Kesimpulan
Jika Aswaja dilihat sebagai seperangkat akidah yang telah utuh dan komprehensif pada dirinya (jami' wa mani'), maka Aswaja tidak butuh doktrin materialisme, karena Aswaja telah cukup menjadi pegangan dan pedoman hidup kita sebagai Muslim, khususnya di bumi Nusantara ini.
Namun, jika Aswaja dilihat sebagai praksis sosial dengan segala dinamika dan pasang surutnya, terutama dalam hubungan dengan modal, pemodal, dan Negara, serta kekuasaan secara umum, maka Aswaja (sekali-kali) ilmu materialisme, ketika Aswaja tampak tidak berdaya menghadapi gempuran kapitalisme yang merongrong umat dan rakyat, dan merongrang sendi-sendi agama dan tegaknya keadilan di tengah umat.
Mengamalkan Materialisme bukan berarti membuat kita menjadi penganut ajaran Marxisme. Bukan. Mengkorelasikan aswaja dengan materialisme, artinya: mengedukasi warga Nahdliyin mengenai kapitalisme dan kritiknya, mewaspadai penggiringan Aswaja sebagai pendukung bagi kapitalisme dan kepentingan kelas kapitalis, serta mengoreksi langkah-langkah sosial-ekonomi dan politik yang ditempuh warga Nahdliyin, dalam hubungannya dengan perkembangan kapitalisme. Pada sisi ini, tulisan di hadapan Anda ini penting dibaca, ditimbang, dan dikritisi.,
Khudz ma shafa watruk ma kadar.
 "Ambillah yang jernih, dan tinggalkan yang keruh":
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H