Mohon tunggu...
Ahmad Munir Chobirun
Ahmad Munir Chobirun Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Penulis Lepas, Pengelola Blog ahmadmunir.page.tl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musim Hujan, Akankah Jakarta Panen Air?

5 Januari 2018   01:00 Diperbarui: 5 Januari 2018   14:22 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panen dalam konteks air hujan dapat dilakukan dengan dua metode, metode vegetatif dan metode generatif. Secara generatif, pasca air hujan jatuh, air akan mengalami setidaknya tiga proses; pertama terserap ke dalam tanah (infiltrasi), mengalir menjadi air permukaan (run-off), dan diupkan kembali ke ruang udara (evaporasi). 

Memanen air bermakna, menampung air dalam tanah seoptimal mungkin, untuk mengisi kantong-kantong air dalam tanah (recharge aquifer), pada proses infiltrasi.

Atau menampung air dalam tampungan air yang luas seperti waduk, situ, bendungan, empang, embung dll pada proses run-off. Jadi secara generative, dua proses dalam siklus air dapat dioptimalkan untuk memanen hujan. 

Namun demikian, tidak semua kondisi wilayah memungkinkan untuk memanen air. Daerah yang berupa cekungan, dengan kadar air tinggi, sejenis rawa tentu tidak optimal memanen air hujan.

Secara vegetatif, manusia melakukan intervensi pada proses infiltrasi dan penampungan run-off. Secara vegetatif, air hujan yang akan masuk ke dalam tanah kadang terhambat oleh bangunan, atau kemampatan tanah yang tinggi. 

Sehingga diperlukan upaya vegetatif, salah satu caranya dengan membantu menggemburkan rongga-rongga tanah dengan membuat sumur resapan atau sumur biopori. 

Begitu pula, pada proses run-off, manusia dapat melakukan upaya vegetative, dengan membendung air, membuat kantong air pada tanah dengan kemiringan tinggi, atau membuat waduk dan bendungan dalam skala besar untuk menampung air.

Jadi secara spasial, panen air juga tidak dilakukan secara sembarangan. Tentu ada batasan, untuk memanen air secara optimal. Secara ilmiah tentu membutuhkan perhitungan yang rinci dan digit, akan tetapi secara sederhana dapat dijelaskan, konsep panen air tidak lepas dari neraca air (water equilibrium).

Lalu Bagaimana dengan Konsep Panen Air di Jakarta?

Secara geologis, Jakarta dengan dominasi zona alluvial, sangat berpotensi memanen air hujan dalam jumlah banyak, baik secara vegetatif maupun generatif. Secara generative, posisinya yang datar/landau hingga datar bergelombang, berpotensi menyerap air dalam jumlah yang cukup tinggi. 

Namun demikian, kondisi Lanskape Jakarta didominasi bentang alam (lanskape) buatan/budaya, hasil karya manusia. Sudah sangat kecil rasio lanskape alami dibanding lanskape buatan. Karena itu, kondisi memperebutkan Jakarta tidak ubahnya berebut dalam kejenuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun