Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Homo Homini Lupus Vs Homo Homini Socius

5 Mei 2023   19:11 Diperbarui: 5 Mei 2023   19:31 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Wallpaperbetter

Manifestasi akan hal itu disiratkan dalam bentuk premanisme, sadisme, dan fenomena-fenomena kriminalitas lainnya. Oleh karena itulah, perbuatan seperti penipuan, penjarahan, diskriminasi, merupakan satu-satunya jalan keluar terhadap amarah-amarah yang menggelora tersebut.

Padahal, pelbagai ajaran-ajaran "Akal budi" yang sudah sekian banyak ragam kurikulumnya, telah banyak berkontribusi guna ditanamkan secara sukarela maupun terpaksa terhadap spiritualitas kita, agar kita dapat tumbuh menjadi individu yang bermartabat bagi nusa dan bangsa kedepannya.

Dalam dunia filosof pun, ada pula sebuah aliran filsafat yang paling berpengaruh juga pada masanya, turut mengajarkan hakekat-hakekat perihal norma-norma luhur ini. Aliran tersebut bernama "Eksistensialisme."

Sudut pandang daripada eksistensialis, tidak lepas terkait pengajaran, bahwa setiap Manusia merupakan makhluk yang hanya "ada-bagi-diri-sendiri." Manusia adalah sebuah subjek, bukan objek. Dan karena manusia merupakan subjek, berarti ia adalah makhluk yang bebas.

Kebebasan Manusia, terletak pada sejauh mana, melalui kebebasan tersebut, Ia mengenal jati dirinya dalam realitas inderawi kehidupannya. Tentu saja, dalam tahap ini, eksistensialis tidaklah terlepas dari konteks filsafat positivisme logis.

Tidaklah menjadi sesuatu yang mengherankan. Berdasarkan prinsip-prinsip eksistensialis tersebutlah, keranchuan dalam pola hidup selanjutnya melanda kita. Akibatnya, Manusia pun menciptakan seorang diri suatu kegembiraan yang dalam hal passion, atau hanya sekadar pemuasan hasrat.

****

Positivisme logis, adalah Aliran filsafat paling dahsyat pada masanya yang berpendapat, bahwa sebuah kebenaran akhir kehidupan Makhluk berakal yakni Manusia, hanya bisa diraih melalui pengamatan empiris dan kalimat murni analitis. Moritz Schlik (1882 - 1936) dan Rudof Carnap (1891 - 1970) adalah salah seorang filsuf penggagasnya. Di lain hari, kami akan mencoba mengulasnya.

****

Baik dan buruk, benar dan salahnya, lantas tidaklah lagi kita pikirkan suatu konsekuensinya. Inilah sebuah realita absurditas sesungguhnya terkait kehidupan. Dan, kita saat ini sedang hidup ditengah-tengah panorama tersebut.

Apa yang dipahami serta diimani, sontak hanya menjadi sebuah objek pelarian daripada reflektifitas kesadaran semata-mata, ketika menyadari sebuah rasa sesal dan kesalahan. Setelah itu, tatkala peluang hawa nafsu membawa kepada lubang yang sama, terjerumus-lah kita lagi dan lagi, sampai seterusnya. Bagaikan analogi seekor keledai untuk yang kedua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun