Mohon tunggu...
Ahmad Mutawakkil Syarif
Ahmad Mutawakkil Syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just a kid from Cendrawasih, Makassar

Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan: Eksistensi Sang Penjelajah Ruang dan Waktu

21 November 2024   04:50 Diperbarui: 21 November 2024   13:36 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa langsung mengambil dan menganilisis contoh dari para yakuza. Yakuza merupakan sebuah organisasi kriminal, yang orang-orang di dalamnya melakukan berbagai jenis kejahatan, seperti pemukulan, pemalakan, penyiksaan bahkan pembunuhan. Jika sedikit flashback kebelakang, yakuza sudah ada sejak beberapa abad yang lalu. Dan dalam proses keberlangsungannya, orang-orang yang menjadi yakuza merupakan keturunan dari yakuza sebelumnya, seandainya bukan keturunan langsung, paling tidak mereka punya hubungan darah dengan para yakuza sebelumnya. Dari sinilah kemudian kita bisa menarik sebuah benang merah, bahwa kejahatan menggunakan metode waris dalam perjalanannya menjelajah waktu. Dengan menganalisis contoh diatas, bisa ditarik sebuah penjelasan bahwa kejahatan diwariskan dari generasi ke generasi dalam ruang lingkup tertentu. Dan berbicara terkait metode waris, metode ini tidak hanya terbatas dalam ruang lingkup keluarga atau organisasi seperti contoh diatas, namun bisa melalui lembaga dengan melewati pendidikan dan pelatihan tertentu. Dengan melalui metode waris, seseorang yang awalnya tidak tahu menahu tentang kejahatan bisa bertransformasi menjadi bagian dari pelaku dalam perkembangannya. Ini tentu disebabkan oleh kuatnya efek lingkungan, dengan terus-menerus berada di lingkungan kriminal, secara tidak sadar seseorang akan menganggap bahwa kejahatan merupakan hal yang normal bahkan dalam beberapa contoh yang lebih ekstrim, pelaku kejahatan yang tercipta dari metode ini menganggap kejahatan sebagai sebuah keharusan.

Penggambaran Gaya Hidup Yakuza. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 521 di webtoon.com)
Penggambaran Gaya Hidup Yakuza. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 521 di webtoon.com)

Metode waris yang digunakan oleh si penjelajah waktu (kejahatan) memang bisa dikatakan sebagai salah satu metode paling efektif dalam melintasi ruang dan waktu. Alasannya? Metode waris biasanya diterapkan sejak dini pada calon-calon pelaku kejahatan dan melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung, melalui proses sosialisasi yang kuat inilah, kejahatan semakin tertanam kuat dalam diri calon-calon pelaku tersebut, menyebabkan rantai kejahatan tersebut sulit untuk dipatahkan, sebagaimana seperti contoh para yakuza yang sudah disebutkan sebelumnya. Selain faktor sosialisasi, faktor adaptasi merupakan alasan lainnya mengapa metode waris menjadi salah satu metode efektif. Proses pewarisan kejahatan biasanya mengikuti perkembangan zaman, bahkan dalam beberapa contoh kasus tertentu, kejahatan hidup berdampingan dengan budaya dan tradisi, yang menyebabkan ia semakin sulit untuk diberantas, karena kuatnya pengaruh tradisi setempat. Kita bisa mengambil contoh dari salah satu kebiasaan masyarakat arab jaman jahiliyah, dimana mereka menghilangkan nyawa anak perempuannya sendiri hidup-hidup, sebab pada saat itu merupakan aib bagi seseorang ketika ia mempunyai anak perempuan. Dan pemberian label aib ini bukan tanpa alasan, sebab masyarakat arab jaman jahiliyah menganggap bahwa perempuan tidak bisa diandalkan dalam banyak hal, perempuan hanya bermanfaat dalam ruang lingkup keluarga saja. Inilah yang kemudian menyebabkan kebiasaan menghabisi nyawa anak sendiri menjadi sebuah budaya di kalangan masyarakat arab jaman jahiliyah. Adanya korelasi antara kejahatan dan budaya menjadi penyebab mengapa kejahatan yang dilakukan orang arab ini kemudian bisa diwariskan dari generasi ke generasi, sebab ia berlindung di balik peran budaya dalam perjalanannya.

Selain metode waris, ada satu lagi metode yang digunakan kejahatan dalam menggunakan manusia sebagai wadah untuk melintasi waktu, yaitu metode eksploitasi. Mungkin ada yang berpendapat bahwa jenis ini tidak pantas disebut metode, sebab sebagaimana yang sudah dijelaskan diawal, kejahatan memang menggunakan manusia sebagai wadah dalam perjalanannya. Memang jika melihat dalam konteks kalimat, penggunaan kata memanfaatkan dan eksploitasi akan sulit untuk dibedakan, namun jika menelaah maknanya, maka jelas akan ditemukan perbedaannya. Memanfaatkan merupakan bentuk tindakan untuk mencapai sesuatu, dan manfaat ini seringkali bersifat netral ataupun positif, serta bisa mendatangkan keuntungan bagi banyak pihak. Sementara eksploitasi? Jika mendengar kata ini tentu yang terlintas dipikiran kita hal-hal yang berorientasi negatif, seperti eksploitasi wanita, anak, buruh, dsb. Eksploitasi jelas hanya mendatangkan keuntungan bagi salah satu pihak saja, dikarenakan memang sifat awalnya yang cenderung merugikan dan memanipulasi. Inilah yang kemudian dijadikan dasar sebagai penulis, bahwa kejahatan sebagai sang penjelajah memiliki perbedaan dalam memanfaatkan manusia serta menerapkan metode eksploitasi pada diri manusia. Untuk lebih jelasnya penulis akan langsung memberikan contoh:

Perdagangan manusia misalnya, dalam proses perdagangan manusia, para pelaku kejahatan seringkali menargetkan orang yang memang lemah dari perlindungan hukum, seperti imigran gelap, narapidana yang kabur, dsb. Lemahnya perlindungan hukum atas orang-orang seperti inilah yang kemudian menyebabkan mereka menjadi target dari para pelaku perdagangan manusia. Kalaupun mereka hilang, emang ada yang bakal cari? Orang mereka ada dari awal melanggar hukum kok, kurang lebih seperti itulah pemikiran yang ada di otak para pelaku ini. Lalu apakah dengan adanya perdagangan manusia kuantitas orang-orang yang lemah dari perlindungan hukum ini berkurang? Jawabannya tidak, alasannya pun sederhana, karena memang seperti itulah siklus sosial. Para imigran gelap misalnya, salah satu alasan mengapa para imigran gelap ini meninggalkan negaranya adalah karena memang adanya konflik atau kesenjangan sosial di negara mereka. Namun ironisnya, dalam pelariannya dari negara asalnya, para imigran gelap ini seringkali hanya berbekal keberanian, serta secercah harapan akan kehidupan yang lebih baik, tanpa ditopang oleh kondisi ekonomi yang mencukupi. Selain itu, para imigran gelap ini pun seringkali tidak memahami bahwa ada prosedur hukum yang harus ditaati, inilah yang kemudian dijadikan celah bagi para sindikat perdagangan manusia, para sindikat ini menggunakan celah yang sudah terbentuk untuk mencari mangsa yang memenuhi kriteria. Kejahatan perdagangan manusia ini merupakan salah satu contoh kejahatan, yang tercipta dari metode eksploitasi. Dimana ada beberapa orang yang mengeksploitasi lemahnya perlindungan hukum terhadap kelompok tertentu untuk dijadikan ladang bisnis.

Contoh diatas juga memberikan kita sebuah informasi bahwa alasan mengapa metode eksploitasi menjadi efektif adalah karena adanya celah dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Dimana celah ini berakar pada aspek sosial, budaya, hukum, dsb.

Atau mari menganilisis contoh lainnya, yaitu penipuan. Zaman dulu, para penipu terkadang menjanjikan keuntungan yang tinggi untuk mencari korban. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sejalan dengan meningkatnya intelektual masyarakat, penipuan dengan menjanjikan keuntungan tidak lagi efektif, sebab keuntungan yang tinggi dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat sebagai jebakan yang mengarah pada penipuan, sehingga sangat gampang untuk dihindari. Sebagai gantinya para penipu zaman sekarang menggunakan cara-cara yang lebih modern, serta proses yang lebih terkesan natural, seperti berakting seakan-akan ada situasi mendesak untuk menurunkan kewaspadaan korban ataupun menggunakan identitas palsu untuk menyamar sebagai seseorang yang dikenali korban. Ini menunjukkan bahwa penipuan adalah jenis kejahatan yang tercipta dari metode eksploitasi, dimana para pelaku mengeksploitasi rasa ketidaktahuan atau keterbatasan masyarakat dalam memahami sesuatu. Dan alasan mengapa penipuan bisa bertahan bahkan turut berkembang mengikuti arus perubahan jaman, ialah karena memang sejatinya ada batasan dalam diri manusia untuk memahami sesuatu, liciknya, inilah yang kemudian dijadikan celah bagi para pelaku untuk melancarkan aksinya.

Penipuan Online Sebagai Bukti Bahwa Kejahatan Berkembang. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 165 di webtoon.com)
Penipuan Online Sebagai Bukti Bahwa Kejahatan Berkembang. (Sumber: Manhwa Lookism Chapter 165 di webtoon.com)

Tibalah di bagian kesimpulan, setelah membaca berbagai penjelasan dari contoh kasus diatas, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan, bahwa memang kejahatan merupakan eksistensi penjelajah waktu. Dan dalam perjalanannya ia menggunakan manusia sebagai wadahnya. Adapun metode yang digunakan ada 2, yaitu metode waris dan eksploitasi, meskipun sebenarnya ada beberapa metode lain, namun menurut penulis, 2 metode itulah yang paling efektif untuk kemudian digunakan kejahatan dalam menjelajah ruang dan waktu. Sekian terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun