A.A Rendra
Dilihat dari latar belakang sejarah, keberadaan Partai Politik, Organisasi Massa dan Pers di Hulu Sungai (Afdeling Hoeloe Soengai yang beribukota di Kandangan), jauh sebelumnya sudah sudah banyak beraktivitas dan berkembang. Keadaan demikian pada gilirannya menelorkan banyak tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan, Republiken, dan gerilyawan pejuang Kemerdekaan.
Sekitar tahun 1930-an di Kandangan dan sekitarnya telah berdiri cabang partai politik yang bernama Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Anggota-anggota yang aktif saat itu adalah Achmad Barmawi, H.Sukeri, H. Muhammad Rafa'i, Dahri, Syamsi Rais, Abdul Djabar, Aluh Idut, Rahmah Bahran, H.Busra, Husain ( Guru HIS ) dan yang lainnya. PBI pedoman besarnya berkedudukan di Surabaya dengan Dr. Soetomo sebagai ketua.Â
Karena perkembangan dan tuntuan keadaan,  PBI kemudian dilebur menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) yang berpusat dijakarta dibawah pimpinan M.Husni Thamrin dan Sukardjo Wiryo Pranoto ( saat itu anggota Volkstraad ). Begitu meluasnya aktivitas para anggota Parindra di Hulu Sungai ( Kandangan, Barabai dan Amuntai ) saat itu, sampai 2 orang pimpinan Parindra pusat di Jakarta mengkhususkan waktu untuk datang ke Kandangan, selain itu di Hulu sungai Parindra aktif membuka kursus dan mendirikan Sekolah Neutralschool .
Menjelang awal 1946 para tokoh masyarakat yang tampil waktu itu merasakan bahwa kekosongan perjuangan melalui bidang politik yg bersifat legal merupakan suatu kepincangan yang tidak menguntungkan.Â
Para tokoh Republiken berpendapat bahwa ketidak ikut sertaan para orang pro Republiken dalam merencanakan dan menentukan segala program di pemerintahan, sama saja membiarkan mereka (Belanda / pribumi pro Belanda) berbuat sewenang-wenang.Â
Karena itu apabila ada wadah hak untuk memberikan suara dan pendapat haruslah dimanfaatkan. Sementara itu pimpinan PRI yang diharapkan rakyat untuk berjuang menegakkan pemerintahan Republik mulai melemah & dimanfaatkan Belanda sebagai alat pemerintahannya.Â
Beberapa pimpinan yang melihat bahaya itu mengadakan rapat tertutup, rapat tersebut menghasilkan perubahan besar pada PRI dengan membentuk persatuan yang bergerak dibibang politik yakni SKI ( Serikat Kerakyatan Indonesia) pada tanggal 19 Januari 1946 dibawah asuhan  Dr. D.S Diapari, Dr.Suranto, A.A Rivai, A.Sinaga, R. Sa'ban, E.S Handuran, Abdullah, dan lain-lain.
Kemudian, di Kandangan dalam kurun waktu tertentu. Persatuan Wanita Indonesia ( PERWANI ) cabang Kandangan yang dipimpin oleh H. Rahmah Bahran, melakukan aktivitasnya dalam mendukung perjuangan khususnya di kalangan kaum wanita.Â
Aktivitas tersebut mendapat perhatian lebih dan kemudian mendapat kunjungan Ny.Herawati Diah pimpinan pusat KORWANI Jakarta yang sengaja datang ke Kandangan menghadiri kegiatan kewanitaan dikota tersebut (cabang Kalimantan Selatan diketuai oleh Ny. Noorsehan Djohansyah).Â