Mohon tunggu...
ahmadmustanir
ahmadmustanir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berenang, Sering bermain bola, dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Budaya Santun Melalui Penggunaan Ragam Hormat Dalam Bahasa Sunda

24 Desember 2024   17:37 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:52 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Bahasa Madya situasi semi-formal. Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan sistem bahasa yang sangat unik. Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda. Dalam penggunaannya, Bahasa Sunda menunjukkan fleksibilitas yang luar biasa, khususnya dalam konteks semi formal dan formal, yang sering kali membutuhkan tingkat kesopanan dan kehalusan bahasa yang tinggi 

Dalam situasi semi formal, Bahasa Sunda sering digunakan dalam berbagai acara yang tidak sepenuhnya resmi, seperti pertemuan keluarga besar, acara komunitas, kegiatan organisasi lokal, hingga diskusi santai di lingkungan kerja. Dalam konteks ini, penutur biasanya menggunakan ragam bahasa sedang atau lemes, tergantung kepada siapa mereka berbicara. Misalnya, saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati, penutur akan memilih kata-kata yang lembut dan sopan, seperti menggunakan kata abdi (saya) dan punten (maaf) untuk menunjukkan rasa hormat. Di sisi lain, kepada rekan sebaya, ragam bahasa yang digunakan lebih santai tetapi tetap mempertahankan unsur kesopanan yDalam situasi formal, seperti rapat resmi, pidato dalam acara pemerintahan, atau upacara adat, Bahasa Sunda sering kali menjadi simbol identitas budaya dan penghormatan terhadap tradisi. Ragam bahasa yang digunakan dalam konteks ini biasanya adalah lemes pisan, yang merupakan tingkat tutur tertinggi dalam Bahasa Sunda. Misalnya, dalam pidato adat, pembicara sering menggunakan kalimat-kalimat yang penuh dengan metafora atau ungkapan tradisional, seperti "mugi-mugi urang sadayana salamet dina rahmat Gusti Nu Maha Suci" (semoga kita semua berada dalam lindungan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa), yang mencerminkan nilai religius dan kesopanan tinggi masyarakat Sunda. Penggunaan istilah-istilah adat juga memperkaya makna dari komunikasi formal, menjadikan Bahasa Sunda tidak hanya sebagai sarana penyampaian pesan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian tradisi leluhur ang menjadi ciri khas budaya Sunda.

Lebih jauh lagi, Bahasa Sunda dalam situasi formal juga sering digunakan dalam pengajaran di sekolah, khususnya di Jawa Barat. Sebagai mata pelajaran wajib, Bahasa Sunda diajarkan untuk memperkenalkan generasi muda pada nilai-nilai budaya dan identitas daerah mereka. Buku pelajaran Bahasa Sunda dirancang tidak hanya untuk mengajarkan tata bahasa, tetapi juga untuk membangun karakter, seperti rasa hormat, sopan santun, dan penghargaan terhadap keragaman budaya. Hal ini menjadi langkah penting dalam memastikan Bahasa Sunda tetap hidup dan relevan di tengah era globalisasi.

 Dengan demikian, peran Bahasa Sunda dalam konteks semi formal dan formal sangatlah penting, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai sarana pelestarian budaya. Kemampuan bahasa ini untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi menunjukkan kekayaan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Pelestarian Bahasa Sunda di kedua konteks ini menjadi kunci dalam menjaga identitas budaya masyarakat Sunda agar tetap lestari dan terus diwariskan kepada generasi mendatang. 

3. Basa Loma Basa Sunda dibagi menjadi empat bagian yaitu: 

(1) Basa Loma biasanya digunakan saat bicara kepada orang yang seumuran, teman akrab, atau orang yang umurnya di bawah; 

(2) Basa Lemes biasanya diucapkan untuk berbicara sopan dengan seumuran maupun yang lebih tua; 

(3) Basa hormat digunakan untuk orang yang lebih tua; dan 

(4) Basa Cohag adalah bahasa yang paling kasar dan seringkali diucapkan ketika marah.

Dalam berkomunikasi, seseorang akan mempertimbangkan status sosial dan usia lawan bicaranya untuk menentukan cara berbicara yang paling sesuai. Hal ini penting untuk memastikan bahwa penggunaan bahasa mencerminkan rasa hormat yang tepat. Misalnya, jika berinteraksi dengan seseorang yang lebih muda atau dari strata sosial yang lebih rendah, penutur mungkin akan menggunakan bahasa atau dialek yang lebih santai. Di sisi lain, dalam konteks komunitas yang sama seperti tasikmalaya atau Ciamis, penutur dapat menggunakan dialek yang sama saat berbicara dengan orang dari daerah Priangan lainnya karena adanya kesamaan budaya dan bahasa yang memudahkan komunikasi dan menunjukkan solidaritas sosial. 

Salah satu contoh penggunaan basa loma yang biasanya digunakan saat bicara kepada orang yang seumuran, teman akrab, atau orang yang umurnya lebih muda ialah sebagai berikut: Nissa: "Eh, Din, PR Matematika kamari geus parat acan?" Dini: "Heueuh, geus. Manh kumaha?" Nissa: "Acan euy, masih lieur knh ngerjakeun nomer lima. Bisa bantuan teu?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun