Mohon tunggu...
Ahmad Nurhalim Haddise
Ahmad Nurhalim Haddise Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kehidupan Berkeluarga

Ayah dari 4 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Humor

Pilkada: Obat Penawar di Tengah Pandemi

10 September 2020   16:10 Diperbarui: 10 September 2020   16:15 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah keberuntungan bagi kita, bahwa di antara kesempitan yang ditimbulkan oleh pandemi ini, datang sebuah momentum yang bisa menjadi penawar hati. Momentum pilkada serentak. Momentum yang sudah memasuki putaran awal ini sangat bisa menjadi oase untuk kebosanan kita.

Dari segi hiburan, pilkada selalu menjadi awal lahirnya kisah-kisah fiksi legendaris. Kebanyakan kisah tersebut dimulai dengan frasa 'jika saya terpilih nanti' dan dilanjutkan dengan cerita indah yang tak mungkin terjadi di dunia nyata. Ini adalah hiburan yang sangat dinanti-nanti karena hanya bisa didapatkan di musim-musim kampanye saja.

Seandainya acara dangdutan untuk kampanye akbar masih bisa diadakan, tentu akan lebih seru dan menghibur.

Tapi ada satu hal lagi yang luar biasa terkait momen pilkada ini. Hal ini baru saya sadari kemarin ketika menyaksikan proses awal pilkada yaitu tahapan pendaftaran calon kepala daerah.

Ternyata momentum pilkada lebih ampuh daripada jenis pil lainnya untuk menghadapi virus corona. Tak perlu lagi menunggu vaksin yang belum jelas hasilnya. Kegembiraan dan antusias dari masyarakat yang didapatkan pada momen pilkada ini, tampaknya sudah cukup untuk menjadi penguat sistem imun mereka. Atau bisa jadi ada faktor lainnya yang belum bisa dijelaskan.

Yang jelas, telah ditemukan kesepakatan bahwa virus corona tidak akan bisa menyebar pada momen-momen khusus pilkada. Buktinya pada proses pendaftaran kemarin, para calon dan pendukungnya tanpa khawatir melakukan konvoi dan pengerahan massa besar-besaran.

Menurut Bawaslu, setidaknya ada 243 pasangan calon yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Tapi saya yakin ini bukan karena mereka tidak peduli dan tidak mau tahu.

Tidak, itu sangat mustahil.

Mereka itu kan calon pemimpin. Mereka orang-orang pintar yang tahu pentingnya mematuhi aturan. Apalagi aturan protokol kesehatan yang sudah jelas resikonya jika dilanggar.

Ini berarti kemungkinannya hanya ada satu. Mereka memang meyakini bahwa untuk momen khusus ini, virus korona secara misterius akan kehilangan daya tularnya. Dan karenanya, khusus untuk waktu ini protokol kesehatan tidak diperlukan. Apa sih yang tidak bisa dilawan dengan keyakinan dan tekad?

Nah, yang kemarin ketinggalan fase pendaftaran calon kepala daerah, sungguh sangat disayangkan. Jarang-jarang ada momen yang mengumpulkan begitu banyak orang dengan imunitas tingkat tinggi seperti itu. Tampaknya ini bagian dari misi bersama para calon tersebut untuk membentuk yang namanya herd immunity. Bisa jadi.

Tapi tidak usah terlalu kecewa. Yang kemarin itu masih tahap awal dari rangkaian Pilkada. Jadi bagi yang ketinggalan masih ada proses selanjutnya yang pasti akan menghadirkan massa yang lebih banyak lagi.

Berdasarkan hasil obrolan lepas saya pada salah satu tim sukses, masih akan ada lagi pengumpulan massa yang lebih besar dalam waktu dekat. Di antaranya adalah penentuan nomor urut calon. Menurut pemaparan optimis tim sukses tersebut kemungkinan yang hadir akan dua kali lipat dari waktu pendaftaran.

Yang lebih hebat lagi pada saat penentuan nomor urut tersebut, semua pendukung calon akan datang pada hari yang bersamaan. Tidak dibagi dalam hari yang berbeda. Bisa dibayangkan ramainya nanti.

Jadi bagi yang kemarin ketinggalan, masih ada kesempatan untuk ikut dalam pesta rakyat tersebut. Kalau berdasarkan jadwal, rencananya penetapan nomor urut itu akan berlangsung tanggal 24 September mendatang. Catat ya.

By the way, saya jadi ingat sama si Udin, bocah 10 tahun di kampung saya. Beberapa hari ini saya sering lihat menatap bengong dari balik tembok rumahnya. Mungkin dia rindu bermain dengan teman-temannya karena 5 bulan ini harus di rumah saja. Saya kasihan sekaligus kagum dengan si Udin yang bisa melawan kebosanan dan dorongan kekanak-kanakannya untuk keluar rumah dan mengutamakan keselamatan.

Saya jadi terpikir untuk mengajak si Udin ikut rangkaian kegiatan pilkada itu. Toh kemarin juga ada banyak kok anak-anak yang ikut serta. Ini bisa jadi hiburan agar si Udin tidak terlalu bosan di rumah.

Atau kalau beruntung, si Udin bisa terinspirasi oleh para pelaku politik dengan mengamati langsung contoh aksi nyata mereka. Dia sambil belajar bagaimana beratnya pengorbanan yang harus dilalui untuk menjadi pemimpin.

Saya yakin orang tuanya juga tidak akan melarang. Ini kan adalah momen bersejarah. Dan sekali lagi yang hadir adalah tokoh-tokoh paling berpengaruh.

Betul. Si Udin pasti sangat gembira. Inilah penawar yang selama ini ditunggu-tunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun