Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Kurator sekaligus Edukator Museum Rakyat Hulu Sungai Selatan, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kode Alam dan Manusia Hulu Sungai di Kalimantan Selatan

12 September 2022   15:50 Diperbarui: 24 November 2022   10:53 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentang alam di Hulu Sungai Selatan. Sumber koleksi: Rendra

Dari zaman dahulu mayoritas penduduk Hulu Sungai di Kalimantan Selatan bekerja di sektor pertanian dan perkebunan. 

Alam Hulu Sungai yang sangat subur mendukung untuk berlangsungnya kegiatan perkebunan dan pertanian. Maka dari itu daerah Hulu Sungai selalu menjadi primadona penghasil komoditi alam di daerah Kalimantan Selatan. 

Sejak masa Kerajaan Banjar masih berdiri kawasan Hulu Sungai sudah menjadi lumbung padi terbesar. Lahan-lahan mereka yang terdiri dari rawa dan perbukitan di dataran tinggi menjadi wilayah pertanian yang subur dan menghasilkan beras yang melimpah terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan utama di Kalimantan Selatan.

Hulu Sungai pada masa lampau juga memiliki hasil panen berupa lada, kopi, tembakau dan lainnya. Bahkan, ketika era booming karet pada tahun 1920-an kawasan Hulu Sungai menjadi sentral bisnis dan perkebunan karet terbesar yang kemudian mengubah aspek sosial, politik dan kebudayaan di Kalimantan Selatan. 

Selain itu daerah Hulu Sungai merupakan daerah "kuno" (Banjar Klassik) yang merupakan asal dari peradaban modern di Kalimantan Selatan. Setidaknya tiga buah Kerajaan besar pendahulu Kesultanan Banjar pernah berlokasi di Hulu Sungai. Letak geografis yang diapit langsung oleh Kalimantan Tengah dan Timur menjadikan kebudayaan di Hulu Sungai begitu kaya dan menarik untuk digali lagi jauh lebih dalam.

Rentetan fenomena sejarah dan kebudayaan tersebut menjadikan manusia Banjar Hulu Sungai mewarisi "intelegensi" alami untuk memahami alamnya. Lesley Potter berpendapat "kepekaan" org Banjar secara umum dalam melihat kesempatan dan resiko ini erat kaitannya karna faktor geografis (struktur konstant geografi) alam Kalimantan Selatan.

Seperti masyarakat tradisional dan golongan petani pada daerah Hulu Sungai di Kalimantan Selatan umumnya memiliki pengetahuan khusus tentang cara memulai suatu pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. 

Kepedulian masyarakat tradisional Hulu Sungai terhadap lingkungannya sesuai dengan tradisi kepercayaan nenek moyang mereka dan kemudian disusul oleh ajaran agama ( Islam ) yang kemudian mayoritas kini mereka anut.  Pada sisi lain yang saling terkait, mereka beranggapan lingkungan merupakan faktor produksi dan bahan konsumsi yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk dinikmati dan dipelihara. Jadi dengan dasar itu perlakuan masyarakat terhadap lingkungannya sangat tergantung pada pandangan mereka sendiri.

Dengan berdasar pada konsep lingkungan yang telah mereka pegang sejak lama itu, lalu membentuk sebuah anggapan yang kuat dalam meyakini bahwa asal mula tumbuh-tumbuhan dan binatang merupakan salah satu bagian terbesar dari karunia Tuhan yang telah diberikan kepada umat manusia. 

Masyarakat tradisional Hulu Sungai beranggapan segala makhluk hidup ciptaan Tuhan memiliki manfaat untuk kehidupan manusia. Tumbuh-tumbuhan dan berbagai binatang yang hidup disekitar lingkungan hidup manusia diantaranya dapat dijadikan sebagai pertanda atau isyarat tertentu untuk mengetahui gejala alam yang erat kaitannya dengan usaha masyarakat setempat untuk bercocok tanam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun