Pembahasan akhlak memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia. Manusia selayaknya memiliki takaran dalam menentukan baik dan buruk perbuatannya agar tercipta kehidupan yang teratur dan dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Lantas, Apa itu Akhlak ?
Secara etimologi, Kata "akhlak" berasal dari Bahasa Arab yaitu "Al-Khulku" yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan.
Adapun secara terminologi, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.
Dalam studi Islam sendiri, akhlak merupakan puncak ajarannya. Sebelum mendalami ilmu tasawuf, seseorang dianjurkan untuk mendalami Ilmu Akidah dan Ilmu Syariat terlebih dahulu.
Nabi Muhammad SAW., sendiri diutus Allah SWT., bukan untuk mendirikan khalifah atau kerajaan, bukan untuk menguasai Dunia secara politik dengan memanfaat Islam, bukan juga untuk menjadikan seluruh manusia di muka bumi memeluk Islam, melaikan untuk menyempurnakan Akhlak.
Di dalam Hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW,. bersabda : "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan Akhlak." ( H.R. Al-Baihaqi )
Dalam dunia Tasawuf, agar bisa berakhlak mulia kepada Allah SWT., dan makhluknya, seorang mutashawwif/sufi dianjurkan  terlebih dahulu mengenal siapa tuhannya dan bagaimana sifat-sifatnya.
Adapun agar tidak terjerumus kepada perilaku bid'ah, seorang mutashawwif/sufi harus mengerti syariat yang telah diwahyukan Allah SWT., melalui Alquran yang menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya dan juga melalui apa yang telah Allah SWT., wahyukan kepada Nabi-Nya.
Nilai-nilai akhlak atau yang bernama lain moral dan etika perlu disiarkan. Salah satu medianya adalah  kesusasteraan. Di zaman kerajaan dahulu di Nusantara atau bahkan masih tampak sampai sekarang, nilai-nilai akhlak disebar melalui puisi lama dan prosa lama. berbagai judul masih dibahas sampai sekarang di bangku-bangku sekolah.Â
Seperti, Gurindam Dua Belas, Legenda Batu Menangis, Si Kancil, Malin Kundang, Lancang Kuning. Sedangkan untuk puisi baru dan prosa baru juga dikaji di bangku-bangku sekolah. Seperti, cerpen-cerpen Gadis Penjual Korek Api, Senyum Karyamin, Priangan Si Jelita dan novel-novel Kami Bukan Sarjana Kertas, Sabtu Bersama Bapak, Negeri 5 Menara, Sang Pemimpi, dan 9 Matahari.Â