Dulu hasil panen sangatlah tidak maksimal dikarenakan minimnya pupuk, sekarang berbagai macam pupuk dengan beragam jenisnya sudah marak di pasaran. Dari mulai pupuk kimia,organik dan lainnya.
Mengolah lahan tidak hanya bisa di lakukan di area persawahan saja. Seiring maju pesatnya pertanian. petani milenial harus jeli dan berinovasi. Contoh dari problem ini dengan menciptakan:
- Rumah Ketahanan Pangan
Dengan di motori kaum muda. Setiap rumah warga yang mempuyai pekarangan, di haruskan menanami beberapa jenis tanaman. Sehingga setiap rumah memiliki minimal satu atau lebih bahan sayuran. Sehingga dalam satu dusun bisa saling barter atau jual beli satu sama lain.
- Area Lahan Hijau
Setiapdesa tentunya mempunyai "lahan bebas". Lahan ini adalah lahan milik pemerintah yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan  masyarakat setempat. Memodifikasi lahan seperti ini menjadi area pertanian yang dikelola oleh pemerintah setempat tentunya menjadi nilai lebih dalam hal pertanian. sehingga hasilnya bisa menjadi dana khas pemerintah setempat yang bisa dikembangkan lebih maksimal lagi.
Senantiasa tanggap dan progresif melihat tantangan menjadi peluang
merujuk pada judul tulisan ini yaitu petani milenial yang kreatif inovatif dan progresif. Mewujudkan petani seperti konteks di atas memang tidak mudah juga bukan sesuatu yang sulit. Tantangan ke depan jelas semakin berat. Perang dagang negara-negara maju, masyarakat Indonesia yang semakin konsumtif tanpa mengimbanginya dengan produktif. Alih fungsi lahan secara besar-besaran.Â
Kesemuanya menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian pada umumnya dan kepada petani pada khususunya. Menciptakan  "Petani milenial yang kreatif,inovatif dan progresif" menjadi instrumen penting dalam rangka menjadikan regenerasi petani yang mewujudkan pertanian maju dan berdaya saing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H