasi.

Kondisi perdagangan mulai berubah diawal abad 20 primadona ekspor dari Hindia-Belanda (Indonesia sekarang) adalah karet. Komoditi ini pertama kali masuk ke Kalimantan Selatan dari dua jalur yakni daerah Pagat- Barabai dan yang kedua ditempat yang mulanya merupakan perkebunan tembakau di wilayah Utara Hulu Sungai yang kemudian coba dikembangkan dan ditanam pada wilyah Perkebunan Hayup di Tabalong. 

Hingga tahun 1910 perkebunan karet semakin banyak di Tanjung, dan tahun 1911 muncul di Barabai dan tahun 1912 ada di Amuntai dan Kandangan. Haji Mohamad Salah dari Longawang, dekat kota Kandangan ketika sepulang dari Johor membawa bibit dari Penang dan menanamnya sebagai pohon karet pertama di tempat kelahirannya.

Perintisan "perkebunan" karet di Hulu Sungai ini akan menjadi cikal bakal perubahan besar yang terjadi di Kalimantan Selatan yang berawal dari Hulu Sungai. Hingga tahun 1920-an terjadi booming karet yang menjadikan orang-orang Banjar Hulu Sungai menjadi kaya raya. Memborong mobil-mobil dari dealer eropa, membuat armada-armada laut untuk kepentingan dagang mereka. Pelabuhan di Banjarmasin menjadi salah satu pelabuhan teramai saat itu.

Serangkaian peristiwa alam yang tak menentu memberikan "intuisi" bagi orang Banjar lebih peka terhadap segala kemungkinan. Sampai detik ini ada beberapa sektor perdagangan yang masih dikuasai mereka bahkan "para" pedagang cina pun sulit untuk bersaing dengan kelompok Banjar Hulu Batang Banyu seperti textil hampir semua pasar di Kalimantan Selatan sampai dipasar grosir di Banjarmasin tetap dikuasai oleh klan Alabio dari Banjar Hulu Batang Banyu begitupun dengan "Wantilan" atau toko kayu bangunan yang sampai detik ini masih di kuasai oleh para pedagang asal Nagara(Daha). 

Bahkan saat kita bertanya industri berbahan logam untuk rumah tangga dan pertanian terbesar dan tertua di Kalimantan masih ada dan masih beroperasi secara tradisional di Nagara (Daha). Yang lebih mencengkan lagi  dari sejak berabad-abad silam sampai tulisan ini saya buat para pedagang khususnya mayoritas dari Kalua ditambah Amuntai dan Nagara tidak henti-hentinya masih mengadakan transaksi dagang kesegala penjuru pedalaman Kalimantan Selatan, Timur dan Tengah dengan membuat pasar di hari-hari tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun