Ada dan tiada sama saja. Adanya Aku di dunia ini tidaklah penting melainkan sebuah instromental tuhan sebagai sang Maha Sutradara. Dengan sedikit mengingat ssejarah penciptaan, tuhan dan manusia pernah terlibat dalam diplomasi pertama di alam semesta. Kunamakan diplomasi pra-act karena disinilah sutradara bernegoisasi dalam satu majelis dengan para pemain (aktornya)
" Hai manusia, apakah kalian bersedia turun ke dunia yang fana?"
"Hamba bersedia tuan!"
"Bukankah aku tuhanmu?"
"Benar Tuan!"
Dengan demikian, negoisasi berjalan lancar. Namun, masa demi masa berlalu meluas diri dalam kehidupan makhluk yang bernama "manusia" semakin berkurang. Psikologi dan ekologi tingkat dunia kian memburuk. Manusia kian melupa dirinya, manusia kian melupa tuhannya, manuia lupa di mana dia. Dengan keadaan ini sempurnalah ditemani bumi yang kian menua.
Berbicara tentang lupanya manusia, memang itulah tabiatnya, Â asal kata yang dapat diartikan "orang yang melupa". Mungkin begitulah kehendak tuhan dengan maha kuasa dan mega skenario-Nya
Psikologi manusia di era ini semakin anjlok. Dengannya ekologi dan segala disiplin ilmu lainya pun ikut anjlok atau bahkan hancur. Kenapa? Karena manusia itu
( Â )
Manusia itu pemimpin. Mesti dinamika kepemimpinan manusia itu masih dipertanyakan untuk jangkauannya, namun, manusia tetaplah khalifah. Dan dalam hal ini allah menjamin ke mutlak-an  firman-Nya
"Gusti, njenengan badhe lanopo? kok repot nitahake makhluk saking ndut. Padahal wonten kaula kalian malaikat ingkang luwih mulyo"
"Hush, aku luwih ngerti timbang kowe"
Setelah selesai masa penciptaan
" Inilah makhlukku yang paling mulia, bersujudlah kalian!"
Disinilah syaiton enggan bersujud pada nabi Adam as. Dan allah mengusirnya dari surge dengan menuruti satu permintaannya. Menggoda anak turun adam hingga hari akhir
Allah mengajari nabi adam As, dengan berbagai ilmu dan istilah-istilah. Dengan begittu allah kemudian mengadu nabi Adam As dengan makhluk-makhluknya yang lain. Begini dan begitulah terjaminnya kekhalifahan manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H