Beberapa judul karya sastra di atas pasti pernah kita temukan di bangku sekolah, entah itu di buku pelajaran maupun lembaran soal ujian Bahasa Indonesia atau Sastra Indonesia.
Setelah ketertarikan saya dengan Filsafat Akhlak yang baru saja Dosen saya perkenalkan kepada saya kemarin sore. Saya pun tertarik untuk mencari penerapannya di karya-karya novel hingga tuhan menawarkan saya Dunia Sophie dan  Nanti & Kembali.Â
Saya pun melirik kepada dua novel yang sama-sama mengandung nilai-nilai akhlak yang kuat. Yaitu Dunia Sophie, novel yang tidak asing bagi mereka yang mempelajari filsafat. Yang ditulis oleh Jostein Gaarder yang notabennya pengkaji filsafat dan Nanti & Kembali yang tidak asing bagi kalangan santri dan masisir ( mahasiwa yang belajar di Mesir ). Yang ditulis oleh Hangka yang notabennya pengkaji Hadits dan Ilmu-ilmu hadits.
Latar belakang akademik Jostein Gaarder lebih ke ilmu-ilmu 'aqli ( rasional ), sedangkan Hangka lebih ke ilmu-ilmu naqli ( tekstual ).
Meskipun kedua novel mereka sama-sama mengandung nilai-nilai akhlak, ternyata akhlak yang mereka berdua sajikan berbeda jika dilihat dari segi metode pembahasan Akhlak.
Kita bisa mendapatkan gambarang mengenai Ilmu Akhlak Nazhoriy ( teoritis ) dalam Dunia Sophie dan Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis ) Dalam  Nanti & Kembali.
Lantas, Apa itu Ilmu Akhlak Nazhoriy dan Ilmu Akhlak 'Amaliy ?
Dari segi pembahasan, Ilmu Akhlak terbagi menjadi 2 :
- Ilmu Akhlak  Nazhoriy ( teoritis )
- Ilmu Akhlak 'Amaliy ( praktis )
Ilmu Akhak Nazhoriy ( teoritis ) membahas seputar asas-asas, landasan-landasan, dan teori-teori yang disandarkan kepada cara hidup manusia. seperti, apa itu kebenaran ? Apa itu kebaikan ? Bagaimana cara mencapai kebahagiaan ? Bagaimana cara mencapai kebijaksanaan ? Apa takaran baik dan buruk ?
Dalam Dunia Sophie, Sophie Amundsend anak putri berusia 14 tahun diajarkan oleh seorang filsuf tentang pernyataan Socrates bahwa wawasan yang benar akan menuntun pada tindakan yang benar dan hanya orang yang bertindak benar sajalah yang dapat menjadi orang yang berbudi luhur. Jika kita melakukan kesalahan, itu karena kita tidak tahu.
Bagi Socrates, kemampuan untuk membedakan benar dan salah terletak pada akal manusia, dan itulah yang Albert Knag ajarkan kepada Sophie.