Mohon tunggu...
Ahmad Munir Chobirun
Ahmad Munir Chobirun Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Penulis Lepas, Pengelola Blog ahmadmunir.page.tl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musim Hujan, Akankah Jakarta Panen Air?

5 Januari 2018   01:00 Diperbarui: 5 Januari 2018   14:22 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi fisik Jakarta yang demikian, tentu akan berbeda dengan Jakarta tempo dulu. Perubahan lanskape permukaan bumi yang sangat cepat dan dinamis, menyebabkan Jakarta membutuhkan konsep khusus dalam panen air. 

Rasio tutupan lahan yang terbangun dan tidak terbangun hampir 60:40 menyebabkan Jakarta berada pada kondisi sulit melakukan proses infiltrasi. Proses recharge air ke dalam tanah membutuhkan intervensi, diantaranya sumur resapan dan sumur biopori.

Jadi konsep panen air yang lebih mudah dilakukan adalah metode vegetatif. Air lebih mudah ditampung dalam bendungan, situ, waduk, drainase, dll. Ini sebagai akibat dari tutupan lahan yang dominan lahan terbangun.

Jakarta Selatan dan Jakarta Timur menjadi zona yang lebih potensial untuk dibuatkan konsep panen air secara vegetative, mengingat lebih banyak ruang terbuka hijau. Posisi RTH menjadi unggul pada saat daerah administrasi lain, justru mengalami perkembangan dan pembangunan yang luar biasa.

Kapan Saat yang Tepat Memanen Air?

Saat memanen air tentu pada saat jumlah curah hujan tinggi. Di Jakarta curah hujan tinggi, antara bulan Oktober -- Maret. Januari dan Februari menjadi puncak musim hujan dalam tiap tahunya, bahkan kadang mendatangkan banjir.

Jadi saat ini, bulan Januari dan Februari menjadi saat yang tepat membuat konsep panen air di Jakarta. Panen ini dapat dilakukan apabila secara sadar, warga Jakarta memperhatikan siklus air. Jika kondisinya dengan mudah tidak pernah menemukan hambatan dengan air, maka potensi menggerakkan untuk memanen air juga kecil.

Air hujan dan tanah sendiri menghadapi kondisi kejenuhan. Pada kondisi jenuh, tentu pemanenan air dengan optimalisasi air tanah kurang optimal. Air akan melimpas dan hendaknya ditampang dalam situ atau bendung bendung. Pada saat ini, memang air hendaknya dipersiapkan untuk mengisi waduk-waduk yang kekeringan.

Startegi Memanen Air

Tujuan utama dari upaya memanen air adalah menghindari kekeringan pada musim kemarau. Biasanya pada musim kemarau, tinggi muka air untuk sumur-sumur warga di DKI menurun. Kondisi ini tentu berdampak pada penurunan muka air tanah, sehingga sebagian pompa sumur terhenti. Peningkatan penggunaan air permukaan, utamanya dari PAM menjadi naik. 

Jika kondisi supply dari PAM cukup, tidak masalah, akan tetapi suplly pada musim kemarau bianya berkurang. Waduk di Jatiluhur juga susut debit airnya. Akibatnya tentu terjadi kondisi penyusutan jumlah air, yang berdampak pada penurunan ketersediaan jumlah air dalam melayani jumlah penduduk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun