Mohon tunggu...
Ahmad Nawawi
Ahmad Nawawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Matematika IPB University

Saya adalah mahasiswa yang sangat gemar menulis dan tentunya pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Konflik Kerja-Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga dengan Anggota Handicap di Pedesaan

26 Mei 2023   15:44 Diperbarui: 26 Mei 2023   15:51 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: Sahal Mahfudz, Inez Dian suci Atmariani, Tiara Devina, Meyliana Nurfadila, Ahmad Nawawi

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Ir. MD Djamaludin, MSc.

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University.

Handicap merupakan keadaan yang merugikan bagi seseorang akibat adanya impairment, disability, yang mencegahnya dari pemenuhan peranan yang normal (dalam konteks usia, jenis kelamin, serta faktor budaya) bagi orang yang bersangkutan. Secara alamiah setiap penyandang handicap memiliki hasrat untuk melakukan regenerasi sebagaimana makhluk hidup lainnya. Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan hidup berkaitan erat dengan aktivitas, baik yang bersifat domestik atau produktif. Pada masyarakat yang terkonstruksi patriarkis pekerjaan-pekerjaan domestik seringkali diidentikkan dengan peran perempuan. Oleh karena itu, pada keluarga dengan anggota handicap, disabilitas perempuan pun mengambil peran di sektor kerja produktif untuk mendukung pemenuhan kebutuhan keluarga sehingga mereka menjalani peran ganda. Menurut Aswiyati (2016) bahwa perempuan di pedesaan bekerja bukan semata-mata untuk mengisi waktu luang atau mengembangkan karir, tetapi untuk mencari nafkah karena pendapatan suaminya dikatakan kurang mencukupi kebutuhan sehingga banyak perempuan atau ibu rumah tangga yang bekerja. Tulisan ini akan mendiskusikan terkait permasalahan yang dihadapi pada keluarga dengan anggota handicap di pedesaan, peran perempuan dalam menjalankan tanggung jawab pekerjaan pada anggota keluarga handicap, dan solusi narasumber dalam menghadapi konflik kerja-keluarga pada keluarga dengan anggota handicap.

Permasalahan yang dihadapi pada keluarga dengan anggota handicap di pedesaan

Keterbatasan waktu menjadi permasalahan yang dihadapi pada keluarga dengan anggota handicap di pedesaan terutama pada perempuan. Lamanya jam kerja berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan di dalam keluarga. Perempuan yang memiliki jam kerja yang relatif lama mengurangi waktu bersama keluarga. Keterbatasan waktu dan energi perempuan yang memenuhi peran sebagai orang tua mungkin harus menghabiskan waktu dan tenaga ekstra untuk mengurus anak-anak mereka dan tanggung jawab keluarga lainnya. Hal ini bisa membuat waktu dan energi yang tersisa untuk bekerja menjadi terbatas, dan dapat menghambat kemajuan karir mereka (Astutik et al. 2019). 

Peran ganda yang berlebihan di pedesaan sering kali diperlakukan sebagai pengasuh utama anak-anak dan keluarga. Hal ini bisa menyebabkan perempuan merasa tertekan oleh peran ganda mereka dan sulit untuk memisahkan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Perempuan yang bekerja di pedesaan mungkin tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari masyarakat sekitar, terutama jika pekerjaan mereka dianggap tidak cocok untuk perempuan. Hal ini bisa menyebabkan perempuan merasa terisolasi dan kesulitan dalam memenuhi tuntutan peran ganda mereka (Mosse 2007). 

Pola perilaku dan keterbatasan akses terhadap fasilitas penunjang pekerjaan merupakan salah satu permasalahan yang kini sedang dihadapi oleh perempuan di pedesaan. Selain itu, ada beberapa masalah di pedesaan seperti  infrastruktur jalan, transportasi, dan teknologi mungkin belum berkembang dengan baik. Hal ini bisa membuat perempuan sulit untuk mencapai tempat kerja, mengakses sumber daya atau fasilitas pekerjaan yang diperlukan, dan berkomunikasi dengan rekan kerja atau klien (Astutik et al. 2019).

Peran perempuan dalam menjalankan tanggung jawab pekerjaan pada anggota keluarga handicap

Perempuan memiliki peran penting dalam pekerjaan pada anggota keluarga yang memiliki kecacatan atau handicap. Beberapa peran yang dapat diambil oleh perempuan dalam situasi ini yaitu penyedia perawatan. Perempuan dapat menjadi penyedia perawatan utama bagi anggota keluarga yang memiliki kecacatan atau handicap. Mereka dapat membantu melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, dan membersihkan diri. Selain itu perempuan bisa menjadi pemberi dukungan emosional. Perempuan juga dapat memberikan dukungan emosional pada anggota keluarga yang memiliki kecacatan atau handicap. Mereka dapat memberikan semangat dan dorongan untuk membantu keluarga mengatasi tantangan yang dihadapi (Fakih 2006).

Perempuan juga bisa menjadi pelatih keterampilan, perempuan dapat membantu anggota keluarga yang memiliki kecacatan atau handicap untuk mengembangkan keterampilan baru. Mereka dapat mengajar keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berbicara, atau keterampilan khusus seperti memasak atau bekerja dengan komputer. Selain itu, perempuan dapat menjadi pencari sumber daya bagi keluarga yang memiliki anggota yang memiliki kecacatan atau handicap. Mereka dapat mencari informasi tentang layanan atau program yang tersedia untuk membantu anggota keluarga mereka. 

Perempuan juga dapat menjadi penjaga kesehatan bagi anggota keluarga yang memiliki kecacatan atau handicap. Mereka dapat membantu memantau kondisi kesehatan anggota keluarga mereka dan memberikan perawatan medis yang dibutuhkan. Dalam situasi keluarga yang memiliki anggota yang memiliki kecacatan atau handicap, perempuan seringkali harus mengambil peran penting dalam menyediakan perawatan dan dukungan. Namun, penting bagi keluarga untuk membagi tanggung jawab dan memberikan dukungan emosional dan praktis kepada semua anggota keluarga. (Andriati 2004).

Solusi narasumber dalam menghadapi konflik kerja-keluarga pada keluarga dengan anggota handicap

Konflik kerja-keluarga pada keluarga dengan anggota handicap bisa menjadi sulit diatasi, namun ada beberapa solusi yang dapat membantu mengatasinya seperti komunikasi yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik sangat penting dalam situasi ini. Selalu berbicara dengan terbuka dan jujur dengan anggota keluarga lainnya tentang kebutuhan anggota keluarga yang memiliki cacat dan kesulitan yang dihadapi oleh keluarga. Jangan biarkan masalah terpendam karena hal ini bisa membuat konflik semakin parah (Puspitawati et al. 2011). Anggota keluarga yang tidak memiliki cacat perlu memahami kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh anggota keluarga yang memiliki cacat. Bersikap empati dan memberikan dukungan yang diperlukan dapat membantu mengurangi ketegangan dan memperbaiki hubungan keluarga. 

Selain itu, keluarga harus memperhitungkan kebutuhan anggota keluarga yang memiliki cacat dalam mengatur jadwal kegiatan keluarga. Hal ini dapat membantu menghindari situasi yang tidak nyaman dan tidak mengganggu kesejahteraan anggota keluarga yang memiliki cacat. Setiap anggota keluarga perlu memainkan peran yang sesuai dengan kebutuhan keluarga. Anggota keluarga yang lebih mampu dapat membantu anggota keluarga yang cacat dalam melakukan tugas sehari-hari. Peran yang diterima oleh setiap anggota keluarga harus adil dan seimbang. Kadang-kadang keluarga perlu mencari bantuan dari luar untuk mengatasi konflik dan kesulitan yang dihadapi. Keluarga dapat mencari dukungan dari kelompok-kelompok yang peduli dengan masalah cacat, atau bahkan meminta bantuan dari ahli terkait masalah cacat (Khan dan Aftab 2013).

Simpulan

Keluarga dengan anggota handicap di pedesaan menghadapi berbagai tantangan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, terutama bagi perempuan yang seringkali harus menjalankan peran ganda sebagai pengasuh anak dan anggota keluarga dengan kecacatan atau handicap, sementara juga bekerja untuk mendukung pemenuhan kebutuhan keluarga. Tantangan tersebut meliputi keterbatasan waktu, keterbatasan akses terhadap fasilitas penunjang pekerjaan, serta kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar. Namun, perempuan juga memiliki peran penting dalam membantu anggota keluarga dengan kecacatan atau handicap, seperti sebagai penyedia perawatan, pemberi dukungan emosional, dan pelatih keterampilan. Untuk mengatasi konflik kerja-keluarga pada keluarga dengan anggota handicap di pedesaan, solusi yang dapat dilakukan adalah melibatkan semua anggota keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas keluarga, serta meningkatkan dukungan sosial dan akses terhadap fasilitas penunjang pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun