Penulis mencoba mencari informasi guna menjawab pertanyaan ini. Dan akhirnya ditemukan bahwa sebenarnya “Gus” Miftah mulai berdakwah sejak tahun 2000-an. Namun pernyataan ini tidak didukung oleh dokumentasi. Sebab setelah melakukan pencarian, video dakwah “Gus” Miftah yang terlama merupakan video yang diupload 10 tahun lalu, artinya sekitar 2014.
Selain video diatas, kita juga bisa menemukan video serupa, yang berisi dakwah “Gus” Miftah di berbagai platform media sosial.
Selain menjadi penceramah, “Gus” Miftah seringkali diundang ke sebuah acara untuk dimintai pendapatnya atas suatu masalah dari perspektif agama islam. Salah satunya ketika beliau diundang ke acara youtube Deddy Corbuzier yang berjudul “Debat Kusir 2.0”, pada acara tersebut “Gus” Miftah dimintai pendapat terkait masalah “serangan” dari netizen kepad dua comedian, yaitu Coki Pardede dan Tretan Muslim (untuk lebih jelasnya simak video di link berikut https://www.youtube.com/watch?v=vbzE2C-y8wg).
Berbicara terkait metode berdakwah “Gus” Miftah, memang beliau terkenal santai dan kerap menyelipkan guyonan dalam candaannya. Tak jarang pula digunakan analogi yang mempermudah pendengarnya menangkap apa yang beliau sampaikan. Gaya berdakwah macam inilah yang kemudian membuat “Gus” Miftah disukai oleh berbagai kalangan terutama anak muda. sifatnya yang ringan, relevan, dan tidak menghakimi. Dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan, banyak orang mencari cara untuk mendekatkan diri kepada agama tanpa merasa diberatkan atau tertekan oleh penyampaian yang terlalu formal. Pendekatan seperti ini menciptakan hubungan emosional yang lebih kuat antara penceramah dan pendengar.
Pendekatan santai membuat suasana menjadi lebih cair. Orang-orang tidak merasa diajari dengan nada yang terkesan “sok, melainkan diajak berdialog dalam nuansa yang lebih bersahabat. Dengan suasana seperti ini, jamaah merasa lebih nyaman untuk mendengarkan, bahkan menyampaikan pendapat atau pertanyaan yang mungkin tidak berani mereka lontarkan dalam suasana formal.
Humor, di sisi lain, memainkan peran penting dalam menyegarkan suasana dan memecah kebekuan. Humor juga memiliki cara unik untuk menyampaikan pesan serius tanpa terasa menggurui. Ketika sebuah lelucon mengandung hikmah, pesan tersebut lebih mudah melekat di hati pendengar. Gus Miftah, misalnya, sering menggunakan humor sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai agama yang sebenarnya sangat mendalam, tetapi disampaikan dengan cara yang membuat pendengar tertawa sekaligus merenung.
Menggunakan analogi adalah seni tersendiri dalam dakwah. Analogi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari memudahkan pendengar untuk memahami konsep-konsep agama yang kompleks. Ketika sebuah ajaran disampaikan melalui cerita atau perbandingan yang akrab, jamaah lebih mudah memvisualisasikannya dalam kehidupan pendengarnya.
Namun, meskipun begitu apa yang dilakukan oleh “Gus” Miftah beberapa hari lalu jelaslah sangat tidak sopan nan bermoral. Bagaimana kemudian beliau mengatakan seseorang dengan kata-kata yag tidak pantas bukanlah sesuatu yang boleh dilakukan, terutama untuk mereka yang sering berbicara tentang nilai dan moral (pendakwah/penceramah).
Itulah kenapa, saat ini “Gus” Miftah banyak menerima hujatan sebagai bentuk sanksi sosial dari masyarakat yang geram, marah, dan kecewa dengan sikapnya. Bagaimana tidak? Orang yang menjadi sasaran kata-kata tidak terpuji tersebut adalah seorang yang sudah tua, apalagi saat itu keberadaannya di acara “Gus” Miftah untuk berdagang dalam rangka memenuhi tugasnya sebagai tulang punggung keluarga.