Mohon tunggu...
Ahmad Mutawakkil Syarif
Ahmad Mutawakkil Syarif Mohon Tunggu... Just a kid from Cendrawasih, Makassar

Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan: Eksistensi Sang Penjelajah Ruang dan Waktu

21 November 2024   04:50 Diperbarui: 21 November 2024   22:17 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Si Penjelajah Ruang Dan Waktu. (Sumber: Editan Di Apk canva.com)

Lalu apakah dengan adanya perdagangan manusia kuantitas orang-orang yang lemah dari perlindungan hukum ini berkurang? Jawabannya tidak, alasannya pun sederhana, karena memang seperti itulah siklus sosial. Kita bisa mengambil contoh dari para imigran gelap misalnya, salah satu alasan mengapa para imigran gelap ini meninggalkan negaranya adalah karena memang adanya konflik atau kesenjangan sosial di negara mereka. Namun ironisnya, dalam pelariannya dari negara asalnya, para imigran gelap ini seringkali hanya berbekal keberanian, serta secercah harapan akan kehidupan yang lebih baik, tanpa ditopang oleh kondisi ekonomi yang mencukupi. Selain itu, para imigran gelap ini pun seringkali tidak mengetahui bahwa di beberapa negara ada yang tidak mengatur secara hukum terkait dengan imigran gelap, inilah yang kemudian dijadikan celah bagi para sindikat perdagangan manusia, para sindikat ini menggunakan celah yang sudah terbentuk untuk mencari mangsa yang memenuhi kriteria. Kejahatan perdagangan manusia ini merupakan salah satu contoh kejahatan, yang tercipta dari metode eksploitasi. Dimana ada beberapa orang yang mengeksploitasi lemahnya perlindungan hukum terhadap kelompok tertentu untuk dijadikan ladang bisnis.

Contoh diatas juga memberikan kita sebuah informasi bahwa alasan mengapa metode eksploitasi menjadi efektif adalah karena adanya celah dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Dimana celah ini berakar pada aspek sosial, budaya, hukum, dsb.

Atau mari menganilisis contoh lainnya, yaitu penipuan. Zaman dulu, para penipu terkadang menjanjikan keuntungan yang tinggi untuk mencari korban. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sejalan dengan meningkatnya intelektual masyarakat, penipuan dengan menjanjikan keuntungan tidak lagi efektif, sebab keuntungan yang tinggi dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat sebagai jebakan yang mengarah pada penipuan, sehingga sangat gampang untuk dihindari. Sebagai gantinya para penipu zaman sekarang menggunakan cara-cara yang lebih modern, serta proses yang lebih terkesan natural, seperti berakting seakan-akan ada situasi mendesak untuk menurunkan kewaspadaan korban ataupun menggunakan identitas palsu untuk menyamar sebagai seseorang yang dikenali korban. Ini menunjukkan bahwa penipuan adalah jenis kejahatan yang tercipta dari metode eksploitasi, dimana para pelaku mengeksploitasi rasa ketidaktahuan atau keterbatasan masyarakat dalam memahami sesuatu. Dan alasan mengapa penipuan bisa bertahan bahkan turut berkembang mengikuti arus perubahan jaman, ialah karena memang sejatinya ada batasan dalam diri manusia untuk memahami sesuatu, liciknya, inilah yang kemudian dijadikan celah bagi para pelaku untuk melancarkan aksinya.

Penipuan Online Sebagai Bukti Bahwa Kejahatan Berkembang. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 165 di webtoon.com)
Penipuan Online Sebagai Bukti Bahwa Kejahatan Berkembang. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 165 di webtoon.com)

Tibalah di bagian kesimpulan, setelah membaca berbagai penjelasan dari contoh kasus diatas, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan, bahwa memang kejahatan merupakan eksistensi penjelajah waktu. Dan dalam perjalanannya ia menggunakan manusia sebagai wadahnya. Adapun metode yang digunakan ada 2, yaitu metode waris dan eksploitasi, meskipun sebenarnya ada beberapa metode lain, namun menurut penulis, 2 metode itulah yang paling efektif untuk kemudian digunakan kejahatan dalam menjelajah ruang dan waktu. Sekian terimakasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun